Rabu, 22 Desember 2010

Love In Bieber #15

Caitlin melangkahkan kaki memasuki aula besar dansa.

Gaun putihnya yang panjang dan sepatu kaca mempercantik Caitlin dengan rambutnya yang di gerai panjang.

Caitlin celingukan. "Shawty mana sih? Katanya dia mau bareng? Udah gitu, aku disuruh bawa kertas beginian lagi." Caitlin melirik beberapa lembar kertas yang dibawanya, dengan kertas terdepan bertuliskan 'Hey Dude'. Maksudnya apaan tuh?

Chaz membenarkan dasi kupu-kupunya. Dengan canggung, Chaz memperlihatkan kertas bertuliskan yang dibawanya, bertuliskan 'Hey Girl'. Beberapa cewek ketawa cekikikan melihat tulisan Chaz.

"Sialan tuh Justin! Bikin malu aja pakai nyuruh aku bawa ini!"

Chaz membolak-balik kertasnya dan melihat banyak tulisan. "Ya udahlah, ikutin aja. Kata dia, kalau aku nggak bawa ini, aku nggak bisa ketemu pasanganku."

Caitlin duduk terdiam di pojok ruanga. Beberapa pasangan tampak mulai berdansa. "Mendingan, tadi aku nggak usah dateng ke sini," ucapnya lemas sambil menarik napas panjang.

Chaz melihat Caitlin yang duduk sendirian dan menghampirinya.
"Boleh ikut duduk di sini?" tanya Chaz mengagetkan Caitlin.

Caitlin ngangguk-ngangguk. "Boleh, kosong kok."

Chaz duduk di samping Caitlin perlahan.

DUG DUG DUG

Kok aku jadi deg-degan gini ya? tanya Chaz dalam hati.

Perasaanku kok jadi nervous gini ya di deket Chaz? Caitlin juga bingung.

"Ehm, itu apa ya?" tanya Chaz takut-takut sambil menunjuk kertas yang ada di sebelah Caitlin.

Caitlin mengambil kertas-kertasnya. "Ini dari Shawty, katanya aku harus bawa ini untuk ketemu pasanganku."

Chaz mengambil miliknya. "Aku juga ada kertas ini, dari Justin. Dia juga bilang kalau aku harus bawa ini untuk ketemu pasanganku.

Chaz menunjukkan kertasnya yang bertuliskan, HEY GIRL.

Caitlin membalikkan kertasnya dan terlihat tulisan, HEY DUDE.

Chaz mengganti lembar kertasnya.
U R SO BEAUTIFUL TONIGHT.

Caitlin kaget-kaget sambil mengganti kertasnya.
U R ALSO MORE HANDSOME TONIGHT.

Chaz mengganti kertasnya lagi.
I DON'T HAVE A GIRL TO DANCE WITH ME.

Caitlin juga mengganti kertasnya.
SO DO I. I DON'T HAVE A BOY TO DANCE.

DO U WANNA DANCE WITH ME, PRINCESS?

YES, I DO, PRINCE.

Chaz menaruh kertasnya dan mengulurkan tangannya.

Caitlin juga menaruh kertasnya dan tersenyum kecil sambil menerima uluran tangan Chaz.

Chaz berdiri dan mencium tangan Caitlin dengan lembut. "Thanks, Caitlin."

Caitlin terkikik geli. "Okay, Chaz."

Tangan kanan Chaz menggenggam tangan Caitlin dengan erat. Tangan kirinya diletakkan di pinggang Caitlin.

Dengan ragu-ragu, Caitlin menaruh tangan kanannya untuk diletakkan di pinggang Chaz.

"I... I LOVE YOU, CAITLIN BEADLES!" ujar Chaz ragu-ragu.

Caitlin tersenyum tipis. "I LOVE YOU TOO, CHAZ SOMERS!"

Chaz mulai melangkah diiringi musik slow dan merekapun berdansa...

***

Christian mengerdipkan sebelah matanya ke arah Jasmine yang tersenyum malu.
"Wanna dance?"

"Yes," ucap Jasmine singkat.

Christian memegang erat pinggang Jasmine dan berdansa memutar. Jasmine tersenyum malu-malu kucing melihat Chris lebih tampan dari hari-hari biasanya.

"You look so beautiful," bisik Chaz.

"And you look so handsome, Chaz," balas Jasmine.

Chris menghentikan langkahnya dan mengecup bibir Jasmine dengan pelan.
"I LOVE YOU, JASMINE VILLEGAS."

"I LOVE YOU TOO, CHRISTIAN BEADLES."

***

"Ryan mana sih? Kok dia nggak kelihatan?" tanya Shay cemas pada diri sendiri sambil celingukan.

Gimana nggak cemas? Pasangan yang lain udah asik-asik dansa bareng. Caitlin udah sama Chaz. Christian? Dia sama Jasmine. Dan Justin? Dia udah kelihatan jalan bareng Shawty. Sementara aku? Masih duduk sendirian di sini.

Shay menghentakkan kakinya dan beranjak pergi, tapi tangannya tertahan.
Shay membalikkan badan dan melihat Ryan berdiri sambil membawa setangkai mawar merah.

"I'm sorry I'm late. But, I bring this flower for you," rayu Ryan.

Shay tersenyum kecil. "No problem, Ryan."
Shay mengambil mawar merah dari tangan Ryan.

"Wanna dance with me?" tawar Ryan.

"Yes, of course," jawab Shay. "Tapi bunganya?"

Ryan mengambil bunga mawar Shay dan menaruhnya di meja terdekat.
"Bunganya nggak penting, yang penting kita dansa malam ini."

Shay cekikikan. "Iya."

Ryan dan Shay mulai berdansa...

***

"Hey Selena," sapa Justin.

Selena menoleh dan tersenyum kecut. "Hey Justin, hey Shawty."

Shawty tersenyum takut-takut.

Selena berjalan ke arah Shawty dan menarik tangan Shawty.
"Shawty, maafin aku ya? Aku udah jadi kakak yang buruk buat kamu. Aku juga udah ganggu hubungan kamu sama Justin," ucap Selena pelan.

Shawty tertegun lalu tersenyum lebar. "Nggakpapa, aku udah maafin kamu kak."

Selena tersenyum lebar dan memeluk Shawty erat. "Thanks my dear!"

"Your welcome," balas Shawty senang.

Selena melepas pelukannya dan melirik ke arah Justin.

"Kamu dateng sama siapa?" tanya Justin ragu-ragu.

Selena cekikikan. "Aku dateng sama...."

"Sama aku," potong Cody sambil merangkul Selena.

Justin maju dan menggandeng Shawty.

"Apa sih, Justin?" Shawty kaget.

Justin mengulurkan tangan ke arah Cody. "Maaf!"

Cody membalas jabatan tangan Justin dengan senyum tipis. "Aku juga minta maaf."

Justin tersenyum lebar sambil menepuk bahu Cody. "Yeah man!"

"Kita, kesana dulu ya? Sekalian, kalian juga mau dansa kan?" ucap Cody.

Shawty langsung menyaut. "Ehm, kita dansa di sini aja. Sebelahan."

Selena tersenyum kecil. "Iya, kita dansanya sebelahan aja."

Justin mengangguk diikuti anggukan Cody. "Okay."

Cody menarik tangan Selena. "I LOVE YOU, SELENA GOMEZ."

"I LOVE YOU TOO, CODY SIMPSON."

***

"Oh My Gosh!"
Justin bengong melihat Shawty. "Baru sadar kalau cewek yang dari tadi di deketku ini cantik banget."

Shawty cuma senyum-senyum sambil mengangkat sedikit roknya.
"Gimana?" tanyanya sambil menggigit bibir.

"PERFECT," ucap Justin sambil masih bengong.

Shawty malu-malu kucing.

Malam itu, penampilan Shawty bisa dibilang sangat mirip dengan penampilan Hermione di Harry Potter 4 saat pesta dansa Quidditch. Dengan gaun merah muda panjang sedengkul. Rambut dikucir dengan sedikit rambut depan yang dibiarkan jatuh. Serta sepatu kaca yang menghiasi kakinya.

Kedua tangan Justin memegang pinggul Shawty. Shawty mengalungkan tangannya pada leher Justin.

Justin menempelkan dahinya pada dahi Shawty dan pelan-pelan melangkahkan kaki untuk berdansa dengan berputar.

"Justin, you're the best thing that ever been mine," bisik Shawty pelan.

"And you're my favorite girl, the coolest girl I known," balas Justin.

Shawty menghela napas pendek. "Aku nggak nyangka akhirnya aku berdiri di sini. Di depan kamu."

Justin tersenyum kecil. "Memang seharusnya yang ada di depanku dari dulu itu kamu. Bukan yang lain," rayu Justin. "Kamu cantik banget. Dan malam ini kamu kelihatan lebih cantik dari hari-hari biasanya."

"And you're also more handsome this night."

"Selama ini, banyak banget yang udah kita lewatin berdua. Masalah-masalah kayaknya nggak berhenti mencoba memisahkan kita. Coba deh kamu inget-inget, selama ini apa aja yang udah jadi penghalang kita?"

Shawty mikir-mikir lalu tersenyum lebar. "Dulu, kamu balikan sama Jasmine. Trus aku nggak tau kenapa jealous dan sakit selama beberapa hari. Inget?" tanya Shawty.

Justin ngangguk-ngangguk. "Trus aku mutusin Jasmine karena terbukti dia bukan cewek yang baik buat aku."

"Terus.... kamu ngasih aku surat dan ngajak ketemuan. Tapi, nggak taunya di sana ada anak-anak yang lain," tambah Shawty sambil cekikikan.

Justin mempererat genggamannya. "Tapi kita masih belum nemuin siapa yang jebak kita dan bikin kita tersesat di gudang nggak jelas itu."

Shawty meletakkan jadi telunjuknya di bibir Justin. "Sssttt... nggak usah dipikirin lagi."

Justin ngangguk-ngangguk.

"Tapi dari situ, kita jadi deket sama Jasmine dan dia akhirnya sadar kalau yang baik buat dia itu Christian," ucap Shawty.

"Ehm, aku juga inget aku salah sangkat ke Ryan. Aku pikir kamu sama Ryan ada apa-apa. Tapi di situ kita jadian. Di rumah sakit he-he." Justin nyengir.

Shawty cekikikan. "Nggak romantis banget sih, jadian kok di rumah sakit."

"Itu udah takdirnya kita jadian di rumah sakit. Kamu inget juga nggak waktu kamu aku bawa ke showcase di Malaysia?"

Shawty ngangguk-ngangguk. "Kamu sih. Aku jadi masuk rumah sakit kan? Tapi nggakpapa, aku jadi kenal sama Mom Pattie di situ."

"Tapi kamu pergi waktu ulang tahun kamu. Kamu ninggalin aku ke Indonesia." Justin cemberut. "Aku sedih banget waktu itu karena aku terlambat nggak bisa ngucapin selamat ulang tahun buat kamu."

Shawty geleng-geleng sambil senyum. "Nggakpapa, itu salahku yang pergi nggak bilang-bilang. Tapi.... kamu malah ciuman tuh sama Selena!" Sekarang Shawty juga cemberut.

"Sssttt ssstt sssttt... itu kan cuma salah paham, sayang. Aku cuma sayang kamu. Kamu juga kan barengan sama Cody?"

Shawty nyengir. "Hehe, impas deh kita. Akhirnya juga kita ketemu di Singapura kan?"

Justin ngangguk-ngangguk. "Dan aku ngehabisin waktu seharian cuma sama kamu."

"Kamu nakal waktu itu," ucap Shawty sambil mencolek hidung Justin. "Terus aku buat salah lagi deh. Aku ninggalin kamu dan malah shooting video clip-nya Cody."

"Nggakpapa, itu masa lalu. Dan waktu kita balik ke asrama, Selena mulai deh godain aku. Dia nggak kapok," ucap Justin pelan takut Selena denger.

"Tapi kamu belain aku selalu. Aku bangga banget sama kamu. Akhirnya juga, Selena sama Cody. Mereka emang cocok dari awal. Cuma nggak sadar aja."

Justin terdiam. "Yang terakhir, aku minta maaf banget."

"Kenapa?" tanya Shawty penasaran.

"Caitlin sempat minta balikan. Tapi, aku tolak," bisik Justin.

Shawty terdiam kaget. "Serius? Jadi, dia jauhin aku waktu itu karena dia ada rasa sama kamu ya?"

Justin ngangguk-ngangguk dan melanjutkan dansanya. "Iya. Tapi, akhirnya apa? Dia sama Chaz."

Shawty cekikikan. "Semuanya nggak diduga."

"Dan nggak diduga kalau akhirnya aku bakalan selalu bilang ke kamu. I LOVE YOU, SHAWTY!" ujar Justin sambil mengecup pipi kanan Shawty.

"And I LOVE YOU TOO, JUSTIN BIEBER," balas Shawty.

Seketika lampu mati. Justin menggunakan kesempatan itu untuk mendekatkan wajahnya lebih dekat dengan Shawty dan....

*JUSTIN KISS SHAWTY GENTLY*

-- THE END --

Makasih yang udah baca... :) thanks thanks thanks... thank you so much :D kalau bisa, kasih komentar ya? he-he. Bisa ke FB : " Susan Denaa Mustiikaa " or follow me on twitter @DnZ_Bieber

NP : Special thanks to my lil sist, Nia yang udah dukung aku banget dan nggak ganggu kayak biasanya selama aku nulis ini :D

-- dena --

Love In Bieber #14

Shay berjalan cepat menuju asrama.

Hari ini hujan salju begitu tebal. Tapi, pelajaran di Bieber Nation High School tetap dilaksanakan.

Shay pagi ini bangun kesiangan. Caitlin dan Shawty yang biasanya datang ke rumahnya terlebih dahulu, sudah berangkat ke sekolah sejak tadi pagi. (cielah, bahasanya jadi gini, he-he-he)

"Shay!" teriak seseorang dari belakang Shay.

Shay langsung menengok dan menghela napas lega melihat yang memanggilnya adalah Ryan.

"Tumben, kok nggak naik mobil ke sekolah?" tanya Ryan.

Shay nyengir. "Heh, mana ada yang naik mobil kalau saljunya tebel kayak gini. Nggak bakal nyampe ke sekolah. Lagian, rumah aku kan sebenernya nggak naik mobil juga udah deket banget," jelas Shay geregetan. Badannya bergetar kedinginan.

Ryan menarik tangan Shay dan menggosok-gosokkan tangannya dengan tangan Shay agar hangat lalu memasukkan tangan Shay ke dalam saku bajunya.
"Biar kamu nggak kedinginan." Ryan ngeles. Cari-cari kesempatan nih biar bisa lebih deket :P

Shay tersenyum lebar dan memasukkan tangannya yang satunya ke dalam saku Ryan.

"Jadi susah dong jalannya Shay."

"Nggakpapa, tapi kan jadi lebih hangat," balas Shay sambil nyengir.

Ryan menghentikan langkahnya dan menyampirkan setengah scarf-nya ke leher Shay. Jadi, satu scarf berdua.

"Biar lebih hangat dan lebih romantis," ucap Ryan sambil melet.

Shay menampar pipi Ryan pelan. "Hu, kesempatan nih ya?"

Ryan cuma nyengir sambil berjalan pelan menuju sekolahan.

***

"Jadi? Mau tetep pergi ke Indonesia nih? Nggak ikut Beliebers Prom Night?"

Selena menatap Cody lekat. "Enggak lah, aku mau ikut Beliebers Prom Night. Cuma..."

Cody tersenyum tipis. "Cuma apa?"

"Aku nggak punya pasangan. Aku mau dateng sama siapa?" tanya Selena miris.

Cody mengangkat bahu. "Itu gampang. Aku juga nggak ada pasangan."

"Maksudnya?"

Cody menarik tangan Selena dan menggenggamnya. "Kamu mau kan dateng ke acar itu sama aku?" tanya Cody lembut.

Selena mengangguk pelan sambil malu-malu. "Kenapa enggak?"

