Rabu, 22 Desember 2010

Love In Bieber #11

Justin duduk di tempat tidur dan segera membukanya. Ryan juga duduk di sebelahnya untuk melihat apa isi kotak itu.

Justin mengernyitkan dahi. "A.. apa ini?"
Justin menoleh ke arah Ryan. "Kamu tau ini ya?"

Ryan mengangguk. "Iya, ada di majalah dan koran terbitan hari ini juga."

Justin membanting kotak yang dipegangnya. "Sialan!"

"Hey man, tenang! Jangan emosi dulu!" sergah Ryan.

Justin menghela napas panjang dan membenamkan wajahnya ke tangannya.

"Aku tinggal dulu ya? Kamu tenangin diri dulu," bisik Ryan yang lalu keluar dari kamar Justin.

Justin membuka wajahnya sesaat setelah Ryan keluar dari kamarnya.
Ia meraih ponselnya dan men-dial nomor Shawty.

"Please angkat! Sebelum terlambat!" ujar Justin panik.
"Ah, nggak diangkat!"

Justin melempar ponselnya ke tempat tidur dan berbaring lemas sambil menutupi mukanya.
"Oh my gash, itu bukan apa-apa?!"

Justin marah-marah karena dia nggak terima. Dia tau, itu cuma kesalahan kecil yang akhirnya dibesar-besarin. Itu cuma masalah kemiripan dan emosi.

Waktu itu kan aku cuma nggak sadar, aku pikir dia Shawty! ujar Justin dalam hati.

Seseorang mengetuk pintu kamar Justin. Justin kaget, ia langsung menoleh ke arah pintu dan berlari untuk menahan pintu.

"Justin, kamu udah dateng ya?" tanya suara dari luar yang ternyata suara Chris.
"Justin?" teriak Chris.

"Nggak ada orang di dalem," jawab Justin santai.

Chris mengernyitkan dahi.
"Weh? Nggak ada orang kok ada yang jawab?"

Justin menepuk dahinya sendiri. Oh iya, bego' banget aku, batinnya.

"Udahlah, buka aja Justin. Kamu nggak mau ketemu sama aku?" Chris ngeles.

Justin membuka pintu kamarnya perlahan dan langsung menyergah Chris, "Kamu mau tanya apa? Soal berita itu ya? Itu nggak bener Chris! Itu cuma salah paham aja! Ha! Kamu pikir aku laki-laki yang nggak tanggung jawab gitu? Aku cuma sayang Shawty. Cuma Shawty! Nggak ada Selena atau yang lain! Nggak!"

Christian cuma bengong ngelihat Justin ngomong panjang lebar.

"Jelas?" tanya Justin.

Chris geleng-geleng sambil melongo.

Justin menepuk dahinya lagi. "Sorry, aku terlalu panik."

"Masuk dulu aja ya? Baru kita ngomong."

Justin mengangguk. Chris masuk ke dalam kamar Justin.

"Tadi, kamu ngomong apa ya?" tanya Chris langsung.

"Nggak denger sama sekali aku ngomong apa?"

"Denger sih denger, tapi nggak tau kamu ngomongin apa. Habisnya nggak jelas banget gitu, hehe," ucap Chris sambil cekikikan.

Justin menatap Chris lekat dan langsung menceritakan semua yang terjadi, dan ternyata Chris udah tau itu semua dari 2 hari yang lalu.

***

"Shawty, kamu kapan sih balik ke asrama?" tanya Caitlin melas.

"Nggak tau deh Cait. Kayaknya masih lama deh. Aku belum selesai sama pekerjaan aku."

Caitlin terdiam sejenak. "Cepetan ya? Justin udah dateng lho hari ini. Aku kira kalian pulang ke sini barengan."

"Sama Selena?" tanya Shawty.

"Nggak," jawab Caity singkat.

Caitlin tau, Shawty pasti lagi mikirin soal gosip yang sedang menimpa dia, Justin, dan Selena. Gosip tak sedap yang Caitlin tau Justin nggak mungkin berbuat kayak gitu.

"Sabar aja ya?"

"Sabar apa?" tanya Shawty nggak ngerti.

Caitlin nggak menjawab, takut salah bicara.

"Itu ya? Yang soal Justin dan Selly?" tanya Shawty lemas.

"Hehe iya," jawab Caity sambil cengengesan.

Shawty hanya tersenyum mendengar jawaban Caitlin.
"Udah dulu ya? Aku mau mandi dulu, udah acem nih."

"Uh, pantesan bauk! Mandi dulu gih!" canda Caitlin.

"Ye.. Neng Caity aneh-aneh aja. Perasaan di telepon itu kita cuma bisa denger suara atau pakai video cam. Tapi nggak pernah bisa transfer bau deh kayaknya?"

"Hehe iya iya. Ya udah yang penting mandi dulu. Nanti kalau akang Cody tersayang udah dateng, malu deh kamunya," balas Caitlin.

"What? Kalau kamu ada di sebelahku nih, udah aku tinju-tinju tuh mukamu. Lagian apaan sih pakai Akang Cody Akang Cody segala? :P Jangan-jangan kamu kali ya yang naksir Cody?" goda Shawty.

"Ye... Apaan? Nggak banget deh ya!!" bantah Caitlin.

Obrolan Caitlin dan Shawty di telepon makin seru aja. Kayaknya bakalan molor sejam lagi untuk Shawty mandi tuh.


Selena sampai di Beliebers V Hostel, bersebelahan dengan asrama Shawty.
Ia langsung bergegas pergi ke asrama Caitlin untuk minta kunci ke Caitlin.

"Yah, kamu jangan sedih lagi dong!" ucap seseorang dari dalam kamar Caitlin.

Selena spontan langsung berhenti dan ngintip dari balik pintu kamar yang sedikit terbuka.

"Aku tau Justin kayak gimana, lagian kalian masih pacaran kan?"

