Rabu, 22 Desember 2010

Love In Bieber #13

"Chris! Plis kali ini ngertiin aku, aku ini kakak kamu! Kamu nggak bisa dong sembarangan kayak gitu. Aku nggak suka!"

Chris mengalihkan mukanya. "Hah, kalau kamu memang kakak aku. Kamu buktiin dong, mana rasa sayang kamu ke aku? Aku rasa kakak justru lupa kalau aku ini adikmu!!" balas Christian ketus.

"Chris, selama ini aku udah berusaha ngasih yang terbaik buat kamu!! Itu juga bukan salahku dong kalau Mom nggak suka hubungan kamu sama Jasmine. Lagian aku juga udah ingetin ke kamu untuk ngomong baik-baik!"

"Halah, bilang aja kamu memang nggak suka kalau aku pacaran sama Jasmine. Kamu bilang ke Mom kalau Jasmine itu bukan cewek baik-baik. Iya kan? Ngaku aja deh!!" bentak Chris. "Kakak macam apa kamu!!"

DEG

Caitlin terdiam. Apa yang barusan dibilang Christian? Kakak macam apa??
Caitlin mengepalkan tangannya dan menggeram sejadi-jadinya. Setelah itu, pergi melenggang meninggalkan Christian yang terpaku.

DUK

"Ma... maaf, aku nggak sengaja," ucap Caitlin gelagapan sambil berjalan pergi.

Justin memegang lengan Caitlin dengan erat.

"Kenapa?" tanya Caitlin tanpa menoleh ke arah Justin.

Justin mundur 2 langkah dan berhadapan dengan Caitlin. Ia menyibak poni Caitlin yang menutupi matanya. Caitlin langsung memalingkan wajahnya.

"Kamu habis nangis ya?" tebak Justin takut-takut.

Caitlin cuma diem. Kalau ngomong, Justin pasti bakal tau dia nangis karena suaranya masih sesenggukan. Caitlin akhirnya cuma menggeleng.

"Kamu jujur aja Cait, kamu habis nangis kan?"

"Eng... enggak," jawab Caitlin gelagapan.

Justin memegang kepala Caitlin dan memaksanya menatap Justin.
"Cait, aku tau kamu habis nangis. Aku ini sahabat kamu Cait, kamu bisa cerita ke aku!" ujar Justin sedikit berbisik.

Caitlin geleng-geleng sambil menggigit bibirnya. Sial! Sebentar lagi air mataku bakalan jatuh dan Justin bisa tau kalau aku bener-bener nangis, batin Caitlin dalam hati.

"Plis Caitlin, aku nggak mau kamu nangis. Aku tau, kamu barusan berantem kan sama Christian."

Caitlin menatap Justin lemas. Air matanya jatuh membasahi pipi. Caitlin nangis!! OMB!

Justin tersenyum tipis dan mengusap air mata Caitlin.
"Kamu bisa cerita ke aku kapanpun kamu mau, nggak harus sekarang," ucap Justin akhirnya sambil memeluk Caitlin.

Caitlin langsung menangis sesenggukan di atas pundak Justin.

"Makasih ya," ucapnya lirih.

"Iya."

***

"Kamu nggak makan Cait?" tanya Shawty sambil mengaduk-aduk minumannya.

Caitlin menggeleng lemas. "Enggak ah," jawabnya sambil menopang dagu.

"Kenapa?"

"Males," jawabnya singkat.

Shawty manggut-manggut.
"Mikirin status jomblo ya? Uppsss..."

Caitlin menengok cepat dan melototi Shawty.
"Apaan sih!! Bukan lah!" sergah Caitlin sambil manyun.

"Salahnya muka ditekuk gitu, bete berat nih kelihatannya, kayaknya lagi mikir gimana cara dapet cowok dengan cepat," tebak Shawty asal.

Caitlin menjitak dahi Shawty pelan. "Ngawur!!"

"Yaelah Cait, jujur aja lagi. Bentar lagi kan ada pesta dansa tuh, nah, kamu kan belum punya pasangan. Pasti lagi cari-cari cowok jomblo gitu kan? Hahaha hayo ngaku?" goda Shawty sambil cekikikan.

"Apaan sih," balas Caitlin malas.

"Yaampun Cait, jujur aja lagi. Kamu lagi cari cowok kan? Biar dateng ke Beliebers Prom Night nggak sendirian? Kalau aku sih pasti dateng sama...."

"Mentang-mentang kamu udah punya Justin, kamu enak banget sih ngomong kayak gitu ke aku!" bentak Caitlin sedikit kasar.

Shawty terdiam kaget.
"Ma... maaf," ucapnya lirih.

Caitlin memiringkan kepalanya.
"Hah, lupain aja deh. Aku balik ke kelas dulu!" ujar Caitlin dan berlalu.

Shawty mengamati Caitlin yang berjalan ke kelas dan menyeruput minumnya yang belum habis.
"Caitlin kenapa sih? Salah banget ya aku bilang kayak gitu tadi?" tanya Shawty kebingungan.

Shay dan Ryan berjalan dari kejauhan dan menghampiri Shawty yang masih bengong. Shay langsung duduk di sebelah Shawty, sementara Ryan menghampiri Chaz yang nggak jauh dari situ.

"Dor!" teriak Shay ngagetin.

Shawty dengan tampang datar cuma nengok ke arah Shay sebentar (tanpa ada ekspresi kaget) dan kembali bengong.

Shay mengguncang-guncangkan tubuh Shawty dan memeluknya erat.
"Shawty, kamu kenapa sih cin?"