Cody ber-yes ria sambil ketawa-cekikikan-senyum nggak karuan saking senengnya.

"Bisa aja kali," ucap Selena masih malu-malu.

Cody nyengir kuda. "He-he, gimana nggak seneng kalau bisa pergi ke pesta dansa bareng cewek secantik kamu," rayu Cody gombal.

"Emangnya aku cantik ya?" tanya Selena ragu-ragu.

Cody menepuk dahinya. "Yaiyalah Sel, kamu ini cantik. Apalagi, kamu ini kan seorang penyanyi terkenal. Fans kamu juga banyak banget kan?" balas Cody santai.

Selena manggut-manggut.
"Trus, kalau sama Shawty? Lebih cantik mana?" tanyanya penasaran.

Cody terdiam untuk sejenak. "Ehm, muka kalian kan sama. Jadi..." Cody pikir-pikir. "Yah, sama lah cantiknya. Namanya aja kembar."

Selena memiringkan kepalanya. "Tapi baik Shawty ya? Dia itu orangnya lembut," cerita Sel sambil tersenyum lebar. "Dia itu selalu tampil apa adanya. Dan jarang banget marah apalagi bentak-bentak aku. Aku ini kakaknya, tapi nggak lebih dewasa dari dia," lanjut Sel.

"Kamu juga baik kok."
Cody menarik Selena untuk duduk di sampingnya. "Mau aku nyanyiin lagu?" tawar Cody.

"Boleh banget."

Cody memetik gitarnya pelan.
"Special, for you Selena Gomez," ucap Cody membuka lagu.

Lagu Iyiyi sukses dibawakan Cody sampai Selena menyandarkan kepalanya di pundak Cody saking kebawa suasana.

"Ouh, ouh, missing you....."
Cody mengejreng gitarnya sekali sebagai penutupan lagu.

Selena langsung tepuk tangan dengan riang.
"Bagus banget. Suara kamu bagus juga ya?" puji Selena sambil cekikikan.

"Makasih," balas Cody canggung. "Kamu juga gantian nyanyi dong?"

Selena mengangkat kepalanya dari pundak Cody. "Nyanyi apa ya?"

Cody mengangkat bahu. "Terserah. Tapi coba deh, aku pengen denger kamu nyanyi A Year Without Rain."

"Okay..."
Selena juga nyanyiin lagu-nya yang berjudul A Year Without Rain yang bikin Cody Simpson klepek-klepek dengerin suaranya yang merdu (cielah ^_^).

"Gimana?"

Cody cuma senyum sambil mengacungkan jempol kanannya.

Selena beranjak dari tempat duduk. "Shawty itu... dia nggak pernah iri sama kemampuan nyanyi aku. Walaupun dulu, ortu aku pasti bilang kalau suara aku lebih bagus dan aku punya bakat nyanyi, Shawty pasti cuma senyum dan bilang kalau memang kemampuan utama dia bukan nyanyi."

Selena tertunduk. "Aku jadi nyesel banget udah iri sama dia."

Cody ikut berdiri dan menepuk bahu Selena. "Udahlah, jangan sedih. Aku akui memang Shawty itu orangnya penyabar. Tapi, itulah kelebihan kamu, nyanyi. Dia bisa nyanyi, tapi nggak sebagus kamu. Dia memang pinter banget akting, tapi kamu nggak sebagus dia. Itu yang bikin kalian berdua punya sisi bagus masing-masing. Manusia itu nggak ada yang sempurna. Untuk mencapai kesempurnaan, mereka butuh orang lain untuk saling melengkapi. Nggak bisa cuma sendirian," beber Cody panjang lebar diiringi anggukan Selena.

***

"Caitlin, bangun dong...," bujuk Shawty sambil mengguncang-guncangkan tubuh Caitlin.

Caitlin ngolet ke kanan. "Ehm, males ah. Aku nggak mau masuk sekolah hari ini," ucap Caitlin masih bau bantal.

"Dasar ini anak sekarang jadi males banget sih?"

Caitlin menarik bantalnya dan melempar ke arah Shawty. "Pergi aja deh, nanti kamu terlambat!"

Shawty geleng-geleng kepala. "Hari ini ada yang ulang tahun lho..."

"Siapa?" tanya Caitlin malas tanpa membuka matanya.

Shawty mikir-mikir. "Christian ya yang ulang tahun hari ini," jawab Shawty asal.

Caitlin melempar guling ke arah Shawty. "Ah, ngawur! Christian ulang tahunnya nggak hari ini!"

Shawty garuk-garuk kepala. "Ja... Jasmine deh kayaknya," jawabnya asal lagi.

"Sebenarnya hari ini ada yang ulang tahun nggak sih? Kamu yang ngasih tau kok jawabnya asal gitu?"

Shawty cuma nyengir kuda. "Hehe, ada yang ulang tahun kok. Cuma aku lupa aja," Shawty ngeles.

"Eh, eh, bentar bentar. Kayaknya yang ulang tahun hari ini itu.... Chaz!"

Caitlin langsung gedebugan bangun sambil melempar sebuah boneka ke arah Shawty dengan keras. "Ah, yang bener?" tanyanya nggak percaya.

Shawty ngangguk-ngangguk sambil memamerkan jari tengah dan telunjuknya. "Suer, non Caitlin!!!"

Entah angin apa. Nggak tau bisa aja kesambet jin yang nyasar. Caitlin yang tadinya garang, jutek banget sama Shawty. Tiba-tiba meluk Shawty kencang kayak kemarin sebelum marah nggak jelas.

"Cups, makasih Shawty sayang...."

"Eh, iya. Tapi lepasin dulu dong, Cait. Aku sampai nggak bisa napas nih!" ujar Shawty ngos-ngosan.

Caitlin melepaskan pelukannya dan mencium pipi kanan Shawty dengan pipinya.

"Emangnya ada apa sih? Chaz yang ulang tahun, kok kamu yang seneng banget gitu?" tanya Shawty penuh rasa penasaran. "Jangan-jangan...." Shawty mengerdipkan sebelah matanya.

Caitlin geleng-geleng malu. "Enggak ada apa-apa kok. Kan temen ulang tahun, masa sih nggak boleh seneng. Ya udah deh, aku cemberut aja, daripada dikira yang aneh-aneh." Caitlin langsung pasang tambang mutung.

Shawty cuma cekikikan. "Udah udah, aku lebih suka yang tadi. Lebih cantik. Kalau yang sekarang kayak nggak makan sebulan! ha-ha-ha," celutuk Shawty.

"Dasar!!"
Caitlin beranjak dari tempat tidur dan mengambil handuknya. "Udah gih, kamu juga mandi dulu. Belum mandi kan?" tebak Caitlin sambil menggerakkan jari-jarinya dan masuk ke kamar mandi.

Shawty menghela napas lega. Caitlin akhirnya udah balik kayak kemarin, dia udah nggak marah lagi. Shawty juga ikutan pergi ke kamarnya dan mandi.

***

"Chaz?"

Chaz membalikkan badannya dan langsung disambut dengan pelukan hangat sekaligus mengejutkan dari Caitlin.

Caitlin memeluk Chaz dengan erat dan tertawa senang di pelukan Chaz.
"Happy birthday ya?"

Chaz cuma ngangguk-ngangguk sambil nyengir kuda. Pagi-pagi udah dipeluk cewek cantik nih, he-he-he, pikir Chaz dalam hati.

Caitlin melepas pelukannya sambil cekikikan. "Maaf aku terlalu semangat sih. Habisnya aku ngerasa bersalah banget, aku baru inget pagi ini kalau kamu ulang tahun. Bahkan kalau Shawty nggak ngingetin, aku nggak bakal inget hehe," beber Caitlin diselingi tawa.

Chaz menyipitkan matanya dan mencium pipi kanan Caitlin.

Caitlin cuma malu, tapi kesengsem dalam hati karena Chaz baru aja nyium pipinya.

"Makasih ya," ucap Chaz singkat. "Makasih juga pelukannya. Pagi-pagi udah jadi hangat nih dapet pelukan dari kamu," rayu Chaz asal.

"Bisa aja," balas Caitlin malu-malu kucing.

Shawty batuk-batuk pelan sambil menyikut lengan Caitlin dan ikut maju mengulurkan tangan ke Chaz. "Happy birthday, Chaz. Wish you all the best."

"Iya, thanks. Peluk juga nggak nih?" Chaz melet sambil ngelirik ke Caitlin.

Shawty cekikikan sambil ngelihatin Caitlin yang pura-pura nggak denger. "Boleh peluk nggak nih, Cait? Sebagai tanda seneng aja kok peluknya. Boleh nggak?" goda Shawty.

Caitlin melotot. "Hah? Mau peluk Chaz? Ya silahkan aja lagi... Ngapain pakai bilang ke aku? Kurang kerjaan tau nggak," jawab Caitlin males.

"Ya udah, bener nih nggak cemburu?"

"Bener!"

"Happy birthday, Chaz." Shawty langsung memeluk Chaz lama dan melepaskannya lagi. "Panjang umur ya?"

Chaz cuma ngangguk-ngangguk sambil nyengir kuda ke arah Caitlin.

"Apaan sih, Shawty?"

Shawty geleng-geleng. "Nggak kok, untuk hari ini cukup kok godain kamu sama Chaz-nya hehe."

"Btw, yang lain mana nih?" tanya Caitlin mencairkan suasana.

"Pada baru mandi, tadi aku bangunin pada nggak mau tuh," jawab Chaz santai.

"Ya udah, mendingan kita ke sekolah duluan yuk!"
Shawty langsung menggandeng Caitlin dan berjalan menuju sekolah.


@Bieber Nation High School

"Hey Chaz, maaf kita terlambat!" ujar Ryan ngagetin.

Chaz menoleh. "Kalian mandi lama banget sih. Aku di sini dari tadi cuma bertiga sama Shawty dan Caitlin."

Justin melirik ke arah Shawty sambil melambaikan tangan. "Hey, Babe."

Shawty juga melambaikan tangannya membalas sapaan Justin. "Hey."

"Hey hey hey hey, pagi-pagi malah udah lirik-lirikan. Nggak inget apa ada temen kita yang ulang tahun?" ujar Caitlin.

Chaz menyikut lengan Caitlin pelan sambil tersenyum malu.

"Oh iya, aku lupa!" Ryan menepuk dahinya. "Happy birthday, Shay," canda Ryan.

Shay cuma bengong.

"Hehe bercanda, maksudku happy birthday Chaz!"
Ryan menepuk bahu Chaz dan menyalaminya.

"Chaz! Happy birthday!" teriak Justin yang langsung menjabat tangan Chaz.

Christian nggak mau kalah. "Happy birthday big bro!"

"Hey Chaz, happy birthday," ucap Shay sambil memeluk Chaz sebentar, inget ada Ryan di sebelah. He-he-he

Chaz mengedipkan mata. "Thanks semuanya."

Semuanya ngangguk-ngangguk sambil senyum-senyum.

"Apaan sih?" tanya Chaz bingung.

"Nggakpapa!" jawab semuanya bareng-bareng.

GUBRAK

"Udah bel tuh! Masuk yuk!" Shay mengingatkan.

"Oke...."

***

"A... aku mau pulang aja lah. Lagian habis Beliebers Prom Night, kita udah liburan kan? Jadi, sekalian aja aku pulang sebelum Beliebers Prom Night," jelas Caitlin.

Shawty manyun. "Jangan dong Cait... Kamu ikut aja! Siapa tau ada yang belum dapet pasangan gitu?"

Caitlin menggeleng pelan. "Nggak deh. Lagian ogah juga kalau aku dapet pasangan tapi nggak kenal!" Caitlin ngeles.

"Ya kamu kenalan dulu sama dia. Atau kita bisa cari dari sekarang. Beliebers Prom Night itu kan masih satu minggu lagi," bujuk Shawty sambil menopangkan dagunya.

"Heh, kamu itu ya, malah ngotot banget! Yang belum dapet pasangan itu kan aku, kok jadi kamu sih yang sewot?" Caitlin cekikikan. "Nggak usah khawatir banget gitu lagi..."

Shawty menghela napas panjang. "Yah kan nggak seru aja kalau nggak ada kamu. Semuanya dateng lho Cait, masa kamu nggak sih?"

"Nggak cuma aku tau, yang nggak ikut!" Caitlin menoleh ke arah Shawty melas. "Tapi mau juga ikut, cuma ya nggak punya pasangan."

Shawty mikir-mikir. "Eh, aku tau deh!" ujarnya sambil menjentikkan jari.

"Tau apaan?"

"Aku tau yang belum dapet pasangan!!!"


"Justin!" teriak Shawty dari kejauhan sambil menarik tangan Caitlin untuk lari.

"Stop stop stop! Kamu mau bawa aku kemana sih? Pakai manggil Justin segala?"

Shawty menepuk dahi. "Aku dan Justin tau kamu harus pasangan sama siapa! Diem aja deh, neng."

"Iya deh, ngikut," ucap Caitlin ngalah.

Justin menoleh. "Hey Shawty, hey Caitlin!"

Shawty melepaskan tangan Caitlin dan berjalan mendekati Justin.

Justin memiringkan kepalanya. "Mau minta cium?"

Shawty langsung manyun. "Bukanlah!"

"Hehe, terus apa?" Justin nyengir.

Shawty mendekat ke telinga Justin dan membisikkan sesuatu.
"Gimana?" tanya Shawty penuh harap.

Justin mengangguk. "Oke, semuanya beres tuan putri."

"Sip deh, makasih Justin," ucap Shawty manja.

"Sama-sama Shawty."

"Ehem, udah langsung lupa ya ada aku di sini?" Caitlin nyari perhatian. "Tadi narik-narik aku ke sini, sekarang lupa sama aku."

Shawty memeluk Caitlin. "Ya ampun, aku nggak lupa sama kamu, Cait. Justru aku sama Justin mau bantu kamu!"

"Aku duluan ya?" Justin langsung berlari pergi.

"Kok dia pergi duluan?" tanya Caitlin bingung.

Shawty menyikut lengan Caitlin. "Udah, nggak usah dipikirin. Yang penting, kamu besok dateng ke pesta dan dandan yang cantik! Inget!" ujar Shawty dengan tatapan tajam.

"Yee.. Nggak usah gitu kali tatapannya."

"Ya udah, nggak jadi deh kamu dapet pasangannya. Batal!" canda Shawty.

Caitlin manyun. "Yah, nggak gitu dong. Aku kan juga pengen dapet pasangan."

Shawty nyengir. "Hehe, cuma bercanda kok. Rencana kan udah jalan. Sekarang... ke kantin yuk?" ajak Shawty sambil mengelus-elus perutnya.

Caitlin tersenyum tipis. "Lets go!!!"

***

SEMINGGU KEMUDIAN...

-- Beliebers Prom Night --

---> To Be Continued :P

Love In Bieber #13

"Chris! Plis kali ini ngertiin aku, aku ini kakak kamu! Kamu nggak bisa dong sembarangan kayak gitu. Aku nggak suka!"

Chris mengalihkan mukanya. "Hah, kalau kamu memang kakak aku. Kamu buktiin dong, mana rasa sayang kamu ke aku? Aku rasa kakak justru lupa kalau aku ini adikmu!!" balas Christian ketus.

"Chris, selama ini aku udah berusaha ngasih yang terbaik buat kamu!! Itu juga bukan salahku dong kalau Mom nggak suka hubungan kamu sama Jasmine. Lagian aku juga udah ingetin ke kamu untuk ngomong baik-baik!"

"Halah, bilang aja kamu memang nggak suka kalau aku pacaran sama Jasmine. Kamu bilang ke Mom kalau Jasmine itu bukan cewek baik-baik. Iya kan? Ngaku aja deh!!" bentak Chris. "Kakak macam apa kamu!!"

DEG

Caitlin terdiam. Apa yang barusan dibilang Christian? Kakak macam apa??
Caitlin mengepalkan tangannya dan menggeram sejadi-jadinya. Setelah itu, pergi melenggang meninggalkan Christian yang terpaku.