Selena ngangguk-ngangguk mengerti. Dia tau yang ada di dalam kamar itu adalah Caity dan yang ditelponnya adalah Shawty. Dan mereka lagi ngomongin masalah Justin dan Selena.

"Iya sih, foto itu memang 100% real tanpa rekayasa apapun, tapi Justin pasti punya alasan yang kuat kenapa bisa ada foto kayak gitu," ucap Caitlin.

Caitlin mengecilkan suaranya, Selena nggak bisa denger pembicaraan Caitlin dan Shawty dengan jelas. Ia mendorong pintu sedikit tapi kebablasan dan.

GUBRAK!

Caitlin langsung noleh.

Selena jatuh karena dia terlalu kuat dorong pintu kamar Caitlin sampai kelewatan.

"Hey," sapa Selly sambil cengengesan.

"Selena ya?" balas Caity ragu-ragu.

Selena berdiri dan membersihkan bajunya.
"Iya, mau ambil kunci kamarku."

"Oh iya, sebentar," jawab Caity. "Sebentar ya, ada sesuatu yang penting," ucap Caity di telepon.

"Nih!"

"Thanks."

Caitlin mengangguk, Selena pergi meninggalkan kamar Caitlin.

"Shawty, barusan ada Selena dateng. Dia ambil kunci kamarnya!"

"Ha? Trus trus, dia sekarang ke mana?" tanya Shawty penasaran.

"Kayaknya dia balik ke asramanya," jawab Caity santai.

Shawty menghela napas lega. "Nggak ada Justin di sana?"

"Nggak."

***

"Busyet, ini benda... be..rat banget!! OMB!!"

Justin mindahin kerdus-kerdus besar yg numpuk di lantai.
Saking nggak kuatnya, Justin sampai mundur-mundur dan nabrak lampu belajarnya.

KROMPYANG!!

"Oh my gash."

Selena langsung noleh ke arah suara.
"Kayaknya dari kamarnya Justin deh. Justin udah balik ke asrama?"

Selena langsung berlari kecil menuju asrama BieberFever VI.

"Ryan!!" Selena setengah berteriak.
"Hello!! Ryan!!"

Ryan tetep nggak denger Selena dan asik main video game.

BLETAK

Sepatu converse Selena mendarat tepat di kepala Ryan.
Ryan mengelus kepalanya pelan.

"Ryan! Di sini!" teriak Selena.

"Panggil aja kenapa sih? Nggak usah ngelempar sepatu gitu. Mana, sepatu kamu bau lagi, hiii," canda Ryan.

Selena menarik baju Ryan.
"Ih, dasar!" ujarnya sambil memakai sepatunya kembali.
"Eh, itu yang ada di kamar Justin?"

Ryan ngangguk-ngangguk.
"Itu Justin, kenapa?" tanya Ryan ketus.

"Kamu kok ketus banget gitu sih sama aku?"
Selena manyun.

"Aku nggak ketus tau, cuma lagi males aja."

"Masuk boleh?"

Ryan mengangguk dan mempersilahkan Selena masuk ke asrama.

Selena celingukan nyari jalan ke kamar Justin. Maklum, belum pernah masuk ke asrama itu sebelumnya.

"Kenapa Sel? Ada yang salah?"

Selena menoleh. "Eh, enggak, aku cuma mau cari...." Selena gelagapan cari alasan.

"Kamar mandi? Ada di ujung sana tuh," ujar Ryan seraya mengacungkan tangannya ke ujung ruangan. "Tapi, hati-hati. Di sini itu cowok semua, Sel."

Selena manggut-manggut dan ngacir ke lorong menuju kamar mandi.

Ternyata asrama cowok nggak jauh beda sama anak cewek. Di sepanjang lorong, di kanan-kiri berjejer-jejer kamar-kamar. Selena langsung celingukan cari kamar Justin.

"Justin!" Selena langsung mendobrak pintu sebuah kamar.

"Aaa!!!"

Ups! Salah masuk kamar. Selena langsung menutup lagi pintu kamar itu dengan cepat dan ngibrit kabur, takut bakalan kena timpuk sandal.

Di ujung ruangan, terdapat sebuah kamar dengan tulisan 'BIEBER' besar-besar. Nggak salah lagi itu pasti kamar Justin.

Selena mengetuk pintu kamar Justin perlahan.
"Justin??" panggil Selena lembut dari luar.

"Yeah, wait a minute!" saut Justin dari dalam kamar.

Belum sampai semenit, Justin langsung membuka pintu kamarnya.

"Hei," sapa Selena garing.

"Apa?" Justin masih sibuk ngebersihin foto-foto orang tuanya tanpa menoleh ke arah Selena.

Selena jadi manyun ngelihat gelagat Justin yang cuek aja.
"Justin!" bentak Selena.

Justin langsung nengok. Busyet! Nenek lampir dari mana nih? Hehe bercanda.
"Eh, Selena. Kamu udah pulang ke asrama?"

Selena ngangguk-ngangguk. "Iya, aku cepet-cepet pulang ke sini karena aku tau kamu juga pulang ke asrama."

Justin masuk ke kamarnya dan duduk di sofa. "Ooohh," tanggapnya singkat.

Selena mengekor Justin dan duduk di sebelahnya.
"Foto siapa itu?" tanya Selena sembari menunjuk sebuah foto yang dipegang Justin.

"Oh ini? Kamu kenal kan?" jawab Justin malas sambil tetap mengusap-usap foto itu.

"Aku kan?" tebak Selena kegeeran.

Justin mengacak rambut Selena. "Pd banget sih, siapa bilang ini kamu?"

Selena mesem. "Pasti saudara kembar aku kan? Shawty ya?"

Justin ngangguk-ngangguk.

"Kangen ya sama dia?" tanya Selena ragu-ragu.

Justin menaruh kembali foto Shawty di meja kecil yang ada di sebelah sofa. "Iya lah, aku nggak lihat dia sehari aja udah kangen banget. Apalagi ini udah berhari-hari," jelas Justin.