Shawty langsung kaget dan mendorong Shay.
"Ih, Shay. Jangan ikutan jadi banci kaleng gitu kali! Gila ya? Virus banci kaleng menyebar di sekolah kita. Huekkk!!" beber Shawty panjang lebar dengan penutup pura-pura muntah.

Shay langsung masang tampang dongkol. "Nggak seru ah! Mending aku sama Caitlin sayangku," ujar Shay sambil berlagak pergi meninggalkan Shawty.

"Yaudah sana pergi."

Shay langsung duduk lagi sambil manyun. "Yee.. jahat!"

"Biarin," balas Shawty singkat.

Shay mengacak rambut Shawty gemas.
"Cerita dong, kenapa sih? Kamu marahan sama Justin?" tebak Shay sambil menunjuk Justin yang sedang ngobrol dengan Ryan.

Shawty melirik Justin sambil geleng-geleng.

"Hmm.... ada masalah lagi ya sama Selena?"

Shawty tetap geleng-geleng.

"Trus trus? Hm... biar aku tebak, kamu ada masalah sama...."

"Caitlin," potong Shawty singkat.

Shay membenarkan posisi duduknya. "Caitlin? Kamu ada masalah apa sama dia? Perasaan selama ini kalian nggak pernah ada masalah."

"Itu dia... aku juga nggak tau apa masalahnya. Yang pasti tadi waktu aku ngobrol sama Caitlin, dia jadi males banget dan jutek gitu sama aku," jelas Shawty sambil menopangkan dagunya.

"Coba deh inget-inget, sebelumnya ada nggak perbuatan kamu atau ucapan kamu yang bisa bikin dia marah?"

Shawty mencoba mengingat-ingat. Dia menatap Shay lekat dan mengangguk-angguk.

"Apa?" Shay penasaran.

"Tadi aku ngobrolin soal pesta dansa 'Beliebers Prom Night' trus aku goda-goda dia tentang emm.... pasangan. Dia kan belum punya pasangan gitu, trus aku juga agak pamer sih. Aku bilang aku udah punya Justin, trus dia tiba-tiba jutek banget dan pergi," beber Shawty panjang lebar.

Shay cuma melongo.

"Shay, bantuin aku dong! Aku bingung nih," ucap Shawty memelas.

"Kayaknya aku tau deh..." ucap Shay masih dengan tatapan kosong.

***

"Justin, sini!" ujar Caitlin.

"Hey Caitlin, udah lama?" tanya Justin sambil duduk di sebelah Caitlin.

Caitlin geleng-geleng. "Belum," jawabnya lirih.

"Ada apa nih? Tumben ngajak aku ketemuan di sini?"

Caitlin menengadah menatap bintang-bintang di langit malam.
"Kamu inget nggak dulu kita sering duduk berdua di sini?" tanya Caitlin dengan nada agak-romantis sambil menunjuk bintang di langit.

Justin tersenyum tipis. "Iya, aku inget waktu dulu kita masih pacaran."

Caitlin kembali menatap Justin.
"Kamu... sayang banget ya sama Shawty?"

Justin memiringkan kepalanya lalu mengangguk.

"Seberapa sayang kamu ke dia?" tanya Caitlin lagi malu-malu.

Justin menatap bintang-bintang di langit dan menunjuk-nunjuk sebagian bintang.
"Yang kita lihat ini baru sebagian kecil dari bintang di dunia. Dan kalau kita bisa melihat semuanya, kayaknya masih lebih besar jumlah rasa sayangku ke dia," jawab Justin sambil tersenyum lebar.

"Kalau bintang-bintang itu hilang?"

Justin menatap Caitlin. "Kamu kenapa sih nanyain aku kayak gini?"

Caitlin menggeleng lemas. "Nggakpapa," jawabnya singkat.

"Kayaknya kalau bintang ini hilang, rasa sayangku itu yang bakalan menggantikan bintang-bintang yang hilang," jawab Justin (lagi) dengan santai.

Caitlin menghela napas panjang. "Nggak ada tempat buat aku lagi ya?"

Justin melotot kaget. "Apa maksudnya?" tanyanya heran.

Caitlin mengangkat bahu. "Apa masih ada kemungkinan tempat Shawty itu tergantikan?" tanya Caitlin takut-takut.

Justin mendekatkan wajahnya. "Ma.. maksudnya apa? Aku beneran nggak ngerti Cait?"

Caitlin menggenggam tangan Justin.
"Justin, aku ini sayang sama kamu. Aku pengen kita balikan lagi."

"Enggak Cait, itu nggak mungkin. Aku udah punya Shawty," jawab Justin pelan.

Caitlin menatap mata Justin dengan melas.
"Aku mau kok jadi yang kedua."

Justin mengusap tangan Caitlin.
"Tapi maaf, sampai kapanpun aku nggak akan hianatin Shawty. Lagian, kamu ini kan sahabat Shawty yang paling deket. Apa kamu mau nyakitin perasaan sahabat kamu itu? Enggak kan?"

Caitlin terdiam lalu melepaskan tangan Justin.

Justin memegang pundak Caitlin dengan erat.
"Aku memang sayang kamu, tapi nggak sebagai pacar Cait," tambah Justin lalu memeluk Caitlin dengan erat.

"Sering-sering ya nemenin aku, aku kesepian Justin. Cuma kamu yang aku rasa bisa nemenin aku," ucap Caitlin sambil menangis sesenggukan di pundak Justin.

Justin mengangguk pelan.

"Makasih...."