DUK

"Ma... maaf, aku nggak sengaja," ucap Caitlin gelagapan sambil berjalan pergi.

Justin memegang lengan Caitlin dengan erat.

"Kenapa?" tanya Caitlin tanpa menoleh ke arah Justin.

Justin mundur 2 langkah dan berhadapan dengan Caitlin. Ia menyibak poni Caitlin yang menutupi matanya. Caitlin langsung memalingkan wajahnya.

"Kamu habis nangis ya?" tebak Justin takut-takut.

Caitlin cuma diem. Kalau ngomong, Justin pasti bakal tau dia nangis karena suaranya masih sesenggukan. Caitlin akhirnya cuma menggeleng.

"Kamu jujur aja Cait, kamu habis nangis kan?"

"Eng... enggak," jawab Caitlin gelagapan.

Justin memegang kepala Caitlin dan memaksanya menatap Justin.
"Cait, aku tau kamu habis nangis. Aku ini sahabat kamu Cait, kamu bisa cerita ke aku!" ujar Justin sedikit berbisik.

Caitlin geleng-geleng sambil menggigit bibirnya. Sial! Sebentar lagi air mataku bakalan jatuh dan Justin bisa tau kalau aku bener-bener nangis, batin Caitlin dalam hati.

"Plis Caitlin, aku nggak mau kamu nangis. Aku tau, kamu barusan berantem kan sama Christian."

Caitlin menatap Justin lemas. Air matanya jatuh membasahi pipi. Caitlin nangis!! OMB!

Justin tersenyum tipis dan mengusap air mata Caitlin.
"Kamu bisa cerita ke aku kapanpun kamu mau, nggak harus sekarang," ucap Justin akhirnya sambil memeluk Caitlin.

Caitlin langsung menangis sesenggukan di atas pundak Justin.

"Makasih ya," ucapnya lirih.

"Iya."

***

"Kamu nggak makan Cait?" tanya Shawty sambil mengaduk-aduk minumannya.

Caitlin menggeleng lemas. "Enggak ah," jawabnya sambil menopang dagu.

"Kenapa?"

"Males," jawabnya singkat.

Shawty manggut-manggut.
"Mikirin status jomblo ya? Uppsss..."

Caitlin menengok cepat dan melototi Shawty.
"Apaan sih!! Bukan lah!" sergah Caitlin sambil manyun.

"Salahnya muka ditekuk gitu, bete berat nih kelihatannya, kayaknya lagi mikir gimana cara dapet cowok dengan cepat," tebak Shawty asal.

Caitlin menjitak dahi Shawty pelan. "Ngawur!!"

"Yaelah Cait, jujur aja lagi. Bentar lagi kan ada pesta dansa tuh, nah, kamu kan belum punya pasangan. Pasti lagi cari-cari cowok jomblo gitu kan? Hahaha hayo ngaku?" goda Shawty sambil cekikikan.

"Apaan sih," balas Caitlin malas.

"Yaampun Cait, jujur aja lagi. Kamu lagi cari cowok kan? Biar dateng ke Beliebers Prom Night nggak sendirian? Kalau aku sih pasti dateng sama...."

"Mentang-mentang kamu udah punya Justin, kamu enak banget sih ngomong kayak gitu ke aku!" bentak Caitlin sedikit kasar.

Shawty terdiam kaget.
"Ma... maaf," ucapnya lirih.

Caitlin memiringkan kepalanya.
"Hah, lupain aja deh. Aku balik ke kelas dulu!" ujar Caitlin dan berlalu.

Shawty mengamati Caitlin yang berjalan ke kelas dan menyeruput minumnya yang belum habis.
"Caitlin kenapa sih? Salah banget ya aku bilang kayak gitu tadi?" tanya Shawty kebingungan.

Shay dan Ryan berjalan dari kejauhan dan menghampiri Shawty yang masih bengong. Shay langsung duduk di sebelah Shawty, sementara Ryan menghampiri Chaz yang nggak jauh dari situ.

"Dor!" teriak Shay ngagetin.

Shawty dengan tampang datar cuma nengok ke arah Shay sebentar (tanpa ada ekspresi kaget) dan kembali bengong.

Shay mengguncang-guncangkan tubuh Shawty dan memeluknya erat.
"Shawty, kamu kenapa sih cin?"

Shawty langsung kaget dan mendorong Shay.
"Ih, Shay. Jangan ikutan jadi banci kaleng gitu kali! Gila ya? Virus banci kaleng menyebar di sekolah kita. Huekkk!!" beber Shawty panjang lebar dengan penutup pura-pura muntah.

Shay langsung masang tampang dongkol. "Nggak seru ah! Mending aku sama Caitlin sayangku," ujar Shay sambil berlagak pergi meninggalkan Shawty.

"Yaudah sana pergi."

Shay langsung duduk lagi sambil manyun. "Yee.. jahat!"

"Biarin," balas Shawty singkat.

Shay mengacak rambut Shawty gemas.
"Cerita dong, kenapa sih? Kamu marahan sama Justin?" tebak Shay sambil menunjuk Justin yang sedang ngobrol dengan Ryan.

Shawty melirik Justin sambil geleng-geleng.

"Hmm.... ada masalah lagi ya sama Selena?"

Shawty tetap geleng-geleng.

"Trus trus? Hm... biar aku tebak, kamu ada masalah sama...."

"Caitlin," potong Shawty singkat.

Shay membenarkan posisi duduknya. "Caitlin? Kamu ada masalah apa sama dia? Perasaan selama ini kalian nggak pernah ada masalah."

"Itu dia... aku juga nggak tau apa masalahnya. Yang pasti tadi waktu aku ngobrol sama Caitlin, dia jadi males banget dan jutek gitu sama aku," jelas Shawty sambil menopangkan dagunya.

"Coba deh inget-inget, sebelumnya ada nggak perbuatan kamu atau ucapan kamu yang bisa bikin dia marah?"

Shawty mencoba mengingat-ingat. Dia menatap Shay lekat dan mengangguk-angguk.

"Apa?" Shay penasaran.

"Tadi aku ngobrolin soal pesta dansa 'Beliebers Prom Night' trus aku goda-goda dia tentang emm.... pasangan. Dia kan belum punya pasangan gitu, trus aku juga agak pamer sih. Aku bilang aku udah punya Justin, trus dia tiba-tiba jutek banget dan pergi," beber Shawty panjang lebar.

Shay cuma melongo.

"Shay, bantuin aku dong! Aku bingung nih," ucap Shawty memelas.

"Kayaknya aku tau deh..." ucap Shay masih dengan tatapan kosong.

***

"Justin, sini!" ujar Caitlin.

"Hey Caitlin, udah lama?" tanya Justin sambil duduk di sebelah Caitlin.

Caitlin geleng-geleng. "Belum," jawabnya lirih.

"Ada apa nih? Tumben ngajak aku ketemuan di sini?"

Caitlin menengadah menatap bintang-bintang di langit malam.
"Kamu inget nggak dulu kita sering duduk berdua di sini?" tanya Caitlin dengan nada agak-romantis sambil menunjuk bintang di langit.

Justin tersenyum tipis. "Iya, aku inget waktu dulu kita masih pacaran."

Caitlin kembali menatap Justin.
"Kamu... sayang banget ya sama Shawty?"

Justin memiringkan kepalanya lalu mengangguk.

"Seberapa sayang kamu ke dia?" tanya Caitlin lagi malu-malu.

Justin menatap bintang-bintang di langit dan menunjuk-nunjuk sebagian bintang.
"Yang kita lihat ini baru sebagian kecil dari bintang di dunia. Dan kalau kita bisa melihat semuanya, kayaknya masih lebih besar jumlah rasa sayangku ke dia," jawab Justin sambil tersenyum lebar.

"Kalau bintang-bintang itu hilang?"

Justin menatap Caitlin. "Kamu kenapa sih nanyain aku kayak gini?"

Caitlin menggeleng lemas. "Nggakpapa," jawabnya singkat.

"Kayaknya kalau bintang ini hilang, rasa sayangku itu yang bakalan menggantikan bintang-bintang yang hilang," jawab Justin (lagi) dengan santai.

Caitlin menghela napas panjang. "Nggak ada tempat buat aku lagi ya?"

Justin melotot kaget. "Apa maksudnya?" tanyanya heran.

Caitlin mengangkat bahu. "Apa masih ada kemungkinan tempat Shawty itu tergantikan?" tanya Caitlin takut-takut.

Justin mendekatkan wajahnya. "Ma.. maksudnya apa? Aku beneran nggak ngerti Cait?"

Caitlin menggenggam tangan Justin.
"Justin, aku ini sayang sama kamu. Aku pengen kita balikan lagi."

"Enggak Cait, itu nggak mungkin. Aku udah punya Shawty," jawab Justin pelan.

Caitlin menatap mata Justin dengan melas.
"Aku mau kok jadi yang kedua."

Justin mengusap tangan Caitlin.
"Tapi maaf, sampai kapanpun aku nggak akan hianatin Shawty. Lagian, kamu ini kan sahabat Shawty yang paling deket. Apa kamu mau nyakitin perasaan sahabat kamu itu? Enggak kan?"

Caitlin terdiam lalu melepaskan tangan Justin.

Justin memegang pundak Caitlin dengan erat.
"Aku memang sayang kamu, tapi nggak sebagai pacar Cait," tambah Justin lalu memeluk Caitlin dengan erat.

"Sering-sering ya nemenin aku, aku kesepian Justin. Cuma kamu yang aku rasa bisa nemenin aku," ucap Caitlin sambil menangis sesenggukan di pundak Justin.

Justin mengangguk pelan.

"Makasih...."

***

"Hey Cait!" sapa Shawty ngos-ngosan gara-gara ngejar Caitlin.

Caitlin mempercepat jalannya.

"Cait, kamu kenapa sih?"

Caitlin menoleh. "Maaf Shawty, aku duluan," balas Caitlin sambil berlalu.

Shawty terdiam. Caitlin kenapa sih, apa bener yang Shay bilang? tanya Shawty dalam hati.

"Jasmine!"

Jasmine menoleh dan mencabut headset dari telinga kanannya. "Hey Shawty."

"Sendirian aja? Chris mana?" tanya Shawty basa-basi.

Jasmine mengangkat bahu. "Nggak tau. Kayaknya sih dia berangkat bareng anak-anak," jawab Jasmine santai.

Shawty manggut-manggut sambil tersenyum. "Pagi ini kamu ikut kelas apa?"

"Yah aku sih Jasminator, kamu di Gomezone ya? Atau tetep di Shawties"

Shawty menggeleng.
"Enggak, aku mulai hari ini di Belieber."

Jasmine melepas headset dari ponselnya. "Oh, bagus dong. Berarti kamu sama Justin?"

Shawty mengangguk malu-malu sambil berjalan.

"Oh iya? Gimana hubungan kamu sama Christian?" tanya Shawty takut-takut.

Jasmine menghentikan langkahnya sebentar lalu berjalan lagi.
"Yah, gitu lah. Tante Beadles nggak setuju tentang hubungan kita." Jasmine menghela napas panjang. "Christian kira Caitlin yang pengaruhin mamanya biar nggak nyetujuin hubungan ini," bebernya.

Shawty menepuk pundak Jasmine. "Sabar ya?"

Jasmine menoleh dengan bibir manyun. "Iya, aku sabar kok."

"Apa Caitlin ngerasa iri sama kalian berdua?"

Jasmine melotot. "Hah? Maksudnya?"

"Ya... ya kan Caitlin belum punya pacar gitu. Sementara adiknya udah punya pacar. Apa dia iri sama Christian dan kamu?" tanya Shawty gelagapan.

Jasmine geleng-geleng. "Aku nggak tau, dia nggak pernah marah sebelumnya. Cuma waktu itu aja, tapi akhir-akhir ini emang dia nunjukin rasa iri. Tapi.... bukan sama aku dan Christian," jawab Jasmine.

"Trus sama siapa?" tanya Shawty penasaran.

"Dia iri sama 'kamu'," jawab Jasmine sambil menjentikkan jari telunjuknya dan menekankan pada kata 'kamu'.

Shawty menunjuk dirinya sendiri. "Sama aku?"

Jasmine ngangguk-ngangguk.

"Kok... kok bisa?" Shawty mengernyitkan dahinya.

"Ya bisa aja. Kelihatan banget kok dari gelagatnya Caitlin waktu lihat kamu berduaan sama Justin." Jasmine menengadah menatap langit. "Mungkin dia memang butuh cowok yang bisa ngertiin dia. Kayaknya dia keinget lagi sama Justin."

Shawty menunduk lemas dan berjalan cepat karena bel sekolah telah berdering.

***

Biasanya, aku jalan ke kantin nggak sendirian...
Biasanya, aku nggak makan di sini sendirian...
Biasanya, ada yang ngoceh tapi bikin nggak sepi di sini...
Biasanya, dia duduk dan dengerin curhatanku...

Shawty tertawa kecil sambil mengaduk-aduk minumannya.
"Hha, biasanya dia ada di sini," ucap Shawty sambil menepuk-nepuk bangku di sebelahnya.

"Sekarang kalau aku yang duduk di sini boleh?" balas seseorang.

Shawty menoleh kaget dan tersenyum. "Boleh."

"Ma'am, seperti biasa," pesan Justin. "Hey."

Shawty tersenyum tipis. "Hey."

"Nggak makan?" tanya Justin basa-basi.

Shawty menggeleng. "Enggak, lagi nggak napsu makan."

"Ih, pacar aku ini kenapa sih?" Justin mencubit-cubiti pipi Shawty gemas.

Shawty menopang dagunya sambil manggut-manggut. "Bete aja, biasanya ada Caitlin di sini," jawab Shawty manja.

Justin mengelus rambut Shawty dengan lembut.
"Memangnya dia kemana sih?" tanya Justin lembut.

Shawty menoleh ke arah Justin sambil manyun. "Dia kayaknya marah sama aku."

"Kenapa dia marah sama kamu?" Justin masih penasaran. "Ada masalah apa antara kalian berdua?"

Shawty mengangkat bahu. "Kayaknya sih gara-gara aku salah ngomong. Kemarin nggak sengaja aku bahas masalah Beliebers Prom Night. Terus dia kayaknya bete banget, kayaknya sih gara-gara belum punya pasangan. Eh, waktu aku bilang kalau aku udah pasti dateng sama kamu. Dia marah sama aku dan pergi gitu aja," beber Shawty panjang lebar.

Justin tertegun dan menelan ludah. "Jadi, karena aku?"

Shawty geleng-geleng. "Bukan," jawabnya singkat. "Bukan karena kamu tapi karena aku," tambahnya.

Justin menepuk pundak Shawty. "Udah, sabar aja. Tuh, makanannya udah deteng, kita makan dulu!" ujar Justin sambil nyengir. "Perut aku udah laper banget."

"Tapi, kamu dateng ke Beliebers Prom Night sama siapa?" tanya Shawty takut-takut.

Justin cekikikan. "Ya sama kamu lah...."

***

"Hey Tay!" sapa Chaz.

Taylor menoleh lalu tersenyum tipis. "Hey Chaz."

"Lagi ngapain?" tanya Chaz sambil mendekat.

Taylor mengankat bahu. "Aku baru aja mau nunggu surat-surat aku, upppsss...," jawab Taylor keceplosan.

Mati nih! Bisa-bisa Chaz tau aku mau pindah! Duh, gawat!!

"Ehm, surat-surat apaan?" Chaz tambah penasaran.

"Itu cuma.... ya surat-surat biasa lah dari sekolah. Nggak penting kok," jelas Taylor sambil mengibaskan tangannya.

Chaz manggut-manggut.

"Mr. Swift, ini surat-surat kepindahan anda. Mulai hari ini juga, anda sudah dinyatakan keluar dari sekolah ini. Terimakasih."

Taylor langsung menoleh pelan ke arah Chaz sambil nyengir.

Chaz menyambar surat-surat Taylor dengan kaget.
"Tay, kamu mau pindah sekolah?"

Taylor mengangguk lemas. "Maaf Chaz, aku harus pindah dari sekolah ini."