Selena manggut-manggut. Niatnya sih mau bilang, kan ada aku? Ngapain sih kamu mikirin Shawty? Mending mikirin aku aja. Tapi kelihatannya Justin lagi nggak mood. Terbukti dengan nadanya yang sedikit ketus dan datar kalau Selena nanya.

"Ya udah, aku cuma mau nyapa kamu aja kok. Aku balik ke kamar dulu ya?" ucap Selena sesaat setelah beranjak dari sofa.

"Bye." Justin melambaikan tangannya sebelum Selena benar-benar nggak kelihatan lagi batang hidungnya.

Selena masang muka jutek. "Gila aja sih Justin, aku dateng malah dikacangin, aku pergi dia nggak cegah aku," Selena marah-marah nggak jelas. "KAYAKNYA BUTUH TENAGA EKSTRA BUAT DIA!!"

***

"Kenapa Sel? Itu muka kok ditekuk gitu?" tanya Jasmine sambil mengaduk-aduk orange juice yang ada di depannya.

Selena cuma noleh tapi tetap diam seraya melipat kedua tangannya untuk menopang dagu.

"Aku tebak pasti Justin, kamu kemarin ke kamarnya Justin kan? Tapi Justin ngacangin kamu."

TOENG!! Tebakan yang 100% benar.

"Tau dari mana?" tanya Selena sambil masang muka jutek.

"Chris," jawab Jasmine singkat. "Cowok aku itu kan sahabat deketnya Justin."

Selena terbelalak. "Sejak kapan kamu sama Chris?"

"Sejak 1000 tahun sebelum masehi! Ya enggaklah! Waktu kamu lagi nggak sekolah," jelas Jasmine sambil mengambil buku yang dipegang Selena lalu membuka-buka lembarannya.

Jasmine melihat cover depan buku itu dan berkali-kali membolak-balik bagian depan dan belakangnya. "Sejak kapan seorang Selena suka baca buku?"

Selena mengibas-kibaskan tangannya malas. "Ah, itu sih cuma selingan!"

Jasmine membaca judulnya keras-keras, "1000 jurus jitu menaklukan hati sang pujaan!" Jasmine cengo. "Ini untuk apaan sih?"

Selena menghela napas panjang. "Sahabat 'cowok kamu' itu!" Selena menekankan suaranya pada kata-kata cowok kamu.

Jasmine cuma manggut-manggut. "Makin banyak aja tuh fans-nya dia," kritik Jasmine sambil menyibak poninya.

"Kamu sendiri bukannya dulu ngejar-ngejar Justin setengah mati?"

"Itu dulu sebelum...," potong Jasmine untuk menyeruput orange juicenya yang tinggal sedikit. "Christian ngelihatin dirinya yang bener-bener buat aku kagum. Yah, walaupun... Chris itu lebih muda dari aku hehe. Bieber itu nggak gampang lho, dia bener-bener sayang sama Shawty."

Selena semakin menekuk mukanya. Pandangannya kini tertuju ke koridor. Sesosok cowok yang ditunggunya datang juga.

"Dia itu cowok yang setia, waktu sama aku aja aku ngerasain itu banget kok," sambung Jasmine.

Tuhan, SESULIT itu kah untuk ngambil perhatiannya Justin?? Selena langsung beranjak pergi sebelum Jasmine berteriak dengan kencang, "MINUMAN AKU BELUM DIBAYAR!!"

***

"Thanks Shawty, kamu udah mau bantuin aku."

Sahwty cuma nyengir. "Nih!" ucapnya sambil memberikan Cody sebotol teh dingin.

Cody langsung membuka botolnya dan hampir meneguknya ketika teringat...
"Eh, kamu kan suka ini? Nggak minum?"

Shawty menggeleng. "Enggak," jawabnya singkat.

"Kenapa?" Cody akhirnya meneguk tehnya.

"Biasanya Justin yang suka beliin aku itu, aku cuma inget Justin aja," jawab Shawty lemas. "Bikin bete dia nggak ada di sini."

Cody diem aja. Yaelah, kemana aja? Ada aku di sini! Halo??

Shawty mengibas-kibaskan tangannya di depan mata Cody. "Cody? Ngelamunin apaan?" Shawty mengernyitkan dahinya.

Cody nengok lalu nyengir. "Nggakpapa hehe," jawabnya polos. "Cuma kepikiran..."

"Kepikiran apaan?"

"Kepikiran kamu!! Hahahaha," Cody ngakak-ngakak gaje.

Shawty manyun. "Bener nggak sih nih orang kepikiran aku? Ditanyain malah ngakak gitu."

Cody mengacak rambut Shawty. "Beneran tau!!" serunya singkat lalu melanjutkan acara ngakak rianya.

HAH? Kumat nih Cody, mending kabur ah... Shawty ngacir pergi meninggalkan Cody.

***

"Cody? Bangun dong!!" Shawty menepuk pipi Cody berkali-kali.
Sesekali cowok itu ngolet ke kanan-kiri. Tendang sana-sini, tangan jerontelan ke sinilah, situlah. HIYYY...

Shawty menepuk tangan Cody. "Cody yang cakep dan suka menabung, bangun ya?" Shawty ngemis-ngemis minta Cody bangun.

Cody langsung duduk, matanya masih setengah merem. "Apa tadi? Aku cakep? Makasih ya Shawty cantik," ucap Cody sambil nyolek dagu Shawty.

Shawty menepis tangan Cody. "Ish, kan cuma boongan. Biar kamu bangun aja, wekkk!!!" Shawty berlari ke ambang pintu. "Cepetan mandi, ganti baju, siap-siap kalau mau nganterin aku ke bandara. Dadaahh..." Shawty menutup pintu kamar Cody dengan keras.