***

"Hey Cait!" sapa Shawty ngos-ngosan gara-gara ngejar Caitlin.

Caitlin mempercepat jalannya.

"Cait, kamu kenapa sih?"

Caitlin menoleh. "Maaf Shawty, aku duluan," balas Caitlin sambil berlalu.

Shawty terdiam. Caitlin kenapa sih, apa bener yang Shay bilang? tanya Shawty dalam hati.

"Jasmine!"

Jasmine menoleh dan mencabut headset dari telinga kanannya. "Hey Shawty."

"Sendirian aja? Chris mana?" tanya Shawty basa-basi.

Jasmine mengangkat bahu. "Nggak tau. Kayaknya sih dia berangkat bareng anak-anak," jawab Jasmine santai.

Shawty manggut-manggut sambil tersenyum. "Pagi ini kamu ikut kelas apa?"

"Yah aku sih Jasminator, kamu di Gomezone ya? Atau tetep di Shawties"

Shawty menggeleng.
"Enggak, aku mulai hari ini di Belieber."

Jasmine melepas headset dari ponselnya. "Oh, bagus dong. Berarti kamu sama Justin?"

Shawty mengangguk malu-malu sambil berjalan.

"Oh iya? Gimana hubungan kamu sama Christian?" tanya Shawty takut-takut.

Jasmine menghentikan langkahnya sebentar lalu berjalan lagi.
"Yah, gitu lah. Tante Beadles nggak setuju tentang hubungan kita." Jasmine menghela napas panjang. "Christian kira Caitlin yang pengaruhin mamanya biar nggak nyetujuin hubungan ini," bebernya.

Shawty menepuk pundak Jasmine. "Sabar ya?"

Jasmine menoleh dengan bibir manyun. "Iya, aku sabar kok."

"Apa Caitlin ngerasa iri sama kalian berdua?"

Jasmine melotot. "Hah? Maksudnya?"

"Ya... ya kan Caitlin belum punya pacar gitu. Sementara adiknya udah punya pacar. Apa dia iri sama Christian dan kamu?" tanya Shawty gelagapan.

Jasmine geleng-geleng. "Aku nggak tau, dia nggak pernah marah sebelumnya. Cuma waktu itu aja, tapi akhir-akhir ini emang dia nunjukin rasa iri. Tapi.... bukan sama aku dan Christian," jawab Jasmine.

"Trus sama siapa?" tanya Shawty penasaran.

"Dia iri sama 'kamu'," jawab Jasmine sambil menjentikkan jari telunjuknya dan menekankan pada kata 'kamu'.

Shawty menunjuk dirinya sendiri. "Sama aku?"

Jasmine ngangguk-ngangguk.

"Kok... kok bisa?" Shawty mengernyitkan dahinya.

"Ya bisa aja. Kelihatan banget kok dari gelagatnya Caitlin waktu lihat kamu berduaan sama Justin." Jasmine menengadah menatap langit. "Mungkin dia memang butuh cowok yang bisa ngertiin dia. Kayaknya dia keinget lagi sama Justin."

Shawty menunduk lemas dan berjalan cepat karena bel sekolah telah berdering.

***

Biasanya, aku jalan ke kantin nggak sendirian...
Biasanya, aku nggak makan di sini sendirian...
Biasanya, ada yang ngoceh tapi bikin nggak sepi di sini...
Biasanya, dia duduk dan dengerin curhatanku...

Shawty tertawa kecil sambil mengaduk-aduk minumannya.
"Hha, biasanya dia ada di sini," ucap Shawty sambil menepuk-nepuk bangku di sebelahnya.

"Sekarang kalau aku yang duduk di sini boleh?" balas seseorang.

Shawty menoleh kaget dan tersenyum. "Boleh."

"Ma'am, seperti biasa," pesan Justin. "Hey."

Shawty tersenyum tipis. "Hey."

"Nggak makan?" tanya Justin basa-basi.

Shawty menggeleng. "Enggak, lagi nggak napsu makan."

"Ih, pacar aku ini kenapa sih?" Justin mencubit-cubiti pipi Shawty gemas.

Shawty menopang dagunya sambil manggut-manggut. "Bete aja, biasanya ada Caitlin di sini," jawab Shawty manja.

Justin mengelus rambut Shawty dengan lembut.
"Memangnya dia kemana sih?" tanya Justin lembut.

Shawty menoleh ke arah Justin sambil manyun. "Dia kayaknya marah sama aku."

"Kenapa dia marah sama kamu?" Justin masih penasaran. "Ada masalah apa antara kalian berdua?"

Shawty mengangkat bahu. "Kayaknya sih gara-gara aku salah ngomong. Kemarin nggak sengaja aku bahas masalah Beliebers Prom Night. Terus dia kayaknya bete banget, kayaknya sih gara-gara belum punya pasangan. Eh, waktu aku bilang kalau aku udah pasti dateng sama kamu. Dia marah sama aku dan pergi gitu aja," beber Shawty panjang lebar.

Justin tertegun dan menelan ludah. "Jadi, karena aku?"

Shawty geleng-geleng. "Bukan," jawabnya singkat. "Bukan karena kamu tapi karena aku," tambahnya.

Justin menepuk pundak Shawty. "Udah, sabar aja. Tuh, makanannya udah deteng, kita makan dulu!" ujar Justin sambil nyengir. "Perut aku udah laper banget."

"Tapi, kamu dateng ke Beliebers Prom Night sama siapa?" tanya Shawty takut-takut.

Justin cekikikan. "Ya sama kamu lah...."

***

"Hey Tay!" sapa Chaz.