Chaz melempar kertas-kertas Taylor dengan kasar.
"Kenapa nggak bilang dulu sama aku, Tay?" tanya Chaz dengan nada marah.

Taylor menggigit bibir. "A... aku takut kamu bakalan marah sama aku."

"Iya nggak kayak gini juga kan? Kamu bisa kasih tau aku dulu, minta pendapat aku, baru kamu lakuin keputusan kita!" sergah Chaz.

Taylor berdiri dari tempat duduknya dan menatap miris Chaz.
"Chaz, kita memang pacaran! Tapi bukan berarti semuanya yang berhubungan dengan hidup aku, kamu yang ngatur!" bantah Taylor. "Nggak kayak gitu! Aku nggak suka!!"

Chaz memiringkan kepalanya sambil melotot. "Seenggaknya kamu kabarin dulu lah ke aku!"

"Gimana aku mau kabarin kamu kalau kamu nggak pernah ada di deket aku! Kamu nggak pernah perhatiin aku! Selama ini kamu kemana aja Chaz! Kamu cuma sibuk sama sahabat-sahabat kamu! Dan aku lihat kamu bahkan lebih perhatian sama Caitlin dibanding aku!" bentak Taylor sambil menahan air mata. "Aku capek Chaz! Aku capek!!" tambahnya.

Chaz mengusap wajahnya. "Tay, kamu lihat dong kamu sendiri gimana? Setiap aku ada waktu, kamu malah nggak bisa. Kamu yang terlalu sibuk sama team cheers kamu!" bentak Chaz kasar.

Taylor menutupi mulutnya dan menitikkan air mata. "Aku pergi dari sini!"

Chaz menahan tangan Taylor. "Jangan pergi dulu!" perintah Chaz. "Kita belum selesai bicara Taylor!"

Taylor membalikkan badannya dan....

PLAK

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Chaz dengan sukses.

"Kita putus! Maaf, aku pergi dulu Chaz."
Taylor langsung berlari dengan cepat.

Chaz masih tertegun sambil mengelus-elus pipinya yang sakit.

Taylor menghentikan langkahnya dan berbalik.

"Chaz, kita nggak bisa lanjutin hubungan kita. Aku harus pergi."
Taylor mengelus pipi Chaz. Chaz menahan tangan Taylor dan mencium bibir Taylor.

Taylor cuma nyengir dan tersenyum tipis lalu pergi.

***

"Aww, sakit Cait!" teriak Chaz sambil memegangi pipinya yang sakit.

"Iya kamu tahan dulu, nanti juga sembuh kalau udah selesai aku obatin," jawab Caitlin pelan sambil mengusap pipi Chaz dengan kain.
"Yang mana yang sakit?"

"Yang sini," jawab Chaz manja sambil meringis kesakitan.

Caitlin menoleh pelan sambil tersenyum manis.

"Kamu cantik banget kalau senyum kayak gitu," ceplos Chaz.
Chaz langsung membungkam mulutnya.

Caitlin tertawa kecil. "Kamu bilang apa tadi? hihihi."

"Biasanya muka kamu sangar sih, galak banget," ucap Chaz asal.

Caitlin langsung menekan memar Chaz.

"Awawaw, sakit Cait. Pelan-pelan dong," rintih Chaz kesakitan. "Tambah sakit nih."

Caitlin manyun. "Kamu sih, bilang muka aku sangar kayak gitu. Siapa yang nggak marah coba kalau dibilang kayak gitu?" ujar Caitlin jutek sambil menekan-nekan pipi Chaz yang memar dengan kasar.

"Aduh, pelan-pelan Cait!" Chaz mengaduh pelan. "Tapi.... kalau senyum kayak tadi manis banget kok, cantik," rayu Chaz gombal.

Caitlin tersenyum malu-malu kucing. "Makasih."

"Tapi, pelan-pelan dong. Yang lembut ngobatinnya," ucap Chaz manja.

"Yeeee... maunya!" balas Caitlin sambil cekikikan.

"Aduh, Cait sakit!"

Caitlin langsung mengelus pipi Chaz dengan tangannya secara lembut.
Chaz memegangi tangan Caitlin yang memegangi pipinya sambil menatap Caitlin lekat.

"Ehm, Chaz. Sini yang sakit?" tanya Caitlin membuyarkan lamunan Chaz.

"I... iya, sakit banget," jawab Chaz gelagapan sambil melepaskan tangannya.

Caitlin dan Chaz jadi salah tingkah gitu deh, he-he-he

Love In Bieber #12

"Ada dia."

"Dia siapa?"

"Ya dia."

"Orang?"

"Iya."

"Hidup."

"Ya iyalah.

"Siapa sih??"

"SHAWTY!!!!"

Justin terdiam, mulutnya membentuk huruf 'O'. "Shawty kenapa, Chaz? Yang jelas dong kalau ngomong!!"

"Dia...."

Justin mengguncang-guncangkan tubuh Chaz.

"Dia...."

Justin menyikut lengan Chaz. "Dari tadi dia dia terus. Yang jelas dong Chaz!"

"Shawty udah dateng ke sini dan dia skarang... Selena...."

"Shawty? Selena? Mereka kenapa sih?" Justin semakin penasaran.

"Berantem!!" jawab Chaz singkat.

Justin terdiam sejenak sebelum menarik tangan Chaz kuat-kuat dan berlari menuju tempat Shawty dan Selena.

Justin datang dan....
PLAK!!

Selena kaget sambil memegangi pipinya yang sakit.
"Ka... kamu kenapa sih? Kok malah tampar aku? Harusnya kamu tampar dia!" omel Selena.

Justin menarik tangan Shawty yang ada di sebelahnya dan mengajaknya pergi.
Shawty melepaskan tangan Justin.

"Kenapa?" tanya Justin kaget.

"Koperku ketinggalan hehe," jawab Shawty santai sambil nyengir.

Justin berlari ke arah taksi yang Shawty naiki dan mengambil koper Shawty.
"Kita pergi aja dari sini."

***

Shawty merapatkan tubuhnya ke tubuh Justin.

Justin memegang tangan Shawty dan menggenggamnya. "Kedinginan ya?"

Shawty mengangguk manja. "Iya, dingin banget."

Justin menarik tangan Shawty dan menggenggamnya serta memeluk Shawty dengan erat. "Skarang udah nggak dingin kan?" tanya Justin.

Shawty cuma ngangguk sambil tersenyum tipis.
"Aku kangen banget sama kamu," ucap Shawty akhirnya.

Justin memandang wajah Shawty. "Aku juga, aku kangen banget sama kamu."

"Bohong deh..."

"I swear I miss you!!"

"You're lying! Buktinya, Selena..."

"Ssstttt." Justin menaruh jari telunjuknya di bibir Shawty. "Kamu harus mau dengerin penjelasan aku Shawty..."

Shawty cuma ngangguk lemas.

"Justin Bieber only loves Shawty Gomez," bisik Justin pelan.

"Tapi apaan maksud kamu ci..."

"Kamu sama Selena itu mirip. Waktu itu aku nggak bisa tahan karena aku kangen banget sama kamu dan yang ada dipikiranku itu kamu. Aku seneng banget dan aku ngelihat Selena waktu itu sebagai kamu....," Justin memotong ucapannya. "Aku nggak tau kalau ada yang foto kejadian itu."

Justin mencubit pipi Shawty.

Shawty menarik napas panjang. "Nggak keren ah ceritanya, nggak romantis gitu."

"Siapa bilang ceritanya keren? Kan aku cuma mau jelasin ke kamu, Shawty."

Shawty menoleh ke arah Justin. "Beneran tuh ceritanya?"

"Yep," jawa Justin singkat.

Shawty manyun.
"Awas ya kalau bohong!"

"I'll never lie to you Shawty," ucap Justin lalu mengecup kening Shawty. "Only you, my favorite girl."

***

"Shawty!"

Shawty berbalik arah. "Kenapa?" tanyanya ketus. "Ngajak berantem lagi?"

Selena berjalan cepat ke arah Shawty dan menatapnya sinis.
"Oh, sekarang kamu belagu ya? Mentang-mentang Justin lebih belain kamu! Mungkin dia terpaksa kali ya?" ucap Selena jutek.

Shawty mendengus kesal. "Selena, Justin itu cowok aku. Udah pasti lah dia belain aku, daripada belain kamu? Apa untungnya coba?"

Selena mendorong bahu Shawty. "Heh, dia itu terpaksa jadi cowok kamu! Ada juga dia itu suka sama aku, dia nyium aku karena dia pengen aku jadi ceweknya!" Selena membentak.

Shawty memalingkan mukanya. "Waktu itu yang ada di pikirannya cuma aku! Secara muka kita mirip, jadi ya...."

Selena mengepalkan tangannya dan menggerakkan tangannya untuk menampar Shawty. Justin tiba-tiba datang dan menepis tangan Selena.

"Ju.. Justin...," ucap Selena pelan sembari gelagapan.

Shawty mendekat ke arah Justin.

"Selena, aku nggak suka cara kamu yang kasar sama Shawty."

"Justin, kamu nggak tau. Dia ini ada hubungan sama Cody!" ujar Caitlin. "Nih, aku punya buktinya!"

Caitlin mengeluarkan hp-nya dan menunjukkan sebuah foto. Foto Cody saat mencium pipi Shawty sewaktu Cody pamit pergi.
"Dia itu belagu! Dia nggak cocok sama kamu!! Dia itu perempuan mura.."

Justin memotong ucapan Selena. "Aku minta, kamu jaga ucapan kamu. Aku bener-bener nggak suka kamu seenaknya sama Shawty. Dia itu cewek aku, aku sayang sama dia dan aku nggak mau kamu ganggu dia!!" bentak Justin.

Selena terdiam. "Terserahlah!!" ujarnya lalu berlari pergi.

Justin berbalik arah dan menarik tangan Shawty untuk pergi dari situ.
Justin masuk ke dalam mobil disusul Shawty.

"Kita mau kemana?" tanya Shawty di tengah perjalanan.

Justin menoleh dan menarik napas panjang. "Kita ke pantai!"

Shawty mengernyitkan dahinya dan memilih untuk diam menuruti perintah Justin.


Shawty menghampiri Justin perlahan dan menepuk pundaknya. "Boleh duduk?"

Justin mengangguk sambil memamerkan senyum manisnya.

Shawty duduk dan mendekap lututnya kencang. "Dulu, aku sering banget ke sini, sendirian..." Shawty memotong ucapannya dan menengadah menatap langit. "Dulu aku bener-bener bukan apa-apa, temen aja nggak punya. Aku cuma inget ada anak laki-laki yang sering nemenin aku tapi aku nggak tau siapa."

Justin menoleh ke arah Shawty. Rambut Shawty berkibaran diterpa angin. Rambut-rambutnya terurai dan membuat pipinya yang lembut tampak jelas.

"Bukan apa-apa, tapi dia mirip sama kamu." Shawty tertawa lepas seraya merentangkan tangannya.

Justin tersenyum kecil. "Aku akan bawa kamu terbang suatu hari nanti."

GLEK!
Tangan Shawty kaku. Shawty menatap Justin kaget. Rasanya seperti 'de ja vu'! Perasaan ini, suasana yang tenang, tatapan Justin yang teduh, kata-katanya barusan. Shawty merasa semua ini pernah terjadi.

"Harapan masa kecil," Justin menyeringai. Ditatapnya cewek cantik di sampingnya. "Bukankah begitu Putri Kecil?"

TOENG! Apa-apaan ini? Apa maksudnya Justin dengan itu semua. "Pa.. Pangeran Kecil?" Tanpa sadar Shawty mengucapkan kalimat itu.

Shawty langsung geleng-geleng. "Hah, maksudku..."

"Sssttt..." Justin meletakkan telunjuknya di bibir Shawty. "Aku kan selalu bilang, aku nggak mau dibilang kecil, aku mau besar biar bisa melindungi putri kecilku."

Shawty menepis tangan Justin. Matanya berbinar-binar saat mengalihkan pandangannya ke laut. "Masa kecil yang... bodoh!" Shawty menyeringai.

Justin beranjak dari tempat duduknya dan mengambil sebuah layangan di sampingnya. "Kita kirim surat ini ke atas sana. Surat yang isinya unek-unek kita," jelas Justin sambil memberikan secarik kertas dan bolpoin.

Shawty memegang pipi Justin dengan kedua tangannya dan membuat Justin menolehkan kepalanya ke kanan. "Nggak boleh lihat!"

Justin melirik Shawty. "Apaan tuh? I lo?"

Shawty langsung mendelik. "Siapa suruh lihat?"

"Aku," jawab Justin santai.

Shawty mendorong pipi kiri Justin. "Jangan lihat sampai aku bilang selesai!" Shawty melanjutkan tulisannya dan menoleh lagi. "Awas nanti aku jurus!"

Justin cekikikan sendiri. Putri kecil keluar lagi sifat kekanakannya, tapi lucu, Justin suka itu.

"Udah belum?" tanya Justin takut-takut salah sedikit? Wadow, bisa kena jurus ampuh Nyi Shawty nih!

"UDAH!!" seru Shawty girang. "Mau lihat nggak apa yang aku tulis?"

Justin ngangguk-ngangguk seneng. "Iya iya, aku mau banget. Lihat dong."

"Eits, aku lihat punyamu dulu dong!"

Justin melirik layangannya sambil nyengir.
"Nggak bisa gitu. Kamu kan udah nawarin duluan."

Shawty manyun.
"Pokoknya K-A-M-U D-U-L-U-A-N!!"

"Kamu duluan Shawty....," sergah Justin sambil geleng-geleng.

"Kamu!"

"Kamu!"

"Kamu kamu kamu!!!"

"Kamu kamu kamu kamu kamu!!!!!"

Shawty dan Justin sama-sama terdiam.

"Kalau bareng?" ujar mereka berdua kompak sambil ketawa bareng.

Shawty mengambil layangannya.
"Aku hitung ya? 1.... 2.... 3...."

Justin membalikkan layangannya bersamaan dengan Shawty.

Shawty tersenyum lebar melihat tulisan di layangan Justin yang bertuliskan. 'I LOVE SHAWTY GOMEZ' dan OMB!! Justin senyum-senyum malu melihat layangan Shawty yang bertuliskan 'I LOVE JUSTIN BIEBER'.

Justin berdiri dan mengambil layangannya. "Sekarang kita mainin layangan ini," tawar Justin.

Shawty memegang tangan Justin dan berdiri.
"Bareng-bareng ya?"

Justin mengangguk.

Justin dan Shawty sudah berada di posisi siap. [wuz kayak mau tempur nih].

"Begitu aku bilang mulai, kita lari ya?"

Shawty mengulur tali layangannya.

"Mulai!!" teriak Justin.

Justin berlari mundur untuk membuat layangannya terbang sambil mengulurkan talinya. Shawty berusaha lari dengan kencang tapi tali Justin mengenai kakinya hingga Shawty terjatuh.

Justin menoleh kaget melihat Shawty terjatuh dan berlari ke arahnya.
"Kamu nggakpapa?" tanya Justin panik.

Shawty meringis seraya menggeleng.

Justin mengecup lutut Shawty yang sakit cukup lama. Shawty cuma bengong ngelihatnya.

"Udah nggak sakit kan?"

"Masih nih...," jawab Shawty bohong.

Justin berdiri dan mengulurkan tangannya.
"Aku gendong kamu ya? Kita balik ke mobil aja."

Shawty memegang tangan Justin dan...

"Kejar aku!!"

Shawty lari-lari secepat kilat menjauh dari Justin yang masih bengong. Justin menatap Shawty dari kejauhan yang berlari menuju bibir pantai.

"Tunggu!!!"

Justin berlari lebih cepat dari Shawty dan mengejarnya.

"Air asin datang," seru Shawty sambil menciprati Justin dengan air.

Justin cuma senyum-senyum manis melihat tingkah laku Shawty.

Shawty terdiam.
"Kok cuma senyum-senyum sih? Idiiihh, nggak asik!" ujarnya sambil manyun dan menciprat-ciprati Justin.