Cody langsung membuka seluruh matanya dan terbelalak. "Apa?? Ke bandara???"
Cody berlari membuka pintu dan melihat Shawty yang berjalan santai di koridor. "Shawty??!!"

Shawty menoleh sambil melepas headshetnya. "Apaan?" mulutnya membentuk huruf 'o'.

"Kamu mau pulang?" tanya Cody pelan.

"Apa? Nggak denger!!" seru Shawty dari jauh.

GLEK! Suaraku? Kenapa tiba-tiba nggak mau keluar? Jantungku? Detaknya nggak beraturan!!

Cody menunjuk-nunjuk arah selatan. "P-U-L-A-NG!!" Tangannya di naikkan sedahi dan memperagakan pesawat yang sedang terbang. "Indonesia??"

Shawty melongo. "Maksudnya aku pulang ke Indonesia?"

Cody ngangguk-ngangguk menandakan ucapan Shawty barusan benar.

Shatwy menggeleng dan berjalan mendekati Cody sekitar 1 meter. "Nggak, aku pulang ke sekolah, lagian aku udah selesai kan shootingnya." Shawty berbalik arah dan berjalan menjauh. Meninggalkan Cody yang hatinya remuk.


"Minta di bawain tuan?"

"Hah?" Cody menoleh sambil melongo. "I.. iya."

Jammy menepuk pundak Cody membuyarkan lamunannya. "Cody!"

Cody sedikit melonjak.
"Apaan?" tanyanya ketus.

"Sini aku setrika dulu mukanya... Kusut banget sih, ada apa?" tanyanya pengen tau.

Cody geleng-geleng lemas. "Nggakpapa."

Jammy menyikut lengan Cody. "Haiya, nggak ada apa-apa kok cemberut gitu?"
Jammy memerhatikan Shawty yang lagi masukin koper ke dalam mobil.

Jammy menunjuk-nunjuk Shawty sambil tersenyum kecil. "Shawty kan? Kamu nggak rela ya dia pergi, hayo?"

Cody menyeringai. "Hehe iya, kangen nanti nggak ada yang nimpukin aku lagi kalau aku deket-deket dia." Cody alasan.

"Serius cuma itu doang? Nggak mungkin!!" Jammy langsung menarik Cody untuk menghampiri Shawty.

Shawty tersenyum lebar ketika mengetahui dua makhluk yang tadinya berjarak 20 meter darinya kini mendekat. "Bisa bantu?" tanyanya nggak tanggung-tanggung.

"Bisa bisa," jawab Cody.

"Apasih yang nggak untuk Shawty dari Cody?" goda Jammy.

Cody mendorong bahu Jammy pelan. "Apaan sih, sirik??"

Shawty tertawa kecil melihat kelakuan Cody dan Jammy. "Haha udah ah. Kalian itu nggak di lokasi shooting, nggak di sini, sama aja kerjaannya!"

"Lha ya emang sama. Nggak mungkin kerjaannya beda, masa' kalo di lokasi shooting aku jadi produser atau sutradara gitu, waktu di hotel jadi cleaning service GRATIS lagi!" Jammy mengedipkan sebelah mata ke arah Cody.

Cody menerawang, teringat sesuatu sampai Jammy bisa bilang kayak gitu.

"Cody! Cody!! Bukain pintunya, cepet!!" teriak Jammy dari luar kamar Cody.

"Iya, sebentar Jam." Cody berjalan dari ranjang dengan mata setengah merem.

Begitu pintu di buka... JENG JENG

Jammy langsung menubruk Cody dan masuk ke dalam kamar mandi. Cody spontan kaget dan berlari ke depan kamar mandi.

"Nggak nggak nggak! Kalau mau mandi, aku duluan!" sergah Cody sambil mengambil handuknya.

"Bantuin aku kenapa sih? Ada janji sebentar lagi nih. Kamar mandi kamar lagi di bersinin," jelas Jammy merayu. "I don't wanna be late at my first date with her!"

Cody terdiam. "Kamu nge-date? Sama siapa?"

"Sama kecoa! Udahlah, nanti aja tanya-tanyanya. Okay?"

Cody berpindah tempat, memperbolehkan Jammy masuk ke dalam.
Belum lama Jammy masuk, Cody kelupaan, dompetnya ketinggalan di kamar mandi semalem.

Tanpa basa-basi, Cody langsung membuka pintu kamar mandi yang tidak terkunci.

CEKREK!!

"Ehh!!! Ehh!! Stop!! blup.. Set.. blup.. GILA!!" Teriak Cody gelagapan.

Jammy meringis dan menjatuhkan selang yang ada di tangannya.

Cody mengusap mukanya yang basah. "Bukannya mandi, malah mainan selang. Udah tau numpang malah nggak cepet-cepet!!" teriak Cody.

"Yah, kamar mandi kamu kotor sih, jadinya aku siram dulu."

"Tapi lihat dong, ini lantai kamar aku jadi basah kan??"

Jammy menengok sambil manggut-manggut. "Maaf, aku kan nggak sengaja Cod."

Cody menyipitkan matanya. "Wah, dapet cleaning service gratis nih!!"


"Hahahaha! Kayaknya sebelum kamu jadi cleaning service, kamu jadi tukang kebun yang nyiramin taman deh," canda Cody.

"Sial lo!"

Shawty mengernyitkan dahinya. "Apaan sih? Aku nggak dong."

"Ya udah, nggak usah dipikirin. Sekarang kita bantuin kamu aja, lagian kita harus sampai di bandara sebentar lagi kan?" Jammy menghentikan pembicaraan konyol mereka.

***

Chaz buru-buru berlari ke dalam kelas. "Gawat, mati deh aku kalau sampai terlambat."

"Hey lihat-lihat kalau jalan!"

Chaz menoleh sambil tetap berlari. "Sorry, buru-buru nih!!"

"Justin!! Justin!!" teriak Chaz dari kejauhan.

Justin menoleh lemas sambil ngangguk-ngangguk. "Ada apa Chaz?"