Taylor menoleh lalu tersenyum tipis. "Hey Chaz."

"Lagi ngapain?" tanya Chaz sambil mendekat.

Taylor mengankat bahu. "Aku baru aja mau nunggu surat-surat aku, upppsss...," jawab Taylor keceplosan.

Mati nih! Bisa-bisa Chaz tau aku mau pindah! Duh, gawat!!

"Ehm, surat-surat apaan?" Chaz tambah penasaran.

"Itu cuma.... ya surat-surat biasa lah dari sekolah. Nggak penting kok," jelas Taylor sambil mengibaskan tangannya.

Chaz manggut-manggut.

"Mr. Swift, ini surat-surat kepindahan anda. Mulai hari ini juga, anda sudah dinyatakan keluar dari sekolah ini. Terimakasih."

Taylor langsung menoleh pelan ke arah Chaz sambil nyengir.

Chaz menyambar surat-surat Taylor dengan kaget.
"Tay, kamu mau pindah sekolah?"

Taylor mengangguk lemas. "Maaf Chaz, aku harus pindah dari sekolah ini."

Chaz melempar kertas-kertas Taylor dengan kasar.
"Kenapa nggak bilang dulu sama aku, Tay?" tanya Chaz dengan nada marah.

Taylor menggigit bibir. "A... aku takut kamu bakalan marah sama aku."

"Iya nggak kayak gini juga kan? Kamu bisa kasih tau aku dulu, minta pendapat aku, baru kamu lakuin keputusan kita!" sergah Chaz.

Taylor berdiri dari tempat duduknya dan menatap miris Chaz.
"Chaz, kita memang pacaran! Tapi bukan berarti semuanya yang berhubungan dengan hidup aku, kamu yang ngatur!" bantah Taylor. "Nggak kayak gitu! Aku nggak suka!!"

Chaz memiringkan kepalanya sambil melotot. "Seenggaknya kamu kabarin dulu lah ke aku!"

"Gimana aku mau kabarin kamu kalau kamu nggak pernah ada di deket aku! Kamu nggak pernah perhatiin aku! Selama ini kamu kemana aja Chaz! Kamu cuma sibuk sama sahabat-sahabat kamu! Dan aku lihat kamu bahkan lebih perhatian sama Caitlin dibanding aku!" bentak Taylor sambil menahan air mata. "Aku capek Chaz! Aku capek!!" tambahnya.

Chaz mengusap wajahnya. "Tay, kamu lihat dong kamu sendiri gimana? Setiap aku ada waktu, kamu malah nggak bisa. Kamu yang terlalu sibuk sama team cheers kamu!" bentak Chaz kasar.

Taylor menutupi mulutnya dan menitikkan air mata. "Aku pergi dari sini!"

Chaz menahan tangan Taylor. "Jangan pergi dulu!" perintah Chaz. "Kita belum selesai bicara Taylor!"

Taylor membalikkan badannya dan....

PLAK

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Chaz dengan sukses.

"Kita putus! Maaf, aku pergi dulu Chaz."
Taylor langsung berlari dengan cepat.

Chaz masih tertegun sambil mengelus-elus pipinya yang sakit.

Taylor menghentikan langkahnya dan berbalik.

"Chaz, kita nggak bisa lanjutin hubungan kita. Aku harus pergi."
Taylor mengelus pipi Chaz. Chaz menahan tangan Taylor dan mencium bibir Taylor.

Taylor cuma nyengir dan tersenyum tipis lalu pergi.

***

"Aww, sakit Cait!" teriak Chaz sambil memegangi pipinya yang sakit.

"Iya kamu tahan dulu, nanti juga sembuh kalau udah selesai aku obatin," jawab Caitlin pelan sambil mengusap pipi Chaz dengan kain.
"Yang mana yang sakit?"

"Yang sini," jawab Chaz manja sambil meringis kesakitan.

Caitlin menoleh pelan sambil tersenyum manis.

"Kamu cantik banget kalau senyum kayak gitu," ceplos Chaz.
Chaz langsung membungkam mulutnya.

Caitlin tertawa kecil. "Kamu bilang apa tadi? hihihi."

"Biasanya muka kamu sangar sih, galak banget," ucap Chaz asal.

Caitlin langsung menekan memar Chaz.

"Awawaw, sakit Cait. Pelan-pelan dong," rintih Chaz kesakitan. "Tambah sakit nih."

Caitlin manyun. "Kamu sih, bilang muka aku sangar kayak gitu. Siapa yang nggak marah coba kalau dibilang kayak gitu?" ujar Caitlin jutek sambil menekan-nekan pipi Chaz yang memar dengan kasar.

"Aduh, pelan-pelan Cait!" Chaz mengaduh pelan. "Tapi.... kalau senyum kayak tadi manis banget kok, cantik," rayu Chaz gombal.

Caitlin tersenyum malu-malu kucing. "Makasih."

"Tapi, pelan-pelan dong. Yang lembut ngobatinnya," ucap Chaz manja.

"Yeeee... maunya!" balas Caitlin sambil cekikikan.

"Aduh, Cait sakit!"

Caitlin langsung mengelus pipi Chaz dengan tangannya secara lembut.
Chaz memegangi tangan Caitlin yang memegangi pipinya sambil menatap Caitlin lekat.

"Ehm, Chaz. Sini yang sakit?" tanya Caitlin membuyarkan lamunan Chaz.

"I... iya, sakit banget," jawab Chaz gelagapan sambil melepaskan tangannya.