Shawty membalikkan tubuhnya, tapi Justin berlari dan memeluknya dari belakang. Shawty berteriak dan melepaskan tangan Justin. Justin semakin mengejarnya dan menarik tangannya. Shawty membalikkan tangan dan menatap Justin dengan tajam lalu menciprati Justin dengan air. Justin tetap diam.

"Bales dong!" ujar Shawty.

Justin menggeleng. "Enggak ah, males!" jawabnya asal.

Shawty berjalan pelan ke arah Justin sambil manyun. Justin juga berjalan pelan ke arah Shawty sampai mereka bertemu.

Shawty malu-malu kucing. Justin mencubit pipi Shawty dan mengelus rambutnya.
Shatwty memalingkan mukanya.

"Lihat deh! Waktu kecil kita suka lihat sunset di sini," ucap Justin.

Shawty mengangguk bertanda masih ingat.

Justin menggenggam tangan Shawty dan menatapnya lekat.

"I LOVE YOU," kata Justin.

Shawty memejamkan matanya. Justin mengecup keningnya dengan lembut.

"I LOVE YOU TOO," balas Shawty.

***

Justin memberhentikan mobilnya.

"Shawty, foto itu..."

Shawty menggeleng. "Itu cuma perpisahan aja, selebihnya nggak ada apa-apa dan nggak pernah terjadi apa-apa antara aku dan Cody."

Shawty turun dari mobil dan berjalan dua langkah menuju asrama sampai dia Justin memanggilnya.

"Shawty..."

Shawty terdiam. "Oh iya aku lupa," ucapnya sambil membalikkan badan dan berjalan menuju mobil Justin.

"Good night Justin," bisik Shawty pelan lalu berjalan pelan menuju asrama.

Justin memarkir mobilnya dan berjalan cepat menuju asramanya. Sesosok perempuan berambut panjang duduk terdiam di ambang pintu asrama.

Justin mendekatinya perlahan dengan takut-takut dan melihat perempuan itu dengan jelas.

JEDER!!!

"Selena!" teriak Justin kaget.

Selena berdiri dan mencium pipi Justin. "Iya," jawabnya sembari tersenyum lebar.

Justin langsung mengusap bekas kecupan Selena.
"Kamu ngapain ada di sini malam-malam?" tanyanya ketus.

Selena menarik Justin untuk duduk di sampingnya.
"Aku nungguin kamu dari tadi di sini, Justin," jelas Selena.

Justin berniat berdiri dan masuk ke dalam asrama, tapi Selena langsung menarik tangannya untuk kembali duduk dengan cepat.

"Justin, dengerin aku dulu."

"Dengerin apa?"

"A... aku sayang sama kamu Justin, aku cinta sama kamu," ucap Selena melas.

Justin menatap melas muka Selena dan menggenggam tangannya.
"Enggak Sel, maaf ya. Aku dan Shawty udah bener-bener saling sayang," jawab Justin sambil menggeleng.

Selena kaget, air matanya hampir saja jatuh kalau saja Justin tidak memeluknya erat.
"Tapi aku udah anggap kamu sebagai saudaraku," tambah Justin.

Selena melepas pelukan Justin sambil masih menangis sesenggukan.

"Udahlah Sel, please don't cry."

Selena mengangguk lemas sambil menghapus air matanya.
"Maaf ya selama ini aku udah ganggu hubungan kalian," ucap Selena sesenggukan.

Justin mengangguk.

"Sebenarnya... Apasih yang kurang dari aku?" tanya Selena ragu-ragu. "Apa aku kurang cantik? Akukan kembar sama Shawty, otomatis muka kita sama. Tapi kenapa kamu malah milih dia?"

Justin tersenyum kecut lalu menarik napas panjang.
"Aku punya seribu alasan untuk suka sama kamu. Dan kalau alasan itu hilang?" Justin mengangkat bahunya. "Otomatis rasa suka aku ke kamu akan hilang. Dan Shawty..." Justin tersenyum kecil sambil tertawa. "Dia satu-satunya orang selain keluargaku yang bisa bikin aku cinta dia tanpa alasan, jadinya nggak akan ada alasan yang hilang dan nggak akan ada cinta yang rapuh."

Selena terdiam. Oh my Bieber, ternyata cinta mereka berdua bener-bener tulus. Bego banget aku udah nganggu mereka!
"Jaga Shawty ya? Aku nggak mau kehilangan saudara kembarku itu maupun ngelihat dia disakiti."

Justin tersenyum lebar. "Janji!"

"Aku juga mau pamit, besok aku mau pergi ke Indonesia. Nuntasin liburan dan untungnya pihak sekolah ngebolehin aku karena aku juga mau buat album baru," jelas Selena sambil menyunggingkan senyum paksa.

Justin mengangguk pelan. "Aku selalu do'ain kamu dari sini, semoga album kamu sukses."

"Makasih," balas Selena singkat. "Makasih banget."

Selena beranjak dan berjalan menuju asramanya. Sedangkan Justin, masuk ke dalam asramanya untuk tidur.

***

"Sini aku bantuin," ucap seseorang.

Selena menoleh cepat.
"Eh, kamu?"

Cowok itu mendekat. "Iya aku," jawabnya sambil tersenyum tipis.

"Eh, kamu siapa?" tambah Selena.

GUBRAK

Cowok itu geleng-geleng kepala.
"Kamu belum tau aku? Orang setenar aku, kamu nggak tau?" bentak cowok itu sambil melototi Selena.

Selena menggeleng dan kembali berkemas.
"Kalau mau ganggu mending keluar aja deh," ucap Selena akhirnya.

Cowok itu cuma bengong.

"Kenapa ngelihatinnya gitu? Suka?" tanya Selena asal.

Cowok itu malah ketawa, Selena jadi sebel. Gimana enggak sebel? Katanya mau bantuin, eh dateng-dateng malah duduk dan berantakin baju-baju yang udah dilipat. Dasar cowok aneh!!

"Pergi aja deh, aku nggak butuh bantuanmu!" ujar Selena galak

Cowok itu membantu melipat kembali baju-baju Selena.
"Galak banget sih, aku kan udah bantuin kamu dapetin Justin," ucap cowok itu.

Selena melotot tajam. "Bantuin apaan? Bukannya bantuin malah nyusahin. Udah gitu nggak berhasil kan?" Selena geleng-geleng. "Kasihan ya, kamu juga nggak berhasil dapetin Shawty."

"Kamu sendiri juga bantuin nggak bener. Kasihan juga ya? Kamu nggak dapetin Justin," sindir Cody.

Selena cuma diam.

"Jadi... kamu mau pulang ke Indonesia?" tanya Cody.

Selena mengangguk pelan. "Iya, kayaknya itu satu-satunya jalan untuk nenangin diri aku."

Cody menggeleng. "Nggak kok, itu bukan jalan satu-satunya. Masih banyak yang bisa kamu lakuin untuk nenangin diri kamu," jawab Cody santai sambil berjalan menuju pintu kamar.

Selena langsung menoleh dan berdiri menghampiri Cody.
"Maksudnya?"

Cody membalikkan badannya lalu mengangkat bahu dan memiringkan kepalanya.
"Wanna go out with me?" tawar Cody. "Come on."

Selena akhirnya mengangguk. "Okay."

***

Love In Bieber #11

Justin duduk di tempat tidur dan segera membukanya. Ryan juga duduk di sebelahnya untuk melihat apa isi kotak itu.

Justin mengernyitkan dahi. "A.. apa ini?"
Justin menoleh ke arah Ryan. "Kamu tau ini ya?"

Ryan mengangguk. "Iya, ada di majalah dan koran terbitan hari ini juga."

Justin membanting kotak yang dipegangnya. "Sialan!"

"Hey man, tenang! Jangan emosi dulu!" sergah Ryan.

Justin menghela napas panjang dan membenamkan wajahnya ke tangannya.

"Aku tinggal dulu ya? Kamu tenangin diri dulu," bisik Ryan yang lalu keluar dari kamar Justin.

Justin membuka wajahnya sesaat setelah Ryan keluar dari kamarnya.
Ia meraih ponselnya dan men-dial nomor Shawty.

"Please angkat! Sebelum terlambat!" ujar Justin panik.
"Ah, nggak diangkat!"

Justin melempar ponselnya ke tempat tidur dan berbaring lemas sambil menutupi mukanya.
"Oh my gash, itu bukan apa-apa?!"

Justin marah-marah karena dia nggak terima. Dia tau, itu cuma kesalahan kecil yang akhirnya dibesar-besarin. Itu cuma masalah kemiripan dan emosi.

Waktu itu kan aku cuma nggak sadar, aku pikir dia Shawty! ujar Justin dalam hati.

Seseorang mengetuk pintu kamar Justin. Justin kaget, ia langsung menoleh ke arah pintu dan berlari untuk menahan pintu.

"Justin, kamu udah dateng ya?" tanya suara dari luar yang ternyata suara Chris.
"Justin?" teriak Chris.

"Nggak ada orang di dalem," jawab Justin santai.

Chris mengernyitkan dahi.
"Weh? Nggak ada orang kok ada yang jawab?"

Justin menepuk dahinya sendiri. Oh iya, bego' banget aku, batinnya.

"Udahlah, buka aja Justin. Kamu nggak mau ketemu sama aku?" Chris ngeles.

Justin membuka pintu kamarnya perlahan dan langsung menyergah Chris, "Kamu mau tanya apa? Soal berita itu ya? Itu nggak bener Chris! Itu cuma salah paham aja! Ha! Kamu pikir aku laki-laki yang nggak tanggung jawab gitu? Aku cuma sayang Shawty. Cuma Shawty! Nggak ada Selena atau yang lain! Nggak!"

Christian cuma bengong ngelihat Justin ngomong panjang lebar.

"Jelas?" tanya Justin.

Chris geleng-geleng sambil melongo.

Justin menepuk dahinya lagi. "Sorry, aku terlalu panik."

"Masuk dulu aja ya? Baru kita ngomong."

Justin mengangguk. Chris masuk ke dalam kamar Justin.

"Tadi, kamu ngomong apa ya?" tanya Chris langsung.

"Nggak denger sama sekali aku ngomong apa?"

"Denger sih denger, tapi nggak tau kamu ngomongin apa. Habisnya nggak jelas banget gitu, hehe," ucap Chris sambil cekikikan.

Justin menatap Chris lekat dan langsung menceritakan semua yang terjadi, dan ternyata Chris udah tau itu semua dari 2 hari yang lalu.

***

"Shawty, kamu kapan sih balik ke asrama?" tanya Caitlin melas.

"Nggak tau deh Cait. Kayaknya masih lama deh. Aku belum selesai sama pekerjaan aku."

Caitlin terdiam sejenak. "Cepetan ya? Justin udah dateng lho hari ini. Aku kira kalian pulang ke sini barengan."

"Sama Selena?" tanya Shawty.

"Nggak," jawab Caity singkat.

Caitlin tau, Shawty pasti lagi mikirin soal gosip yang sedang menimpa dia, Justin, dan Selena. Gosip tak sedap yang Caitlin tau Justin nggak mungkin berbuat kayak gitu.

"Sabar aja ya?"

"Sabar apa?" tanya Shawty nggak ngerti.

Caitlin nggak menjawab, takut salah bicara.

"Itu ya? Yang soal Justin dan Selly?" tanya Shawty lemas.

"Hehe iya," jawab Caity sambil cengengesan.

Shawty hanya tersenyum mendengar jawaban Caitlin.
"Udah dulu ya? Aku mau mandi dulu, udah acem nih."

"Uh, pantesan bauk! Mandi dulu gih!" canda Caitlin.

"Ye.. Neng Caity aneh-aneh aja. Perasaan di telepon itu kita cuma bisa denger suara atau pakai video cam. Tapi nggak pernah bisa transfer bau deh kayaknya?"

"Hehe iya iya. Ya udah yang penting mandi dulu. Nanti kalau akang Cody tersayang udah dateng, malu deh kamunya," balas Caitlin.

"What? Kalau kamu ada di sebelahku nih, udah aku tinju-tinju tuh mukamu. Lagian apaan sih pakai Akang Cody Akang Cody segala? :P Jangan-jangan kamu kali ya yang naksir Cody?" goda Shawty.

"Ye... Apaan? Nggak banget deh ya!!" bantah Caitlin.

Obrolan Caitlin dan Shawty di telepon makin seru aja. Kayaknya bakalan molor sejam lagi untuk Shawty mandi tuh.


Selena sampai di Beliebers V Hostel, bersebelahan dengan asrama Shawty.
Ia langsung bergegas pergi ke asrama Caitlin untuk minta kunci ke Caitlin.

"Yah, kamu jangan sedih lagi dong!" ucap seseorang dari dalam kamar Caitlin.

Selena spontan langsung berhenti dan ngintip dari balik pintu kamar yang sedikit terbuka.

"Aku tau Justin kayak gimana, lagian kalian masih pacaran kan?"

Selena ngangguk-ngangguk mengerti. Dia tau yang ada di dalam kamar itu adalah Caity dan yang ditelponnya adalah Shawty. Dan mereka lagi ngomongin masalah Justin dan Selena.

"Iya sih, foto itu memang 100% real tanpa rekayasa apapun, tapi Justin pasti punya alasan yang kuat kenapa bisa ada foto kayak gitu," ucap Caitlin.

Caitlin mengecilkan suaranya, Selena nggak bisa denger pembicaraan Caitlin dan Shawty dengan jelas. Ia mendorong pintu sedikit tapi kebablasan dan.

GUBRAK!

Caitlin langsung noleh.

Selena jatuh karena dia terlalu kuat dorong pintu kamar Caitlin sampai kelewatan.

"Hey," sapa Selly sambil cengengesan.

"Selena ya?" balas Caity ragu-ragu.

Selena berdiri dan membersihkan bajunya.
"Iya, mau ambil kunci kamarku."

"Oh iya, sebentar," jawab Caity. "Sebentar ya, ada sesuatu yang penting," ucap Caity di telepon.

"Nih!"

"Thanks."

Caitlin mengangguk, Selena pergi meninggalkan kamar Caitlin.

"Shawty, barusan ada Selena dateng. Dia ambil kunci kamarnya!"

"Ha? Trus trus, dia sekarang ke mana?" tanya Shawty penasaran.

"Kayaknya dia balik ke asramanya," jawab Caity santai.

Shawty menghela napas lega. "Nggak ada Justin di sana?"

"Nggak."

***

"Busyet, ini benda... be..rat banget!! OMB!!"

Justin mindahin kerdus-kerdus besar yg numpuk di lantai.
Saking nggak kuatnya, Justin sampai mundur-mundur dan nabrak lampu belajarnya.

KROMPYANG!!

"Oh my gash."

Selena langsung noleh ke arah suara.
"Kayaknya dari kamarnya Justin deh. Justin udah balik ke asrama?"

Selena langsung berlari kecil menuju asrama BieberFever VI.

"Ryan!!" Selena setengah berteriak.
"Hello!! Ryan!!"

Ryan tetep nggak denger Selena dan asik main video game.

BLETAK

Sepatu converse Selena mendarat tepat di kepala Ryan.
Ryan mengelus kepalanya pelan.

"Ryan! Di sini!" teriak Selena.

"Panggil aja kenapa sih? Nggak usah ngelempar sepatu gitu. Mana, sepatu kamu bau lagi, hiii," canda Ryan.

Selena menarik baju Ryan.
"Ih, dasar!" ujarnya sambil memakai sepatunya kembali.
"Eh, itu yang ada di kamar Justin?"

Ryan ngangguk-ngangguk.
"Itu Justin, kenapa?" tanya Ryan ketus.

"Kamu kok ketus banget gitu sih sama aku?"
Selena manyun.

"Aku nggak ketus tau, cuma lagi males aja."

"Masuk boleh?"

Ryan mengangguk dan mempersilahkan Selena masuk ke asrama.

Selena celingukan nyari jalan ke kamar Justin. Maklum, belum pernah masuk ke asrama itu sebelumnya.

"Kenapa Sel? Ada yang salah?"