"Ada dia."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Love In Bieber #11

Justin duduk di tempat tidur dan segera membukanya. Ryan juga duduk di sebelahnya untuk melihat apa isi kotak itu.

Justin mengernyitkan dahi. "A.. apa ini?"
Justin menoleh ke arah Ryan. "Kamu tau ini ya?"

Ryan mengangguk. "Iya, ada di majalah dan koran terbitan hari ini juga."

Justin membanting kotak yang dipegangnya. "Sialan!"

"Hey man, tenang! Jangan emosi dulu!" sergah Ryan.

Justin menghela napas panjang dan membenamkan wajahnya ke tangannya.

"Aku tinggal dulu ya? Kamu tenangin diri dulu," bisik Ryan yang lalu keluar dari kamar Justin.

Justin membuka wajahnya sesaat setelah Ryan keluar dari kamarnya.
Ia meraih ponselnya dan men-dial nomor Shawty.

"Please angkat! Sebelum terlambat!" ujar Justin panik.
"Ah, nggak diangkat!"

Justin melempar ponselnya ke tempat tidur dan berbaring lemas sambil menutupi mukanya.
"Oh my gash, itu bukan apa-apa?!"

Justin marah-marah karena dia nggak terima. Dia tau, itu cuma kesalahan kecil yang akhirnya dibesar-besarin. Itu cuma masalah kemiripan dan emosi.

Waktu itu kan aku cuma nggak sadar, aku pikir dia Shawty! ujar Justin dalam hati.

Seseorang mengetuk pintu kamar Justin. Justin kaget, ia langsung menoleh ke arah pintu dan berlari untuk menahan pintu.

"Justin, kamu udah dateng ya?" tanya suara dari luar yang ternyata suara Chris.
"Justin?" teriak Chris.

"Nggak ada orang di dalem," jawab Justin santai.

Chris mengernyitkan dahi.
"Weh? Nggak ada orang kok ada yang jawab?"

Justin menepuk dahinya sendiri. Oh iya, bego' banget aku, batinnya.

"Udahlah, buka aja Justin. Kamu nggak mau ketemu sama aku?" Chris ngeles.

Justin membuka pintu kamarnya perlahan dan langsung menyergah Chris, "Kamu mau tanya apa? Soal berita itu ya? Itu nggak bener Chris! Itu cuma salah paham aja! Ha! Kamu pikir aku laki-laki yang nggak tanggung jawab gitu? Aku cuma sayang Shawty. Cuma Shawty! Nggak ada Selena atau yang lain! Nggak!"

Christian cuma bengong ngelihat Justin ngomong panjang lebar.

"Jelas?" tanya Justin.

Chris geleng-geleng sambil melongo.

Justin menepuk dahinya lagi. "Sorry, aku terlalu panik."

"Masuk dulu aja ya? Baru kita ngomong."

Justin mengangguk. Chris masuk ke dalam kamar Justin.

"Tadi, kamu ngomong apa ya?" tanya Chris langsung.

"Nggak denger sama sekali aku ngomong apa?"

"Denger sih denger, tapi nggak tau kamu ngomongin apa. Habisnya nggak jelas banget gitu, hehe," ucap Chris sambil cekikikan.

Justin menatap Chris lekat dan langsung menceritakan semua yang terjadi, dan ternyata Chris udah tau itu semua dari 2 hari yang lalu.

***

"Shawty, kamu kapan sih balik ke asrama?" tanya Caitlin melas.

"Nggak tau deh Cait. Kayaknya masih lama deh. Aku belum selesai sama pekerjaan aku."

Caitlin terdiam sejenak. "Cepetan ya? Justin udah dateng lho hari ini. Aku kira kalian pulang ke sini barengan."

"Sama Selena?" tanya Shawty.

"Nggak," jawab Caity singkat.

Caitlin tau, Shawty pasti lagi mikirin soal gosip yang sedang menimpa dia, Justin, dan Selena. Gosip tak sedap yang Caitlin tau Justin nggak mungkin berbuat kayak gitu.

"Sabar aja ya?"

"Sabar apa?" tanya Shawty nggak ngerti.

Caitlin nggak menjawab, takut salah bicara.

"Itu ya? Yang soal Justin dan Selly?" tanya Shawty lemas.

"Hehe iya," jawab Caity sambil cengengesan.

Shawty hanya tersenyum mendengar jawaban Caitlin.
"Udah dulu ya? Aku mau mandi dulu, udah acem nih."

"Uh, pantesan bauk! Mandi dulu gih!" canda Caitlin.

"Ye.. Neng Caity aneh-aneh aja. Perasaan di telepon itu kita cuma bisa denger suara atau pakai video cam. Tapi nggak pernah bisa transfer bau deh kayaknya?"

"Hehe iya iya. Ya udah yang penting mandi dulu. Nanti kalau akang Cody tersayang udah dateng, malu deh kamunya," balas Caitlin.

"What? Kalau kamu ada di sebelahku nih, udah aku tinju-tinju tuh mukamu. Lagian apaan sih pakai Akang Cody Akang Cody segala? :P Jangan-jangan kamu kali ya yang naksir Cody?" goda Shawty.

"Ye... Apaan? Nggak banget deh ya!!" bantah Caitlin.

Obrolan Caitlin dan Shawty di telepon makin seru aja. Kayaknya bakalan molor sejam lagi untuk Shawty mandi tuh.


Selena sampai di Beliebers V Hostel, bersebelahan dengan asrama Shawty.
Ia langsung bergegas pergi ke asrama Caitlin untuk minta kunci ke Caitlin.

"Yah, kamu jangan sedih lagi dong!" ucap seseorang dari dalam kamar Caitlin.

Selena spontan langsung berhenti dan ngintip dari balik pintu kamar yang sedikit terbuka.

"Aku tau Justin kayak gimana, lagian kalian masih pacaran kan?"