Caitlin dan Chaz jadi salah tingkah gitu deh, he-he-he

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Love In Bieber #13

"Chris! Plis kali ini ngertiin aku, aku ini kakak kamu! Kamu nggak bisa dong sembarangan kayak gitu. Aku nggak suka!"

Chris mengalihkan mukanya. "Hah, kalau kamu memang kakak aku. Kamu buktiin dong, mana rasa sayang kamu ke aku? Aku rasa kakak justru lupa kalau aku ini adikmu!!" balas Christian ketus.

"Chris, selama ini aku udah berusaha ngasih yang terbaik buat kamu!! Itu juga bukan salahku dong kalau Mom nggak suka hubungan kamu sama Jasmine. Lagian aku juga udah ingetin ke kamu untuk ngomong baik-baik!"

"Halah, bilang aja kamu memang nggak suka kalau aku pacaran sama Jasmine. Kamu bilang ke Mom kalau Jasmine itu bukan cewek baik-baik. Iya kan? Ngaku aja deh!!" bentak Chris. "Kakak macam apa kamu!!"

DEG

Caitlin terdiam. Apa yang barusan dibilang Christian? Kakak macam apa??
Caitlin mengepalkan tangannya dan menggeram sejadi-jadinya. Setelah itu, pergi melenggang meninggalkan Christian yang terpaku.

DUK

"Ma... maaf, aku nggak sengaja," ucap Caitlin gelagapan sambil berjalan pergi.

Justin memegang lengan Caitlin dengan erat.

"Kenapa?" tanya Caitlin tanpa menoleh ke arah Justin.

Justin mundur 2 langkah dan berhadapan dengan Caitlin. Ia menyibak poni Caitlin yang menutupi matanya. Caitlin langsung memalingkan wajahnya.

"Kamu habis nangis ya?" tebak Justin takut-takut.

Caitlin cuma diem. Kalau ngomong, Justin pasti bakal tau dia nangis karena suaranya masih sesenggukan. Caitlin akhirnya cuma menggeleng.

"Kamu jujur aja Cait, kamu habis nangis kan?"

"Eng... enggak," jawab Caitlin gelagapan.

Justin memegang kepala Caitlin dan memaksanya menatap Justin.
"Cait, aku tau kamu habis nangis. Aku ini sahabat kamu Cait, kamu bisa cerita ke aku!" ujar Justin sedikit berbisik.

Caitlin geleng-geleng sambil menggigit bibirnya. Sial! Sebentar lagi air mataku bakalan jatuh dan Justin bisa tau kalau aku bener-bener nangis, batin Caitlin dalam hati.

"Plis Caitlin, aku nggak mau kamu nangis. Aku tau, kamu barusan berantem kan sama Christian."

Caitlin menatap Justin lemas. Air matanya jatuh membasahi pipi. Caitlin nangis!! OMB!

Justin tersenyum tipis dan mengusap air mata Caitlin.
"Kamu bisa cerita ke aku kapanpun kamu mau, nggak harus sekarang," ucap Justin akhirnya sambil memeluk Caitlin.

Caitlin langsung menangis sesenggukan di atas pundak Justin.

"Makasih ya," ucapnya lirih.

"Iya."

***

"Kamu nggak makan Cait?" tanya Shawty sambil mengaduk-aduk minumannya.

Caitlin menggeleng lemas. "Enggak ah," jawabnya sambil menopang dagu.

"Kenapa?"

"Males," jawabnya singkat.

Shawty manggut-manggut.
"Mikirin status jomblo ya? Uppsss..."

Caitlin menengok cepat dan melototi Shawty.
"Apaan sih!! Bukan lah!" sergah Caitlin sambil manyun.

"Salahnya muka ditekuk gitu, bete berat nih kelihatannya, kayaknya lagi mikir gimana cara dapet cowok dengan cepat," tebak Shawty asal.

Caitlin menjitak dahi Shawty pelan. "Ngawur!!"

"Yaelah Cait, jujur aja lagi. Bentar lagi kan ada pesta dansa tuh, nah, kamu kan belum punya pasangan. Pasti lagi cari-cari cowok jomblo gitu kan? Hahaha hayo ngaku?" goda Shawty sambil cekikikan.

"Apaan sih," balas Caitlin malas.

"Yaampun Cait, jujur aja lagi. Kamu lagi cari cowok kan? Biar dateng ke Beliebers Prom Night nggak sendirian? Kalau aku sih pasti dateng sama...."

"Mentang-mentang kamu udah punya Justin, kamu enak banget sih ngomong kayak gitu ke aku!" bentak Caitlin sedikit kasar.

Shawty terdiam kaget.
"Ma... maaf," ucapnya lirih.

Caitlin memiringkan kepalanya.
"Hah, lupain aja deh. Aku balik ke kelas dulu!" ujar Caitlin dan berlalu.

Shawty mengamati Caitlin yang berjalan ke kelas dan menyeruput minumnya yang belum habis.
"Caitlin kenapa sih? Salah banget ya aku bilang kayak gitu tadi?" tanya Shawty kebingungan.

Shay dan Ryan berjalan dari kejauhan dan menghampiri Shawty yang masih bengong. Shay langsung duduk di sebelah Shawty, sementara Ryan menghampiri Chaz yang nggak jauh dari situ.

"Dor!" teriak Shay ngagetin.

Shawty dengan tampang datar cuma nengok ke arah Shay sebentar (tanpa ada ekspresi kaget) dan kembali bengong.

Shay mengguncang-guncangkan tubuh Shawty dan memeluknya erat.
"Shawty, kamu kenapa sih cin?"