Selena menoleh. "Eh, enggak, aku cuma mau cari...." Selena gelagapan cari alasan.

"Kamar mandi? Ada di ujung sana tuh," ujar Ryan seraya mengacungkan tangannya ke ujung ruangan. "Tapi, hati-hati. Di sini itu cowok semua, Sel."

Selena manggut-manggut dan ngacir ke lorong menuju kamar mandi.

Ternyata asrama cowok nggak jauh beda sama anak cewek. Di sepanjang lorong, di kanan-kiri berjejer-jejer kamar-kamar. Selena langsung celingukan cari kamar Justin.

"Justin!" Selena langsung mendobrak pintu sebuah kamar.

"Aaa!!!"

Ups! Salah masuk kamar. Selena langsung menutup lagi pintu kamar itu dengan cepat dan ngibrit kabur, takut bakalan kena timpuk sandal.

Di ujung ruangan, terdapat sebuah kamar dengan tulisan 'BIEBER' besar-besar. Nggak salah lagi itu pasti kamar Justin.

Selena mengetuk pintu kamar Justin perlahan.
"Justin??" panggil Selena lembut dari luar.

"Yeah, wait a minute!" saut Justin dari dalam kamar.

Belum sampai semenit, Justin langsung membuka pintu kamarnya.

"Hei," sapa Selena garing.

"Apa?" Justin masih sibuk ngebersihin foto-foto orang tuanya tanpa menoleh ke arah Selena.

Selena jadi manyun ngelihat gelagat Justin yang cuek aja.
"Justin!" bentak Selena.

Justin langsung nengok. Busyet! Nenek lampir dari mana nih? Hehe bercanda.
"Eh, Selena. Kamu udah pulang ke asrama?"

Selena ngangguk-ngangguk. "Iya, aku cepet-cepet pulang ke sini karena aku tau kamu juga pulang ke asrama."

Justin masuk ke kamarnya dan duduk di sofa. "Ooohh," tanggapnya singkat.

Selena mengekor Justin dan duduk di sebelahnya.
"Foto siapa itu?" tanya Selena sembari menunjuk sebuah foto yang dipegang Justin.

"Oh ini? Kamu kenal kan?" jawab Justin malas sambil tetap mengusap-usap foto itu.

"Aku kan?" tebak Selena kegeeran.

Justin mengacak rambut Selena. "Pd banget sih, siapa bilang ini kamu?"

Selena mesem. "Pasti saudara kembar aku kan? Shawty ya?"

Justin ngangguk-ngangguk.

"Kangen ya sama dia?" tanya Selena ragu-ragu.

Justin menaruh kembali foto Shawty di meja kecil yang ada di sebelah sofa. "Iya lah, aku nggak lihat dia sehari aja udah kangen banget. Apalagi ini udah berhari-hari," jelas Justin.

Selena manggut-manggut. Niatnya sih mau bilang, kan ada aku? Ngapain sih kamu mikirin Shawty? Mending mikirin aku aja. Tapi kelihatannya Justin lagi nggak mood. Terbukti dengan nadanya yang sedikit ketus dan datar kalau Selena nanya.

"Ya udah, aku cuma mau nyapa kamu aja kok. Aku balik ke kamar dulu ya?" ucap Selena sesaat setelah beranjak dari sofa.

"Bye." Justin melambaikan tangannya sebelum Selena benar-benar nggak kelihatan lagi batang hidungnya.

Selena masang muka jutek. "Gila aja sih Justin, aku dateng malah dikacangin, aku pergi dia nggak cegah aku," Selena marah-marah nggak jelas. "KAYAKNYA BUTUH TENAGA EKSTRA BUAT DIA!!"

***

"Kenapa Sel? Itu muka kok ditekuk gitu?" tanya Jasmine sambil mengaduk-aduk orange juice yang ada di depannya.

Selena cuma noleh tapi tetap diam seraya melipat kedua tangannya untuk menopang dagu.

"Aku tebak pasti Justin, kamu kemarin ke kamarnya Justin kan? Tapi Justin ngacangin kamu."

TOENG!! Tebakan yang 100% benar.

"Tau dari mana?" tanya Selena sambil masang muka jutek.

"Chris," jawab Jasmine singkat. "Cowok aku itu kan sahabat deketnya Justin."

Selena terbelalak. "Sejak kapan kamu sama Chris?"

"Sejak 1000 tahun sebelum masehi! Ya enggaklah! Waktu kamu lagi nggak sekolah," jelas Jasmine sambil mengambil buku yang dipegang Selena lalu membuka-buka lembarannya.

Jasmine melihat cover depan buku itu dan berkali-kali membolak-balik bagian depan dan belakangnya. "Sejak kapan seorang Selena suka baca buku?"

Selena mengibas-kibaskan tangannya malas. "Ah, itu sih cuma selingan!"

Jasmine membaca judulnya keras-keras, "1000 jurus jitu menaklukan hati sang pujaan!" Jasmine cengo. "Ini untuk apaan sih?"

Selena menghela napas panjang. "Sahabat 'cowok kamu' itu!" Selena menekankan suaranya pada kata-kata cowok kamu.

Jasmine cuma manggut-manggut. "Makin banyak aja tuh fans-nya dia," kritik Jasmine sambil menyibak poninya.

"Kamu sendiri bukannya dulu ngejar-ngejar Justin setengah mati?"

"Itu dulu sebelum...," potong Jasmine untuk menyeruput orange juicenya yang tinggal sedikit. "Christian ngelihatin dirinya yang bener-bener buat aku kagum. Yah, walaupun... Chris itu lebih muda dari aku hehe. Bieber itu nggak gampang lho, dia bener-bener sayang sama Shawty."

Selena semakin menekuk mukanya. Pandangannya kini tertuju ke koridor. Sesosok cowok yang ditunggunya datang juga.

"Dia itu cowok yang setia, waktu sama aku aja aku ngerasain itu banget kok," sambung Jasmine.

Tuhan, SESULIT itu kah untuk ngambil perhatiannya Justin?? Selena langsung beranjak pergi sebelum Jasmine berteriak dengan kencang, "MINUMAN AKU BELUM DIBAYAR!!"

***

"Thanks Shawty, kamu udah mau bantuin aku."

Sahwty cuma nyengir. "Nih!" ucapnya sambil memberikan Cody sebotol teh dingin.

Cody langsung membuka botolnya dan hampir meneguknya ketika teringat...
"Eh, kamu kan suka ini? Nggak minum?"

Shawty menggeleng. "Enggak," jawabnya singkat.

"Kenapa?" Cody akhirnya meneguk tehnya.

"Biasanya Justin yang suka beliin aku itu, aku cuma inget Justin aja," jawab Shawty lemas. "Bikin bete dia nggak ada di sini."

Cody diem aja. Yaelah, kemana aja? Ada aku di sini! Halo??

Shawty mengibas-kibaskan tangannya di depan mata Cody. "Cody? Ngelamunin apaan?" Shawty mengernyitkan dahinya.

Cody nengok lalu nyengir. "Nggakpapa hehe," jawabnya polos. "Cuma kepikiran..."

"Kepikiran apaan?"

"Kepikiran kamu!! Hahahaha," Cody ngakak-ngakak gaje.

Shawty manyun. "Bener nggak sih nih orang kepikiran aku? Ditanyain malah ngakak gitu."

Cody mengacak rambut Shawty. "Beneran tau!!" serunya singkat lalu melanjutkan acara ngakak rianya.

HAH? Kumat nih Cody, mending kabur ah... Shawty ngacir pergi meninggalkan Cody.

***

"Cody? Bangun dong!!" Shawty menepuk pipi Cody berkali-kali.
Sesekali cowok itu ngolet ke kanan-kiri. Tendang sana-sini, tangan jerontelan ke sinilah, situlah. HIYYY...

Shawty menepuk tangan Cody. "Cody yang cakep dan suka menabung, bangun ya?" Shawty ngemis-ngemis minta Cody bangun.

Cody langsung duduk, matanya masih setengah merem. "Apa tadi? Aku cakep? Makasih ya Shawty cantik," ucap Cody sambil nyolek dagu Shawty.

Shawty menepis tangan Cody. "Ish, kan cuma boongan. Biar kamu bangun aja, wekkk!!!" Shawty berlari ke ambang pintu. "Cepetan mandi, ganti baju, siap-siap kalau mau nganterin aku ke bandara. Dadaahh..." Shawty menutup pintu kamar Cody dengan keras.

Cody langsung membuka seluruh matanya dan terbelalak. "Apa?? Ke bandara???"
Cody berlari membuka pintu dan melihat Shawty yang berjalan santai di koridor. "Shawty??!!"

Shawty menoleh sambil melepas headshetnya. "Apaan?" mulutnya membentuk huruf 'o'.

"Kamu mau pulang?" tanya Cody pelan.

"Apa? Nggak denger!!" seru Shawty dari jauh.

GLEK! Suaraku? Kenapa tiba-tiba nggak mau keluar? Jantungku? Detaknya nggak beraturan!!

Cody menunjuk-nunjuk arah selatan. "P-U-L-A-NG!!" Tangannya di naikkan sedahi dan memperagakan pesawat yang sedang terbang. "Indonesia??"

Shawty melongo. "Maksudnya aku pulang ke Indonesia?"

Cody ngangguk-ngangguk menandakan ucapan Shawty barusan benar.

Shatwy menggeleng dan berjalan mendekati Cody sekitar 1 meter. "Nggak, aku pulang ke sekolah, lagian aku udah selesai kan shootingnya." Shawty berbalik arah dan berjalan menjauh. Meninggalkan Cody yang hatinya remuk.


"Minta di bawain tuan?"

"Hah?" Cody menoleh sambil melongo. "I.. iya."

Jammy menepuk pundak Cody membuyarkan lamunannya. "Cody!"

Cody sedikit melonjak.
"Apaan?" tanyanya ketus.

"Sini aku setrika dulu mukanya... Kusut banget sih, ada apa?" tanyanya pengen tau.

Cody geleng-geleng lemas. "Nggakpapa."

Jammy menyikut lengan Cody. "Haiya, nggak ada apa-apa kok cemberut gitu?"
Jammy memerhatikan Shawty yang lagi masukin koper ke dalam mobil.

Jammy menunjuk-nunjuk Shawty sambil tersenyum kecil. "Shawty kan? Kamu nggak rela ya dia pergi, hayo?"

Cody menyeringai. "Hehe iya, kangen nanti nggak ada yang nimpukin aku lagi kalau aku deket-deket dia." Cody alasan.

"Serius cuma itu doang? Nggak mungkin!!" Jammy langsung menarik Cody untuk menghampiri Shawty.

Shawty tersenyum lebar ketika mengetahui dua makhluk yang tadinya berjarak 20 meter darinya kini mendekat. "Bisa bantu?" tanyanya nggak tanggung-tanggung.

"Bisa bisa," jawab Cody.

"Apasih yang nggak untuk Shawty dari Cody?" goda Jammy.

Cody mendorong bahu Jammy pelan. "Apaan sih, sirik??"

Shawty tertawa kecil melihat kelakuan Cody dan Jammy. "Haha udah ah. Kalian itu nggak di lokasi shooting, nggak di sini, sama aja kerjaannya!"

"Lha ya emang sama. Nggak mungkin kerjaannya beda, masa' kalo di lokasi shooting aku jadi produser atau sutradara gitu, waktu di hotel jadi cleaning service GRATIS lagi!" Jammy mengedipkan sebelah mata ke arah Cody.

Cody menerawang, teringat sesuatu sampai Jammy bisa bilang kayak gitu.

"Cody! Cody!! Bukain pintunya, cepet!!" teriak Jammy dari luar kamar Cody.

"Iya, sebentar Jam." Cody berjalan dari ranjang dengan mata setengah merem.

Begitu pintu di buka... JENG JENG

Jammy langsung menubruk Cody dan masuk ke dalam kamar mandi. Cody spontan kaget dan berlari ke depan kamar mandi.

"Nggak nggak nggak! Kalau mau mandi, aku duluan!" sergah Cody sambil mengambil handuknya.

"Bantuin aku kenapa sih? Ada janji sebentar lagi nih. Kamar mandi kamar lagi di bersinin," jelas Jammy merayu. "I don't wanna be late at my first date with her!"

Cody terdiam. "Kamu nge-date? Sama siapa?"

"Sama kecoa! Udahlah, nanti aja tanya-tanyanya. Okay?"

Cody berpindah tempat, memperbolehkan Jammy masuk ke dalam.
Belum lama Jammy masuk, Cody kelupaan, dompetnya ketinggalan di kamar mandi semalem.

Tanpa basa-basi, Cody langsung membuka pintu kamar mandi yang tidak terkunci.

CEKREK!!

"Ehh!!! Ehh!! Stop!! blup.. Set.. blup.. GILA!!" Teriak Cody gelagapan.

Jammy meringis dan menjatuhkan selang yang ada di tangannya.

Cody mengusap mukanya yang basah. "Bukannya mandi, malah mainan selang. Udah tau numpang malah nggak cepet-cepet!!" teriak Cody.

"Yah, kamar mandi kamu kotor sih, jadinya aku siram dulu."

"Tapi lihat dong, ini lantai kamar aku jadi basah kan??"

Jammy menengok sambil manggut-manggut. "Maaf, aku kan nggak sengaja Cod."

Cody menyipitkan matanya. "Wah, dapet cleaning service gratis nih!!"


"Hahahaha! Kayaknya sebelum kamu jadi cleaning service, kamu jadi tukang kebun yang nyiramin taman deh," canda Cody.

"Sial lo!"

Shawty mengernyitkan dahinya. "Apaan sih? Aku nggak dong."

"Ya udah, nggak usah dipikirin. Sekarang kita bantuin kamu aja, lagian kita harus sampai di bandara sebentar lagi kan?" Jammy menghentikan pembicaraan konyol mereka.

***

Chaz buru-buru berlari ke dalam kelas. "Gawat, mati deh aku kalau sampai terlambat."

"Hey lihat-lihat kalau jalan!"

Chaz menoleh sambil tetap berlari. "Sorry, buru-buru nih!!"

"Justin!! Justin!!" teriak Chaz dari kejauhan.

Justin menoleh lemas sambil ngangguk-ngangguk. "Ada apa Chaz?"

"Ada dia."

Selasa, 21 Desember 2010

Maaf ya? Cerita yang aku post itu belum di-edit hehe, jadi kalau ada salah mohon maklum ;)

Love In Bieber #10

Seorang lelaki berambut cepak, tinggi dan berperawakan tampan berdiri di ambang pintu.

"Siapa ya?" tanya Shawty gugup.

"Siapa?" cowok itu balik nanya.

Shawty menepuk dahinya keras. "Kok malah balik nanya sih?"

"Nicole!" seru cowok itu aneh.

Shawty mengernyitkan dahinya. gila kali ya nih cowok, Nicole nicole sapa tuh?

"Mas salah orang kali," jawab Shawty sambil cengengesan.

Cowok itu menggeleng dan berlari kecil masuk ke kamar Shawty.

"Eh mas! Sembarangan aja masuk ke kamar orang!" teriak Shawty kaget sambil menyeret cowok aneh itu.

"Mbak, saya dimana ya?"

Shawty terdiam memasang muka datar. "Lhah, anda ini gimana sih?" sambil menepuk dahinya.

"Saya Jammy, mbak tau?"

"Aku nggak tau kalau kamu Jammy, yang aku tau kamu itu cowok gila!" teriak Shawty ketus sambil menutup pintu kamar.
"Apaan sih itu orang, gila kali ya?"

Pintu kamar Shawty diketuk lagi.

"Apa lagi!" Shawty marah-marah.

Ternyata Jammy yang ngetuk pintu Shawty lagi.
Jammy senyum-senyum ke Shawty.

"Kenapa?" tanya Shawty ketus.

"Aku udah inget sekarang," jawab Jammy.

"Oh syukurlah kalau kamu udah inget kalau kamu itu WARGA RSJ YANG KABUR!"

"Eh, enak aja ngata-ngatain aku orang gila. Gini-gini, aku itu sahabat dekat Cody sekaligus sutradara video clip ini!" balas Jammy.