Selena ngangguk-ngangguk mengerti. Dia tau yang ada di dalam kamar itu adalah Caity dan yang ditelponnya adalah Shawty. Dan mereka lagi ngomongin masalah Justin dan Selena.

"Iya sih, foto itu memang 100% real tanpa rekayasa apapun, tapi Justin pasti punya alasan yang kuat kenapa bisa ada foto kayak gitu," ucap Caitlin.

Caitlin mengecilkan suaranya, Selena nggak bisa denger pembicaraan Caitlin dan Shawty dengan jelas. Ia mendorong pintu sedikit tapi kebablasan dan.

GUBRAK!

Caitlin langsung noleh.

Selena jatuh karena dia terlalu kuat dorong pintu kamar Caitlin sampai kelewatan.

"Hey," sapa Selly sambil cengengesan.

"Selena ya?" balas Caity ragu-ragu.

Selena berdiri dan membersihkan bajunya.
"Iya, mau ambil kunci kamarku."

"Oh iya, sebentar," jawab Caity. "Sebentar ya, ada sesuatu yang penting," ucap Caity di telepon.

"Nih!"

"Thanks."

Caitlin mengangguk, Selena pergi meninggalkan kamar Caitlin.

"Shawty, barusan ada Selena dateng. Dia ambil kunci kamarnya!"

"Ha? Trus trus, dia sekarang ke mana?" tanya Shawty penasaran.

"Kayaknya dia balik ke asramanya," jawab Caity santai.

Shawty menghela napas lega. "Nggak ada Justin di sana?"

"Nggak."

***

"Busyet, ini benda... be..rat banget!! OMB!!"

Justin mindahin kerdus-kerdus besar yg numpuk di lantai.
Saking nggak kuatnya, Justin sampai mundur-mundur dan nabrak lampu belajarnya.

KROMPYANG!!

"Oh my gash."

Selena langsung noleh ke arah suara.
"Kayaknya dari kamarnya Justin deh. Justin udah balik ke asrama?"

Selena langsung berlari kecil menuju asrama BieberFever VI.

"Ryan!!" Selena setengah berteriak.
"Hello!! Ryan!!"

Ryan tetep nggak denger Selena dan asik main video game.

BLETAK

Sepatu converse Selena mendarat tepat di kepala Ryan.
Ryan mengelus kepalanya pelan.

"Ryan! Di sini!" teriak Selena.

"Panggil aja kenapa sih? Nggak usah ngelempar sepatu gitu. Mana, sepatu kamu bau lagi, hiii," canda Ryan.

Selena menarik baju Ryan.
"Ih, dasar!" ujarnya sambil memakai sepatunya kembali.
"Eh, itu yang ada di kamar Justin?"

Ryan ngangguk-ngangguk.
"Itu Justin, kenapa?" tanya Ryan ketus.

"Kamu kok ketus banget gitu sih sama aku?"
Selena manyun.

"Aku nggak ketus tau, cuma lagi males aja."

"Masuk boleh?"

Ryan mengangguk dan mempersilahkan Selena masuk ke asrama.

Selena celingukan nyari jalan ke kamar Justin. Maklum, belum pernah masuk ke asrama itu sebelumnya.

"Kenapa Sel? Ada yang salah?"

Selena menoleh. "Eh, enggak, aku cuma mau cari...." Selena gelagapan cari alasan.

"Kamar mandi? Ada di ujung sana tuh," ujar Ryan seraya mengacungkan tangannya ke ujung ruangan. "Tapi, hati-hati. Di sini itu cowok semua, Sel."

Selena manggut-manggut dan ngacir ke lorong menuju kamar mandi.

Ternyata asrama cowok nggak jauh beda sama anak cewek. Di sepanjang lorong, di kanan-kiri berjejer-jejer kamar-kamar. Selena langsung celingukan cari kamar Justin.

"Justin!" Selena langsung mendobrak pintu sebuah kamar.

"Aaa!!!"

Ups! Salah masuk kamar. Selena langsung menutup lagi pintu kamar itu dengan cepat dan ngibrit kabur, takut bakalan kena timpuk sandal.

Di ujung ruangan, terdapat sebuah kamar dengan tulisan 'BIEBER' besar-besar. Nggak salah lagi itu pasti kamar Justin.

Selena mengetuk pintu kamar Justin perlahan.
"Justin??" panggil Selena lembut dari luar.

"Yeah, wait a minute!" saut Justin dari dalam kamar.

Belum sampai semenit, Justin langsung membuka pintu kamarnya.

"Hei," sapa Selena garing.

"Apa?" Justin masih sibuk ngebersihin foto-foto orang tuanya tanpa menoleh ke arah Selena.

Selena jadi manyun ngelihat gelagat Justin yang cuek aja.
"Justin!" bentak Selena.

Justin langsung nengok. Busyet! Nenek lampir dari mana nih? Hehe bercanda.
"Eh, Selena. Kamu udah pulang ke asrama?"

Selena ngangguk-ngangguk. "Iya, aku cepet-cepet pulang ke sini karena aku tau kamu juga pulang ke asrama."

Justin masuk ke kamarnya dan duduk di sofa. "Ooohh," tanggapnya singkat.

Selena mengekor Justin dan duduk di sebelahnya.
"Foto siapa itu?" tanya Selena sembari menunjuk sebuah foto yang dipegang Justin.

"Oh ini? Kamu kenal kan?" jawab Justin malas sambil tetap mengusap-usap foto itu.

"Aku kan?" tebak Selena kegeeran.

Justin mengacak rambut Selena. "Pd banget sih, siapa bilang ini kamu?"

Selena mesem. "Pasti saudara kembar aku kan? Shawty ya?"

Justin ngangguk-ngangguk.

"Kangen ya sama dia?" tanya Selena ragu-ragu.

Justin menaruh kembali foto Shawty di meja kecil yang ada di sebelah sofa. "Iya lah, aku nggak lihat dia sehari aja udah kangen banget. Apalagi ini udah berhari-hari," jelas Justin.