Shawty langsung kaget dan mendorong Shay.
"Ih, Shay. Jangan ikutan jadi banci kaleng gitu kali! Gila ya? Virus banci kaleng menyebar di sekolah kita. Huekkk!!" beber Shawty panjang lebar dengan penutup pura-pura muntah.

Shay langsung masang tampang dongkol. "Nggak seru ah! Mending aku sama Caitlin sayangku," ujar Shay sambil berlagak pergi meninggalkan Shawty.

"Yaudah sana pergi."

Shay langsung duduk lagi sambil manyun. "Yee.. jahat!"

"Biarin," balas Shawty singkat.

Shay mengacak rambut Shawty gemas.
"Cerita dong, kenapa sih? Kamu marahan sama Justin?" tebak Shay sambil menunjuk Justin yang sedang ngobrol dengan Ryan.

Shawty melirik Justin sambil geleng-geleng.

"Hmm.... ada masalah lagi ya sama Selena?"

Shawty tetap geleng-geleng.

"Trus trus? Hm... biar aku tebak, kamu ada masalah sama...."

"Caitlin," potong Shawty singkat.

Shay membenarkan posisi duduknya. "Caitlin? Kamu ada masalah apa sama dia? Perasaan selama ini kalian nggak pernah ada masalah."

"Itu dia... aku juga nggak tau apa masalahnya. Yang pasti tadi waktu aku ngobrol sama Caitlin, dia jadi males banget dan jutek gitu sama aku," jelas Shawty sambil menopangkan dagunya.

"Coba deh inget-inget, sebelumnya ada nggak perbuatan kamu atau ucapan kamu yang bisa bikin dia marah?"

Shawty mencoba mengingat-ingat. Dia menatap Shay lekat dan mengangguk-angguk.

"Apa?" Shay penasaran.

"Tadi aku ngobrolin soal pesta dansa 'Beliebers Prom Night' trus aku goda-goda dia tentang emm.... pasangan. Dia kan belum punya pasangan gitu, trus aku juga agak pamer sih. Aku bilang aku udah punya Justin, trus dia tiba-tiba jutek banget dan pergi," beber Shawty panjang lebar.

Shay cuma melongo.

"Shay, bantuin aku dong! Aku bingung nih," ucap Shawty memelas.

"Kayaknya aku tau deh..." ucap Shay masih dengan tatapan kosong.

***

"Justin, sini!" ujar Caitlin.

"Hey Caitlin, udah lama?" tanya Justin sambil duduk di sebelah Caitlin.

Caitlin geleng-geleng. "Belum," jawabnya lirih.

"Ada apa nih? Tumben ngajak aku ketemuan di sini?"

Caitlin menengadah menatap bintang-bintang di langit malam.
"Kamu inget nggak dulu kita sering duduk berdua di sini?" tanya Caitlin dengan nada agak-romantis sambil menunjuk bintang di langit.

Justin tersenyum tipis. "Iya, aku inget waktu dulu kita masih pacaran."

Caitlin kembali menatap Justin.
"Kamu... sayang banget ya sama Shawty?"

Justin memiringkan kepalanya lalu mengangguk.

"Seberapa sayang kamu ke dia?" tanya Caitlin lagi malu-malu.

Justin menatap bintang-bintang di langit dan menunjuk-nunjuk sebagian bintang.
"Yang kita lihat ini baru sebagian kecil dari bintang di dunia. Dan kalau kita bisa melihat semuanya, kayaknya masih lebih besar jumlah rasa sayangku ke dia," jawab Justin sambil tersenyum lebar.

"Kalau bintang-bintang itu hilang?"

Justin menatap Caitlin. "Kamu kenapa sih nanyain aku kayak gini?"

Caitlin menggeleng lemas. "Nggakpapa," jawabnya singkat.

"Kayaknya kalau bintang ini hilang, rasa sayangku itu yang bakalan menggantikan bintang-bintang yang hilang," jawab Justin (lagi) dengan santai.

Caitlin menghela napas panjang. "Nggak ada tempat buat aku lagi ya?"

Justin melotot kaget. "Apa maksudnya?" tanyanya heran.

Caitlin mengangkat bahu. "Apa masih ada kemungkinan tempat Shawty itu tergantikan?" tanya Caitlin takut-takut.

Justin mendekatkan wajahnya. "Ma.. maksudnya apa? Aku beneran nggak ngerti Cait?"

Caitlin menggenggam tangan Justin.
"Justin, aku ini sayang sama kamu. Aku pengen kita balikan lagi."

"Enggak Cait, itu nggak mungkin. Aku udah punya Shawty," jawab Justin pelan.

Caitlin menatap mata Justin dengan melas.
"Aku mau kok jadi yang kedua."

Justin mengusap tangan Caitlin.
"Tapi maaf, sampai kapanpun aku nggak akan hianatin Shawty. Lagian, kamu ini kan sahabat Shawty yang paling deket. Apa kamu mau nyakitin perasaan sahabat kamu itu? Enggak kan?"

Caitlin terdiam lalu melepaskan tangan Justin.

Justin memegang pundak Caitlin dengan erat.
"Aku memang sayang kamu, tapi nggak sebagai pacar Cait," tambah Justin lalu memeluk Caitlin dengan erat.

"Sering-sering ya nemenin aku, aku kesepian Justin. Cuma kamu yang aku rasa bisa nemenin aku," ucap Caitlin sambil menangis sesenggukan di pundak Justin.

Justin mengangguk pelan.

"Makasih...."

***

"Hey Cait!" sapa Shawty ngos-ngosan gara-gara ngejar Caitlin.