"Terserah deh, aku lagi nggak mood bercanda," jawab Shawty datar.
"Ada keperluan lain?"

Jammy mengangguk.

"Apa?"

"Segera pergi ke lokasi shooting," jelas Jammy sebelum pergi meninggalkan Shawty.

Shawty masang muka datar dan berjalan ke kamar mandi.

"Kemarin, waktu aku dandan gini, ada yang ngeluh," ujar Shawty lemas seraya memandangi cermin.
"Ada yang jahil, aneh-anehin aku."

Shawty menunduk lemas sambil menata rambutnya yang terurai panjang.

"Aku kok jadi nyesel sih?"

Hp Shawty tiba-tiba berdering.
"Hello."

"Yeah, he.. hey Shawty," ucap Justin gelagapan di telfon.

"Ada apa?" tanya Shawty malu-malu.

"Maaf," jawab Justin singkat.
"Yang kemarin," tambahnya.

Shawty terdiam sejenak dan memikir-mikir. Nggak enak juga sih kalau marahan sama Justin.

"Iya, aku maafin kamu kok," jawab Shawty akhirnya.

"Yes!" teriak Justin di telfon.

"Telingaku sakit tau," ucap Shawty datar seraya memegangi telinganya.

"Btw, aku pinjem kamarmu nggakpapa kan?"

"Iya, nggakpapa kok," jawab Shawty.
"Ehm, udah dulu ya Bieber, aku udah harus pergi."

"Eh, buket bunganya..."

Shawty langsung mematikan telfon dan bergegas pergi.

Nggak biasanya dia manggil aku Bieber, rasanya kayak orang lain, ucap Justin dalam hati.

***

Cody memegang tangan Shawty dengan erat dan memakaikan Shawty sebuah gelang.
Shawty tersenyum manis menatap Cody dan menggandeng tangannya.

Cody menarik Shawty ke dalam air dan menciprati Shawty.
Shawty ketawa-tawa seneng dan bales ngelempar air.

Shawty lari dari Cody tapi Cody berhasil nangkap Shawty dan memeluknya dari belakang.

Saat itu sunset, Cody dan Shawty berbaring di atas pasir pantai dan menatap matahari sambil bergandengan tangan.
Cody menoleh ke arah Shawty dan mengecup pipi Shawty.

"Aduh!" teriak Shawty.

"Cut cut cut!" teriak Jammy. "Shawty? Serius dikit dong!"

Shawty tertunduk lemas. "Iya, maaf."

"Ulangi! Ulangi!" perintah Jammy.

Cody menepuk pundak Shawty dari blakang, "Udah, kamu jangan sedih mikirin Justin terus dong."

Kamu mengernyitkan dahi. "Dari mana kamu tau aku mikirin Justin?"

"Insting, hehe."

Kamu tersenyum tipis dan melanjutkan shooting dan kali ini lebih baik dari yang sebelumnya.

Jammy mengacungkan jempol dari kejauhan. "Good job, Guys!"

***

"Good morning, Justin," sapa Mama Shawty.

"Good morning, Mama Shawty," sapa Justin balik.

Justin turun dari tangga dan pergi menuju dapur membantu Mama yang sibuk memasak.

"Where's she?" tanya Justin.

Mama Shawty mengernyitkan dahinya. "Who?"

"Your daughter, of course."

Mama Shawty tertawa kecil. "Justin, jangan sok lupa deh. Shawty nggak ada di sini."

Justin menepuk dahinya sendiri.
"Aku bener-bener lupa."

Mom Pattie turun untuk membantu Mama Shawty.

"Ehm, Justin?"

"Yes Mom?"

"Kamu udah telfon Shawty?" tanya Mom Pattie.

"U.. udah," jawab Justin ragu-ragu.
"Dia baik-baik aja kok."

Mom Pattie menghela napas panjang.

Tapi ada yang aneh dari Shawty, apa jangan-jangan dia nganggap aku bukan siapa-siapa lagi?

***

"Break sebentar ya?" tanya Shawty.

Cody mengangguk.

Shawty langsung lari dan menjauh dari Cody. Ia mengeluarkan hp-nya.


"Ha.. halo?"

"Yeah, what's up Shawty?" jawab Justin di telefon.

"Emm, Bieber. Eh, Justin a.. aku mau minta maaf sama kamu," ucap Shawty lemas.

Justin ketawa menaggapinya.
"Knapa Shawty? Kok tiba-tiba minta maaf?" Justin bingung.

"Ehm, banyak lah. Aku mau minta maaf banyak sama kamu."

"Then?"

"Pertama, aku kmaren udah kasar sama kamu, maaf aku kmaren kaget banget waktu kamu tiba-tiba kayak gitu," jelas Shawty.

"Aku yang harusnya minta maaf, waktu itu aku nggak bisa kontrol diri."

"Kedua, aku tiba-tiba pergi dan itupun dalam keadaan marah sama kamu," lanjut Shawty.

"Yang itu..," Justin mikir-mikir. "Nggakpapa kok, aku ngertiin kamu."

"Ketiga, aku... aku nggak nurutin kamu dan lebih milih shooting video Cody," tambah Shawty.

Justin manggut-manggut.

"Justin? Kamu masih di situ kan?"

Justin pura-pura diem.

"Jus.. Justin? Kok nggak ada suaranya?" Shawty panik. "Eh, Justin kamu udah matiin telefon kamu ya?"

Shawty melihat ke layar LCD hp-nya. "Belum mati kok."

"Shawty...," ucap Justin akhirnya. "Kamu sayang aku kan?" tanya Justin aneh.

"Ya.. yaiyalah, kok kamu nanyanya gitu sih?" Shawty ngerasa ada yang aneh. "Kamu ragu ya?"

"Ya enggak, aku cuma ngerasa kita sekarang jadi jauh, padahal baru satu hari. Ditambah lagi, bahasa kamu jadi aneh. Kamu manggil aku Bieber?" ucap Justin lemas.

Shawty tertunduk lesu. "A... aku nggak ada maksud lain, cuma... Maaf ya Justin, ya itu yang ada dipikiranku. Iya, aku tiba-tiba jadi kangen banget sama kamu. Kamu kangen nggak sama aku?"

"Enggak," jawab Justin singkat.

"Lho, kok enggak??" Shawty marah-marah.

"Ya aku emang enggak kangen kok sama kamu," Justin nggak bercanda.

Shawty mengernyitkan dahinya. "Oh, jadi kamu nih yang nggak sayang sama aku?"

"Bukan gitu, Shawty... Aku emang nggak kangen sama kamu, tapi aku kangen banget sama kamu. Aku nggak sayang sama kamu, tapi aku sayang dan cinta banget sama kamu. Aku nggak butuh kamu, tapi aku sangat membutuhkan rasa sayangmu. Dan kamu ada slalu di hati aku," rayu Justin.

Shawty senyum-senyum sendiri dengernya. "Bener?"

"Iya sayang, I swear I love you," jawab Justin.

Shawty nengok ke belakang, ke arah Cody dan Jammy yang udah mau mulai shooting lagi.

"Udah dulu ya? Aku harus ngelanjutin shooting aku. Nanti aku tefon kamu lagi," ucap Shawty.

"Okay Shawty, bye," ucap Justin mengakhiri percakapan.

Shawty menutup telfon sambil senyum lebar dan berjalan santai ke tempat Cody.

Shawty lari ke arah Cody, tali sepatu convers yang Shawty pakai lepas. Shawty nggak sengaja nginjek tali sepatu itu dan jatuh...

Cody langsung lari dan nangkep Shawty yang hampir jatuh.

"Shawty, kamu nggakpapa?" tanya Cody panik.

Shawty cuma geleng-geleng grogi karena Cody terlalu deket sama dia.

Cody ngelepasin Shawty.

"Makasih," ucap Shawty pelan.

"Ehm, iya yaudah kita skarang ngelanjutin shooting aja."

Shawty ngangguk dan ikut Cody ke tempat Jammy.

---

"Ternyata, aku salah. Shawty emang nggak mungkin ninggalin aku, buktinya dia masih perhatian banget sama aku dan kayaknya panik banget takut aku nggak maafin dia," jelas Justin di telfon.

"Nah, gitu dong. Jangan sedih lagi kayak kemarin! Aku kenal Shawty dan aku tau dia orangnya nggak gitu," ucap suara di telfon yang ternyata Caitlin.
"Btw, kamu kapan balik ke sekolah?"

Justin mikir-mikir.
"Lusa," jawabnya singkat.

Caitlin manggut-manggut.

"Aku mau nanya nih?" Caitlin ragu-ragu.

"Tanya apa?"

"Ehm... soal rumor itu? Bener nggak sih?" tanya Caity ragu-ragu.

Justin bingung. "Sorry Cait, rumor apa ya?"

"Tentang kamu itu."

"Tentang aku apa?"

"Yang sama Selena itu?"

"Selena?"

"Yang kalian pemotretan itu kok bisa?"

"Oh, pemotretan? Itu ya cuma pemotretan majalah."

"Bukan itu aja! Yang foto itu?"

Justin tambah kaget dan bingung.
"Yang jelas dong, Cait, aku nggak dong."

"Okay," Caitlin menarik napas panjang. "Skarang beredar foto kamu sama Selena yang lagi ciuman waktu kalian lagi pemotretan majalah Popstar dan foto itu 100% asli kan?"

DEG

Justin nggak jawab pertanyaan Caitlin. Ia gugup sekaligus kaget mendengarnya.

"Ja... jadi? Kejadian itu nyebar?" Justin gelagapan.

"Lho? Itu nyata? Ha?" bentak Caity.

"Enggak, itu nggak sesuai kenyataannya."

"Aku pikir kamu setia sama Shawty, tadi aku nggak mikir ini karena aku yakin itu hoax, tapi ternyata kamu kayak gitu?" Caitlin semakin marah.

"Aku nggak maksud apa-apa, Cait. Aku cuma sayang sama Shawty, bukan Selena atau yang lainnya. Aku bukan cowok yang kayak gitu! Waktu kita masih pacaranpun, aku cuma sayang sama kamu!"

Caitlin terdiam.
"Iya itu waktu kamu sama aku! Sekarang beda! Kamu sama Shawty udah semakin jauh dan aku tetep nggak nyangka aja kamu kayak gitu! Shawty itu sahabatku, Justin!"

"Ta.. tapi tapi, aku waktu itu nggak sadarkan diri, Cait. Selena itu mirip banget sama Shawty.. dan dalam pikiranku saat itu, dia Shawty. Aku kangen banget sama Shawty waktu itu, Cait. Kamu bisa bayangin nggak, aku lama nggak ketemu sama dia. Apalagi perpisahan kita waktu itu nggak nyenengin," jelas Justin emosi.

Caitlin nggak bisa ngomong apa-apa lagi.

"Bye," katanya singkat sambil menutup telfon.
"Padahal, awalnya aku pengen banget balikan sama kamu, Justin. Tapi kamu udah milih Shawty dan kayaknya sekarang susah buat aku untuk percaya lagi sama kamu," ucap Caitlin pelan yang mulai tertidur.

***

Shawty melepas hoddie-nya dan berbaring di ranjang.

"Capek banget, gila aja Cody kok semangat banget sih?" Shawty geleng-geleng.

Shawty menyambar hp-nya dengan cepat dan menelfon bagian pelayanan makanan hotel.
"Iya, vanilla latte satu diantar ke kamar S-01 segera ya? Terima kasih."

Shawty menutup telfon.

Nggak lama setelah itu, si pelayan mengantar segelas vanilla latte ke kamar Shawty.

"Iya, terima kasih," ucap Shawty pada si pelayan.

"I.. iya mbak sama-sama...." Si pelayan langsung kabur pergi (kebelet pipis :P) dan ninggalin kereta dorong pengantar makanannya di depan kamar Shawty.

Shawty melongo dan bingung.
"Pak, ini ketinggalan!" teriak Shawty, tapi si pelayan nggak denger.

"Justin?"

Shawty langsung mengambil sebuah koran yang dilihatnya terdapat foto Justin Bieber.

Justin Bieber, Shawty Gomez or Selena Gomez?

Shawty kaget melihat sebuah artikel berjudul 'Justin Bieber, Shawty Gomez or Selena Gomez?'

"Justy, aku, dan Selly?" ucap Shawty seraya mengernyitkan dahinya.

"A.. apa apaan ini?" Shawty kaget.

"Nggak.. nggak!"
Shawty masuk ke kamar dan membanting pintu.

Hp Shawty berdering dengan keras. 'my boy' nama yg tertera di layar Hp. Shawty menoleh dan meraih hp-nya. Dengan kasar, Shawty membanting hp-nya ke lantai dan berteriak, "I HATE YOU DUDE!!"


Pagi-pagi, Shawty memakai sweater ungu bulunya. Ia memakai topi musim dingin dan sepatu boot serba ungu. Headset dengan bulu-bulu ungu dan kaus tangan serba ungu.

Shawty keluar dari kamar dan mengunci pintu dengan hati-hati.

"Mau kemana?"

Shawty berbalik dan melihat Cody ada di sana.

"Cuma jalan-jalan," jawab Shawty sambil tersenyum kecil. "Bosen di hotel terus."

"Mau aku temenin?" tawar Cody seraya mendekat.

Shawty mengangguk ragu-ragu dan menggandeng tangan Cody.

"Dingin?" tanya Cody di jalan.

"Iya," jawab Shawty singkat.

Cody menoleh ke arah Shawty.
"Ka.. kamu boleh peluk tangan aku dan masukin telapak tangan kamu di saku jaketku."

Shawty terdiam dan segera menuruti perintah Cody.

Sambil tersenyum senang Shawty berkata, "Iya, sekarang jadi hangat. Thanks."

Cody cuma ngangguk-ngangguk seraya tersenyum puas.

Shawty dan Cody berhenti di sebuah taman. Shawty kedinginan banget walaupun udah pakai sweater dan baju tebel.

"Mau cokelat hangat?" tawar C ody.

"I.. iya."

Cody meninggalkan Shawty sendirian untuk membeli dua gelas cokelat hangat.
Cody segera kembali.

"Ini," ucap Cody seraya memberikan segelas cokelat hangat.

"Thanks."

Cody duduk di sebelah Shawty dan mendekap tangan kiri Shawty. Shawty yang kaget hampir aja nyipratin cokelat ke muka Cody.

"Tenang, biar kamu nggak kedinginan aja," jelas Cody.
"Oh iya, kamu biasanya suka baca majalah? Ini ada majalah bagus yang biasa kamu baca."

Shawty langsung menyambar majalah itu dan melihat lembar demi lembar majalah itu sampai dia melihat...

Sekarang Cody bener-bener kena semprot cokelat panas dari Shawty.

"Nggakpapa nggakpapa santai aja," ucap Cody.

Shawty beranjak dari tempat duduknya.

"Hah? Kamu pikir aku bakalan minta maaf karena bikin muka kamu basah? Ha? Kamu sengaja kan ngasih majalah ini ke aku dan kamu tau kalau aku pasti lihat ini?" bentak Shawty seraya nunjukin halaman yang berisi artikel tentang Justin dan Selena.

"A.. aku nggak ngerti apa-apa?" Cody memelas.

"Halah, semua cowok itu sama aja ya? Pembohong!"

Shawty langsung berlari meninggalkan Cody dan melempar majalah yang Cody kasih.

Cody memungut majalah yang Shawty lempar.

"Coba kamu tadi lihat tulisan di balik halaman ini. I love you Shawty."

***

"Justin!"

Justin mencari asal suara.

"Hey Man!"
Ryan memeluk Justin dengan erat dan menepuk punggung Justin dengan keras.

"Ryan...," Justin tersenyum senang melihat Ryan.

Ryan mengantar Justin masuk ke mobil dan pulang ke asrama.

@Bieber Fever VI Hostel

Justin menaruh kopernya di sofa yang ada di ruang tengah asrama.

"Banyak yang berubah ya? Padahal, aku nggak begitu lama pergi," ucap Justin seraya celingukan melihat perubahan di asrama.