Selena manggut-manggut. Niatnya sih mau bilang, kan ada aku? Ngapain sih kamu mikirin Shawty? Mending mikirin aku aja. Tapi kelihatannya Justin lagi nggak mood. Terbukti dengan nadanya yang sedikit ketus dan datar kalau Selena nanya.

"Ya udah, aku cuma mau nyapa kamu aja kok. Aku balik ke kamar dulu ya?" ucap Selena sesaat setelah beranjak dari sofa.

"Bye." Justin melambaikan tangannya sebelum Selena benar-benar nggak kelihatan lagi batang hidungnya.

Selena masang muka jutek. "Gila aja sih Justin, aku dateng malah dikacangin, aku pergi dia nggak cegah aku," Selena marah-marah nggak jelas. "KAYAKNYA BUTUH TENAGA EKSTRA BUAT DIA!!"

***

"Kenapa Sel? Itu muka kok ditekuk gitu?" tanya Jasmine sambil mengaduk-aduk orange juice yang ada di depannya.

Selena cuma noleh tapi tetap diam seraya melipat kedua tangannya untuk menopang dagu.

"Aku tebak pasti Justin, kamu kemarin ke kamarnya Justin kan? Tapi Justin ngacangin kamu."

TOENG!! Tebakan yang 100% benar.

"Tau dari mana?" tanya Selena sambil masang muka jutek.

"Chris," jawab Jasmine singkat. "Cowok aku itu kan sahabat deketnya Justin."

Selena terbelalak. "Sejak kapan kamu sama Chris?"

"Sejak 1000 tahun sebelum masehi! Ya enggaklah! Waktu kamu lagi nggak sekolah," jelas Jasmine sambil mengambil buku yang dipegang Selena lalu membuka-buka lembarannya.

Jasmine melihat cover depan buku itu dan berkali-kali membolak-balik bagian depan dan belakangnya. "Sejak kapan seorang Selena suka baca buku?"

Selena mengibas-kibaskan tangannya malas. "Ah, itu sih cuma selingan!"

Jasmine membaca judulnya keras-keras, "1000 jurus jitu menaklukan hati sang pujaan!" Jasmine cengo. "Ini untuk apaan sih?"

Selena menghela napas panjang. "Sahabat 'cowok kamu' itu!" Selena menekankan suaranya pada kata-kata cowok kamu.

Jasmine cuma manggut-manggut. "Makin banyak aja tuh fans-nya dia," kritik Jasmine sambil menyibak poninya.

"Kamu sendiri bukannya dulu ngejar-ngejar Justin setengah mati?"

"Itu dulu sebelum...," potong Jasmine untuk menyeruput orange juicenya yang tinggal sedikit. "Christian ngelihatin dirinya yang bener-bener buat aku kagum. Yah, walaupun... Chris itu lebih muda dari aku hehe. Bieber itu nggak gampang lho, dia bener-bener sayang sama Shawty."

Selena semakin menekuk mukanya. Pandangannya kini tertuju ke koridor. Sesosok cowok yang ditunggunya datang juga.

"Dia itu cowok yang setia, waktu sama aku aja aku ngerasain itu banget kok," sambung Jasmine.

Tuhan, SESULIT itu kah untuk ngambil perhatiannya Justin?? Selena langsung beranjak pergi sebelum Jasmine berteriak dengan kencang, "MINUMAN AKU BELUM DIBAYAR!!"

***

"Thanks Shawty, kamu udah mau bantuin aku."

Sahwty cuma nyengir. "Nih!" ucapnya sambil memberikan Cody sebotol teh dingin.

Cody langsung membuka botolnya dan hampir meneguknya ketika teringat...
"Eh, kamu kan suka ini? Nggak minum?"

Shawty menggeleng. "Enggak," jawabnya singkat.

"Kenapa?" Cody akhirnya meneguk tehnya.

"Biasanya Justin yang suka beliin aku itu, aku cuma inget Justin aja," jawab Shawty lemas. "Bikin bete dia nggak ada di sini."

Cody diem aja. Yaelah, kemana aja? Ada aku di sini! Halo??

Shawty mengibas-kibaskan tangannya di depan mata Cody. "Cody? Ngelamunin apaan?" Shawty mengernyitkan dahinya.

Cody nengok lalu nyengir. "Nggakpapa hehe," jawabnya polos. "Cuma kepikiran..."

"Kepikiran apaan?"

"Kepikiran kamu!! Hahahaha," Cody ngakak-ngakak gaje.

Shawty manyun. "Bener nggak sih nih orang kepikiran aku? Ditanyain malah ngakak gitu."

Cody mengacak rambut Shawty. "Beneran tau!!" serunya singkat lalu melanjutkan acara ngakak rianya.

HAH? Kumat nih Cody, mending kabur ah... Shawty ngacir pergi meninggalkan Cody.

***

"Cody? Bangun dong!!" Shawty menepuk pipi Cody berkali-kali.
Sesekali cowok itu ngolet ke kanan-kiri. Tendang sana-sini, tangan jerontelan ke sinilah, situlah. HIYYY...

Shawty menepuk tangan Cody. "Cody yang cakep dan suka menabung, bangun ya?" Shawty ngemis-ngemis minta Cody bangun.

Cody langsung duduk, matanya masih setengah merem. "Apa tadi? Aku cakep? Makasih ya Shawty cantik," ucap Cody sambil nyolek dagu Shawty.

Shawty menepis tangan Cody. "Ish, kan cuma boongan. Biar kamu bangun aja, wekkk!!!" Shawty berlari ke ambang pintu. "Cepetan mandi, ganti baju, siap-siap kalau mau nganterin aku ke bandara. Dadaahh..." Shawty menutup pintu kamar Cody dengan keras.

Cody langsung membuka seluruh matanya dan terbelalak. "Apa?? Ke bandara???"
Cody berlari membuka pintu dan melihat Shawty yang berjalan santai di koridor. "Shawty??!!"