Caitlin mempercepat jalannya.

"Cait, kamu kenapa sih?"

Caitlin menoleh. "Maaf Shawty, aku duluan," balas Caitlin sambil berlalu.

Shawty terdiam. Caitlin kenapa sih, apa bener yang Shay bilang? tanya Shawty dalam hati.

"Jasmine!"

Jasmine menoleh dan mencabut headset dari telinga kanannya. "Hey Shawty."

"Sendirian aja? Chris mana?" tanya Shawty basa-basi.

Jasmine mengangkat bahu. "Nggak tau. Kayaknya sih dia berangkat bareng anak-anak," jawab Jasmine santai.

Shawty manggut-manggut sambil tersenyum. "Pagi ini kamu ikut kelas apa?"

"Yah aku sih Jasminator, kamu di Gomezone ya? Atau tetep di Shawties"

Shawty menggeleng.
"Enggak, aku mulai hari ini di Belieber."

Jasmine melepas headset dari ponselnya. "Oh, bagus dong. Berarti kamu sama Justin?"

Shawty mengangguk malu-malu sambil berjalan.

"Oh iya? Gimana hubungan kamu sama Christian?" tanya Shawty takut-takut.

Jasmine menghentikan langkahnya sebentar lalu berjalan lagi.
"Yah, gitu lah. Tante Beadles nggak setuju tentang hubungan kita." Jasmine menghela napas panjang. "Christian kira Caitlin yang pengaruhin mamanya biar nggak nyetujuin hubungan ini," bebernya.

Shawty menepuk pundak Jasmine. "Sabar ya?"

Jasmine menoleh dengan bibir manyun. "Iya, aku sabar kok."

"Apa Caitlin ngerasa iri sama kalian berdua?"

Jasmine melotot. "Hah? Maksudnya?"

"Ya... ya kan Caitlin belum punya pacar gitu. Sementara adiknya udah punya pacar. Apa dia iri sama Christian dan kamu?" tanya Shawty gelagapan.

Jasmine geleng-geleng. "Aku nggak tau, dia nggak pernah marah sebelumnya. Cuma waktu itu aja, tapi akhir-akhir ini emang dia nunjukin rasa iri. Tapi.... bukan sama aku dan Christian," jawab Jasmine.

"Trus sama siapa?" tanya Shawty penasaran.

"Dia iri sama 'kamu'," jawab Jasmine sambil menjentikkan jari telunjuknya dan menekankan pada kata 'kamu'.

Shawty menunjuk dirinya sendiri. "Sama aku?"

Jasmine ngangguk-ngangguk.

"Kok... kok bisa?" Shawty mengernyitkan dahinya.

"Ya bisa aja. Kelihatan banget kok dari gelagatnya Caitlin waktu lihat kamu berduaan sama Justin." Jasmine menengadah menatap langit. "Mungkin dia memang butuh cowok yang bisa ngertiin dia. Kayaknya dia keinget lagi sama Justin."

Shawty menunduk lemas dan berjalan cepat karena bel sekolah telah berdering.

***

Biasanya, aku jalan ke kantin nggak sendirian...
Biasanya, aku nggak makan di sini sendirian...
Biasanya, ada yang ngoceh tapi bikin nggak sepi di sini...
Biasanya, dia duduk dan dengerin curhatanku...

Shawty tertawa kecil sambil mengaduk-aduk minumannya.
"Hha, biasanya dia ada di sini," ucap Shawty sambil menepuk-nepuk bangku di sebelahnya.

"Sekarang kalau aku yang duduk di sini boleh?" balas seseorang.

Shawty menoleh kaget dan tersenyum. "Boleh."

"Ma'am, seperti biasa," pesan Justin. "Hey."

Shawty tersenyum tipis. "Hey."

"Nggak makan?" tanya Justin basa-basi.

Shawty menggeleng. "Enggak, lagi nggak napsu makan."

"Ih, pacar aku ini kenapa sih?" Justin mencubit-cubiti pipi Shawty gemas.

Shawty menopang dagunya sambil manggut-manggut. "Bete aja, biasanya ada Caitlin di sini," jawab Shawty manja.

Justin mengelus rambut Shawty dengan lembut.
"Memangnya dia kemana sih?" tanya Justin lembut.

Shawty menoleh ke arah Justin sambil manyun. "Dia kayaknya marah sama aku."

"Kenapa dia marah sama kamu?" Justin masih penasaran. "Ada masalah apa antara kalian berdua?"

Shawty mengangkat bahu. "Kayaknya sih gara-gara aku salah ngomong. Kemarin nggak sengaja aku bahas masalah Beliebers Prom Night. Terus dia kayaknya bete banget, kayaknya sih gara-gara belum punya pasangan. Eh, waktu aku bilang kalau aku udah pasti dateng sama kamu. Dia marah sama aku dan pergi gitu aja," beber Shawty panjang lebar.

Justin tertegun dan menelan ludah. "Jadi, karena aku?"

Shawty geleng-geleng. "Bukan," jawabnya singkat. "Bukan karena kamu tapi karena aku," tambahnya.

Justin menepuk pundak Shawty. "Udah, sabar aja. Tuh, makanannya udah deteng, kita makan dulu!" ujar Justin sambil nyengir. "Perut aku udah laper banget."

"Tapi, kamu dateng ke Beliebers Prom Night sama siapa?" tanya Shawty takut-takut.

Justin cekikikan. "Ya sama kamu lah...."

***

"Hey Tay!" sapa Chaz.