Shawty menoleh sambil melepas headshetnya. "Apaan?" mulutnya membentuk huruf 'o'.

"Kamu mau pulang?" tanya Cody pelan.

"Apa? Nggak denger!!" seru Shawty dari jauh.

GLEK! Suaraku? Kenapa tiba-tiba nggak mau keluar? Jantungku? Detaknya nggak beraturan!!

Cody menunjuk-nunjuk arah selatan. "P-U-L-A-NG!!" Tangannya di naikkan sedahi dan memperagakan pesawat yang sedang terbang. "Indonesia??"

Shawty melongo. "Maksudnya aku pulang ke Indonesia?"

Cody ngangguk-ngangguk menandakan ucapan Shawty barusan benar.

Shatwy menggeleng dan berjalan mendekati Cody sekitar 1 meter. "Nggak, aku pulang ke sekolah, lagian aku udah selesai kan shootingnya." Shawty berbalik arah dan berjalan menjauh. Meninggalkan Cody yang hatinya remuk.


"Minta di bawain tuan?"

"Hah?" Cody menoleh sambil melongo. "I.. iya."

Jammy menepuk pundak Cody membuyarkan lamunannya. "Cody!"

Cody sedikit melonjak.
"Apaan?" tanyanya ketus.

"Sini aku setrika dulu mukanya... Kusut banget sih, ada apa?" tanyanya pengen tau.

Cody geleng-geleng lemas. "Nggakpapa."

Jammy menyikut lengan Cody. "Haiya, nggak ada apa-apa kok cemberut gitu?"
Jammy memerhatikan Shawty yang lagi masukin koper ke dalam mobil.

Jammy menunjuk-nunjuk Shawty sambil tersenyum kecil. "Shawty kan? Kamu nggak rela ya dia pergi, hayo?"

Cody menyeringai. "Hehe iya, kangen nanti nggak ada yang nimpukin aku lagi kalau aku deket-deket dia." Cody alasan.

"Serius cuma itu doang? Nggak mungkin!!" Jammy langsung menarik Cody untuk menghampiri Shawty.

Shawty tersenyum lebar ketika mengetahui dua makhluk yang tadinya berjarak 20 meter darinya kini mendekat. "Bisa bantu?" tanyanya nggak tanggung-tanggung.

"Bisa bisa," jawab Cody.

"Apasih yang nggak untuk Shawty dari Cody?" goda Jammy.

Cody mendorong bahu Jammy pelan. "Apaan sih, sirik??"

Shawty tertawa kecil melihat kelakuan Cody dan Jammy. "Haha udah ah. Kalian itu nggak di lokasi shooting, nggak di sini, sama aja kerjaannya!"

"Lha ya emang sama. Nggak mungkin kerjaannya beda, masa' kalo di lokasi shooting aku jadi produser atau sutradara gitu, waktu di hotel jadi cleaning service GRATIS lagi!" Jammy mengedipkan sebelah mata ke arah Cody.

Cody menerawang, teringat sesuatu sampai Jammy bisa bilang kayak gitu.

"Cody! Cody!! Bukain pintunya, cepet!!" teriak Jammy dari luar kamar Cody.

"Iya, sebentar Jam." Cody berjalan dari ranjang dengan mata setengah merem.

Begitu pintu di buka... JENG JENG

Jammy langsung menubruk Cody dan masuk ke dalam kamar mandi. Cody spontan kaget dan berlari ke depan kamar mandi.

"Nggak nggak nggak! Kalau mau mandi, aku duluan!" sergah Cody sambil mengambil handuknya.

"Bantuin aku kenapa sih? Ada janji sebentar lagi nih. Kamar mandi kamar lagi di bersinin," jelas Jammy merayu. "I don't wanna be late at my first date with her!"

Cody terdiam. "Kamu nge-date? Sama siapa?"

"Sama kecoa! Udahlah, nanti aja tanya-tanyanya. Okay?"

Cody berpindah tempat, memperbolehkan Jammy masuk ke dalam.
Belum lama Jammy masuk, Cody kelupaan, dompetnya ketinggalan di kamar mandi semalem.

Tanpa basa-basi, Cody langsung membuka pintu kamar mandi yang tidak terkunci.

CEKREK!!

"Ehh!!! Ehh!! Stop!! blup.. Set.. blup.. GILA!!" Teriak Cody gelagapan.

Jammy meringis dan menjatuhkan selang yang ada di tangannya.

Cody mengusap mukanya yang basah. "Bukannya mandi, malah mainan selang. Udah tau numpang malah nggak cepet-cepet!!" teriak Cody.

"Yah, kamar mandi kamu kotor sih, jadinya aku siram dulu."

"Tapi lihat dong, ini lantai kamar aku jadi basah kan??"

Jammy menengok sambil manggut-manggut. "Maaf, aku kan nggak sengaja Cod."

Cody menyipitkan matanya. "Wah, dapet cleaning service gratis nih!!"


"Hahahaha! Kayaknya sebelum kamu jadi cleaning service, kamu jadi tukang kebun yang nyiramin taman deh," canda Cody.

"Sial lo!"

Shawty mengernyitkan dahinya. "Apaan sih? Aku nggak dong."

"Ya udah, nggak usah dipikirin. Sekarang kita bantuin kamu aja, lagian kita harus sampai di bandara sebentar lagi kan?" Jammy menghentikan pembicaraan konyol mereka.

***

Chaz buru-buru berlari ke dalam kelas. "Gawat, mati deh aku kalau sampai terlambat."

"Hey lihat-lihat kalau jalan!"

Chaz menoleh sambil tetap berlari. "Sorry, buru-buru nih!!"

"Justin!! Justin!!" teriak Chaz dari kejauhan.

Justin menoleh lemas sambil ngangguk-ngangguk. "Ada apa Chaz?"

"Ada dia."