Taylor menoleh lalu tersenyum tipis. "Hey Chaz."

"Lagi ngapain?" tanya Chaz sambil mendekat.

Taylor mengankat bahu. "Aku baru aja mau nunggu surat-surat aku, upppsss...," jawab Taylor keceplosan.

Mati nih! Bisa-bisa Chaz tau aku mau pindah! Duh, gawat!!

"Ehm, surat-surat apaan?" Chaz tambah penasaran.

"Itu cuma.... ya surat-surat biasa lah dari sekolah. Nggak penting kok," jelas Taylor sambil mengibaskan tangannya.

Chaz manggut-manggut.

"Mr. Swift, ini surat-surat kepindahan anda. Mulai hari ini juga, anda sudah dinyatakan keluar dari sekolah ini. Terimakasih."

Taylor langsung menoleh pelan ke arah Chaz sambil nyengir.

Chaz menyambar surat-surat Taylor dengan kaget.
"Tay, kamu mau pindah sekolah?"

Taylor mengangguk lemas. "Maaf Chaz, aku harus pindah dari sekolah ini."

Chaz melempar kertas-kertas Taylor dengan kasar.
"Kenapa nggak bilang dulu sama aku, Tay?" tanya Chaz dengan nada marah.

Taylor menggigit bibir. "A... aku takut kamu bakalan marah sama aku."

"Iya nggak kayak gini juga kan? Kamu bisa kasih tau aku dulu, minta pendapat aku, baru kamu lakuin keputusan kita!" sergah Chaz.

Taylor berdiri dari tempat duduknya dan menatap miris Chaz.
"Chaz, kita memang pacaran! Tapi bukan berarti semuanya yang berhubungan dengan hidup aku, kamu yang ngatur!" bantah Taylor. "Nggak kayak gitu! Aku nggak suka!!"

Chaz memiringkan kepalanya sambil melotot. "Seenggaknya kamu kabarin dulu lah ke aku!"

"Gimana aku mau kabarin kamu kalau kamu nggak pernah ada di deket aku! Kamu nggak pernah perhatiin aku! Selama ini kamu kemana aja Chaz! Kamu cuma sibuk sama sahabat-sahabat kamu! Dan aku lihat kamu bahkan lebih perhatian sama Caitlin dibanding aku!" bentak Taylor sambil menahan air mata. "Aku capek Chaz! Aku capek!!" tambahnya.

Chaz mengusap wajahnya. "Tay, kamu lihat dong kamu sendiri gimana? Setiap aku ada waktu, kamu malah nggak bisa. Kamu yang terlalu sibuk sama team cheers kamu!" bentak Chaz kasar.

Taylor menutupi mulutnya dan menitikkan air mata. "Aku pergi dari sini!"

Chaz menahan tangan Taylor. "Jangan pergi dulu!" perintah Chaz. "Kita belum selesai bicara Taylor!"

Taylor membalikkan badannya dan....

PLAK

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Chaz dengan sukses.

"Kita putus! Maaf, aku pergi dulu Chaz."
Taylor langsung berlari dengan cepat.

Chaz masih tertegun sambil mengelus-elus pipinya yang sakit.

Taylor menghentikan langkahnya dan berbalik.

"Chaz, kita nggak bisa lanjutin hubungan kita. Aku harus pergi."
Taylor mengelus pipi Chaz. Chaz menahan tangan Taylor dan mencium bibir Taylor.

Taylor cuma nyengir dan tersenyum tipis lalu pergi.

***

"Aww, sakit Cait!" teriak Chaz sambil memegangi pipinya yang sakit.

"Iya kamu tahan dulu, nanti juga sembuh kalau udah selesai aku obatin," jawab Caitlin pelan sambil mengusap pipi Chaz dengan kain.
"Yang mana yang sakit?"

"Yang sini," jawab Chaz manja sambil meringis kesakitan.

Caitlin menoleh pelan sambil tersenyum manis.

"Kamu cantik banget kalau senyum kayak gitu," ceplos Chaz.
Chaz langsung membungkam mulutnya.

Caitlin tertawa kecil. "Kamu bilang apa tadi? hihihi."

"Biasanya muka kamu sangar sih, galak banget," ucap Chaz asal.

Caitlin langsung menekan memar Chaz.

"Awawaw, sakit Cait. Pelan-pelan dong," rintih Chaz kesakitan. "Tambah sakit nih."

Caitlin manyun. "Kamu sih, bilang muka aku sangar kayak gitu. Siapa yang nggak marah coba kalau dibilang kayak gitu?" ujar Caitlin jutek sambil menekan-nekan pipi Chaz yang memar dengan kasar.

"Aduh, pelan-pelan Cait!" Chaz mengaduh pelan. "Tapi.... kalau senyum kayak tadi manis banget kok, cantik," rayu Chaz gombal.

Caitlin tersenyum malu-malu kucing. "Makasih."

"Tapi, pelan-pelan dong. Yang lembut ngobatinnya," ucap Chaz manja.

"Yeeee... maunya!" balas Caitlin sambil cekikikan.

"Aduh, Cait sakit!"

Caitlin langsung mengelus pipi Chaz dengan tangannya secara lembut.
Chaz memegangi tangan Caitlin yang memegangi pipinya sambil menatap Caitlin lekat.

"Ehm, Chaz. Sini yang sakit?" tanya Caitlin membuyarkan lamunan Chaz.

"I... iya, sakit banget," jawab Chaz gelagapan sambil melepaskan tangannya.

Caitlin dan Chaz jadi salah tingkah gitu deh, he-he-he