Ryan mengangguk. "Ya, gitulah. Banyak yang pulang liburan," jelas Ryan.

Justin beranjak pergi menuju kamarnya.

"Tangkap!"

Ryan melemparkan kunci kamar Justin. Justin menangkapnya dengan sigap sambil tersenyum. "Thanks."

"Apa itu, Ryan?" tanya Justin penasaran melihat sebuah kotak kado yang ada di tempat tidurnya.

Ryan mengangkat bahu. "Buka aja, aku juga nggak tau. Baru dateng tadi pagi."

Love In Bieber #15

Caitlin melangkahkan kaki memasuki aula besar dansa.

Gaun putihnya yang panjang dan sepatu kaca mempercantik Caitlin dengan rambutnya yang di gerai panjang.

Caitlin celingukan. "Shawty mana sih? Katanya dia mau bareng? Udah gitu, aku disuruh bawa kertas beginian lagi." Caitlin melirik beberapa lembar kertas yang dibawanya, dengan kertas terdepan bertuliskan 'Hey Dude'. Maksudnya apaan tuh?

Chaz membenarkan dasi kupu-kupunya. Dengan canggung, Chaz memperlihatkan kertas bertuliskan yang dibawanya, bertuliskan 'Hey Girl'. Beberapa cewek ketawa cekikikan melihat tulisan Chaz.

"Sialan tuh Justin! Bikin malu aja pakai nyuruh aku bawa ini!"

Chaz membolak-balik kertasnya dan melihat banyak tulisan. "Ya udahlah, ikutin aja. Kata dia, kalau aku nggak bawa ini, aku nggak bisa ketemu pasanganku."

Caitlin duduk terdiam di pojok ruanga. Beberapa pasangan tampak mulai berdansa. "Mendingan, tadi aku nggak usah dateng ke sini," ucapnya lemas sambil menarik napas panjang.

Chaz melihat Caitlin yang duduk sendirian dan menghampirinya.
"Boleh ikut duduk di sini?" tanya Chaz mengagetkan Caitlin.

Caitlin ngangguk-ngangguk. "Boleh, kosong kok."

Chaz duduk di samping Caitlin perlahan.

DUG DUG DUG

Kok aku jadi deg-degan gini ya? tanya Chaz dalam hati.

Perasaanku kok jadi nervous gini ya di deket Chaz? Caitlin juga bingung.

"Ehm, itu apa ya?" tanya Chaz takut-takut sambil menunjuk kertas yang ada di sebelah Caitlin.

Caitlin mengambil kertas-kertasnya. "Ini dari Shawty, katanya aku harus bawa ini untuk ketemu pasanganku."

Chaz mengambil miliknya. "Aku juga ada kertas ini, dari Justin. Dia juga bilang kalau aku harus bawa ini untuk ketemu pasanganku.

Chaz menunjukkan kertasnya yang bertuliskan, HEY GIRL.

Caitlin membalikkan kertasnya dan terlihat tulisan, HEY DUDE.

Chaz mengganti lembar kertasnya.
U R SO BEAUTIFUL TONIGHT.

Caitlin kaget-kaget sambil mengganti kertasnya.
U R ALSO MORE HANDSOME TONIGHT.

Chaz mengganti kertasnya lagi.
I DON'T HAVE A GIRL TO DANCE WITH ME.

Caitlin juga mengganti kertasnya.
SO DO I. I DON'T HAVE A BOY TO DANCE.

DO U WANNA DANCE WITH ME, PRINCESS?

YES, I DO, PRINCE.

Chaz menaruh kertasnya dan mengulurkan tangannya.

Caitlin juga menaruh kertasnya dan tersenyum kecil sambil menerima uluran tangan Chaz.

Chaz berdiri dan mencium tangan Caitlin dengan lembut. "Thanks, Caitlin."

Caitlin terkikik geli. "Okay, Chaz."

Tangan kanan Chaz menggenggam tangan Caitlin dengan erat. Tangan kirinya diletakkan di pinggang Caitlin.

Dengan ragu-ragu, Caitlin menaruh tangan kanannya untuk diletakkan di pinggang Chaz.

"I... I LOVE YOU, CAITLIN BEADLES!" ujar Chaz ragu-ragu.

Caitlin tersenyum tipis. "I LOVE YOU TOO, CHAZ SOMERS!"

Chaz mulai melangkah diiringi musik slow dan merekapun berdansa...

***

Christian mengerdipkan sebelah matanya ke arah Jasmine yang tersenyum malu.
"Wanna dance?"

"Yes," ucap Jasmine singkat.

Christian memegang erat pinggang Jasmine dan berdansa memutar. Jasmine tersenyum malu-malu kucing melihat Chris lebih tampan dari hari-hari biasanya.

"You look so beautiful," bisik Chaz.

"And you look so handsome, Chaz," balas Jasmine.

Chris menghentikan langkahnya dan mengecup bibir Jasmine dengan pelan.
"I LOVE YOU, JASMINE VILLEGAS."

"I LOVE YOU TOO, CHRISTIAN BEADLES."

***

"Ryan mana sih? Kok dia nggak kelihatan?" tanya Shay cemas pada diri sendiri sambil celingukan.

Gimana nggak cemas? Pasangan yang lain udah asik-asik dansa bareng. Caitlin udah sama Chaz. Christian? Dia sama Jasmine. Dan Justin? Dia udah kelihatan jalan bareng Shawty. Sementara aku? Masih duduk sendirian di sini.

Shay menghentakkan kakinya dan beranjak pergi, tapi tangannya tertahan.
Shay membalikkan badan dan melihat Ryan berdiri sambil membawa setangkai mawar merah.

"I'm sorry I'm late. But, I bring this flower for you," rayu Ryan.

Shay tersenyum kecil. "No problem, Ryan."
Shay mengambil mawar merah dari tangan Ryan.

"Wanna dance with me?" tawar Ryan.

"Yes, of course," jawab Shay. "Tapi bunganya?"

Ryan mengambil bunga mawar Shay dan menaruhnya di meja terdekat.
"Bunganya nggak penting, yang penting kita dansa malam ini."

Shay cekikikan. "Iya."

Ryan dan Shay mulai berdansa...

***

"Hey Selena," sapa Justin.

Selena menoleh dan tersenyum kecut. "Hey Justin, hey Shawty."

Shawty tersenyum takut-takut.

Selena berjalan ke arah Shawty dan menarik tangan Shawty.
"Shawty, maafin aku ya? Aku udah jadi kakak yang buruk buat kamu. Aku juga udah ganggu hubungan kamu sama Justin," ucap Selena pelan.

Shawty tertegun lalu tersenyum lebar. "Nggakpapa, aku udah maafin kamu kak."

Selena tersenyum lebar dan memeluk Shawty erat. "Thanks my dear!"

"Your welcome," balas Shawty senang.

Selena melepas pelukannya dan melirik ke arah Justin.

"Kamu dateng sama siapa?" tanya Justin ragu-ragu.

Selena cekikikan. "Aku dateng sama...."

"Sama aku," potong Cody sambil merangkul Selena.

Justin maju dan menggandeng Shawty.

"Apa sih, Justin?" Shawty kaget.

Justin mengulurkan tangan ke arah Cody. "Maaf!"

Cody membalas jabatan tangan Justin dengan senyum tipis. "Aku juga minta maaf."

Justin tersenyum lebar sambil menepuk bahu Cody. "Yeah man!"

"Kita, kesana dulu ya? Sekalian, kalian juga mau dansa kan?" ucap Cody.

Shawty langsung menyaut. "Ehm, kita dansa di sini aja. Sebelahan."

Selena tersenyum kecil. "Iya, kita dansanya sebelahan aja."

Justin mengangguk diikuti anggukan Cody. "Okay."

Cody menarik tangan Selena. "I LOVE YOU, SELENA GOMEZ."

"I LOVE YOU TOO, CODY SIMPSON."

***

"Oh My Gosh!"
Justin bengong melihat Shawty. "Baru sadar kalau cewek yang dari tadi di deketku ini cantik banget."

Shawty cuma senyum-senyum sambil mengangkat sedikit roknya.
"Gimana?" tanyanya sambil menggigit bibir.

"PERFECT," ucap Justin sambil masih bengong.

Shawty malu-malu kucing.

Malam itu, penampilan Shawty bisa dibilang sangat mirip dengan penampilan Hermione di Harry Potter 4 saat pesta dansa Quidditch. Dengan gaun merah muda panjang sedengkul. Rambut dikucir dengan sedikit rambut depan yang dibiarkan jatuh. Serta sepatu kaca yang menghiasi kakinya.

Kedua tangan Justin memegang pinggul Shawty. Shawty mengalungkan tangannya pada leher Justin.

Justin menempelkan dahinya pada dahi Shawty dan pelan-pelan melangkahkan kaki untuk berdansa dengan berputar.

"Justin, you're the best thing that ever been mine," bisik Shawty pelan.

"And you're my favorite girl, the coolest girl I known," balas Justin.

Shawty menghela napas pendek. "Aku nggak nyangka akhirnya aku berdiri di sini. Di depan kamu."

Justin tersenyum kecil. "Memang seharusnya yang ada di depanku dari dulu itu kamu. Bukan yang lain," rayu Justin. "Kamu cantik banget. Dan malam ini kamu kelihatan lebih cantik dari hari-hari biasanya."

"And you're also more handsome this night."

"Selama ini, banyak banget yang udah kita lewatin berdua. Masalah-masalah kayaknya nggak berhenti mencoba memisahkan kita. Coba deh kamu inget-inget, selama ini apa aja yang udah jadi penghalang kita?"

Shawty mikir-mikir lalu tersenyum lebar. "Dulu, kamu balikan sama Jasmine. Trus aku nggak tau kenapa jealous dan sakit selama beberapa hari. Inget?" tanya Shawty.

Justin ngangguk-ngangguk. "Trus aku mutusin Jasmine karena terbukti dia bukan cewek yang baik buat aku."

"Terus.... kamu ngasih aku surat dan ngajak ketemuan. Tapi, nggak taunya di sana ada anak-anak yang lain," tambah Shawty sambil cekikikan.

Justin mempererat genggamannya. "Tapi kita masih belum nemuin siapa yang jebak kita dan bikin kita tersesat di gudang nggak jelas itu."

Shawty meletakkan jadi telunjuknya di bibir Justin. "Sssttt... nggak usah dipikirin lagi."

Justin ngangguk-ngangguk.

"Tapi dari situ, kita jadi deket sama Jasmine dan dia akhirnya sadar kalau yang baik buat dia itu Christian," ucap Shawty.

"Ehm, aku juga inget aku salah sangkat ke Ryan. Aku pikir kamu sama Ryan ada apa-apa. Tapi di situ kita jadian. Di rumah sakit he-he." Justin nyengir.

Shawty cekikikan. "Nggak romantis banget sih, jadian kok di rumah sakit."

"Itu udah takdirnya kita jadian di rumah sakit. Kamu inget juga nggak waktu kamu aku bawa ke showcase di Malaysia?"

Shawty ngangguk-ngangguk. "Kamu sih. Aku jadi masuk rumah sakit kan? Tapi nggakpapa, aku jadi kenal sama Mom Pattie di situ."

"Tapi kamu pergi waktu ulang tahun kamu. Kamu ninggalin aku ke Indonesia." Justin cemberut. "Aku sedih banget waktu itu karena aku terlambat nggak bisa ngucapin selamat ulang tahun buat kamu."

Shawty geleng-geleng sambil senyum. "Nggakpapa, itu salahku yang pergi nggak bilang-bilang. Tapi.... kamu malah ciuman tuh sama Selena!" Sekarang Shawty juga cemberut.

"Sssttt ssstt sssttt... itu kan cuma salah paham, sayang. Aku cuma sayang kamu. Kamu juga kan barengan sama Cody?"

Shawty nyengir. "Hehe, impas deh kita. Akhirnya juga kita ketemu di Singapura kan?"

Justin ngangguk-ngangguk. "Dan aku ngehabisin waktu seharian cuma sama kamu."

"Kamu nakal waktu itu," ucap Shawty sambil mencolek hidung Justin. "Terus aku buat salah lagi deh. Aku ninggalin kamu dan malah shooting video clip-nya Cody."

"Nggakpapa, itu masa lalu. Dan waktu kita balik ke asrama, Selena mulai deh godain aku. Dia nggak kapok," ucap Justin pelan takut Selena denger.

"Tapi kamu belain aku selalu. Aku bangga banget sama kamu. Akhirnya juga, Selena sama Cody. Mereka emang cocok dari awal. Cuma nggak sadar aja."

Justin terdiam. "Yang terakhir, aku minta maaf banget."

"Kenapa?" tanya Shawty penasaran.

"Caitlin sempat minta balikan. Tapi, aku tolak," bisik Justin.

Shawty terdiam kaget. "Serius? Jadi, dia jauhin aku waktu itu karena dia ada rasa sama kamu ya?"

Justin ngangguk-ngangguk dan melanjutkan dansanya. "Iya. Tapi, akhirnya apa? Dia sama Chaz."

Shawty cekikikan. "Semuanya nggak diduga."

"Dan nggak diduga kalau akhirnya aku bakalan selalu bilang ke kamu. I LOVE YOU, SHAWTY!" ujar Justin sambil mengecup pipi kanan Shawty.

"And I LOVE YOU TOO, JUSTIN BIEBER," balas Shawty.

Seketika lampu mati. Justin menggunakan kesempatan itu untuk mendekatkan wajahnya lebih dekat dengan Shawty dan....

*JUSTIN KISS SHAWTY GENTLY*

-- THE END --

Makasih yang udah baca... :) thanks thanks thanks... thank you so much :D kalau bisa, kasih komentar ya? he-he. Bisa ke FB : " Susan Denaa Mustiikaa " or follow me on twitter @DnZ_Bieber

NP : Special thanks to my lil sist, Nia yang udah dukung aku banget dan nggak ganggu kayak biasanya selama aku nulis ini :D

-- dena --

Love In Bieber #14

Shay berjalan cepat menuju asrama.

Hari ini hujan salju begitu tebal. Tapi, pelajaran di Bieber Nation High School tetap dilaksanakan.

Shay pagi ini bangun kesiangan. Caitlin dan Shawty yang biasanya datang ke rumahnya terlebih dahulu, sudah berangkat ke sekolah sejak tadi pagi. (cielah, bahasanya jadi gini, he-he-he)

"Shay!" teriak seseorang dari belakang Shay.

Shay langsung menengok dan menghela napas lega melihat yang memanggilnya adalah Ryan.

"Tumben, kok nggak naik mobil ke sekolah?" tanya Ryan.

Shay nyengir. "Heh, mana ada yang naik mobil kalau saljunya tebel kayak gini. Nggak bakal nyampe ke sekolah. Lagian, rumah aku kan sebenernya nggak naik mobil juga udah deket banget," jelas Shay geregetan. Badannya bergetar kedinginan.

Ryan menarik tangan Shay dan menggosok-gosokkan tangannya dengan tangan Shay agar hangat lalu memasukkan tangan Shay ke dalam saku bajunya.
"Biar kamu nggak kedinginan." Ryan ngeles. Cari-cari kesempatan nih biar bisa lebih deket :P

Shay tersenyum lebar dan memasukkan tangannya yang satunya ke dalam saku Ryan.

"Jadi susah dong jalannya Shay."

"Nggakpapa, tapi kan jadi lebih hangat," balas Shay sambil nyengir.

Ryan menghentikan langkahnya dan menyampirkan setengah scarf-nya ke leher Shay. Jadi, satu scarf berdua.

"Biar lebih hangat dan lebih romantis," ucap Ryan sambil melet.

Shay menampar pipi Ryan pelan. "Hu, kesempatan nih ya?"

Ryan cuma nyengir sambil berjalan pelan menuju sekolahan.

***

"Jadi? Mau tetep pergi ke Indonesia nih? Nggak ikut Beliebers Prom Night?"

Selena menatap Cody lekat. "Enggak lah, aku mau ikut Beliebers Prom Night. Cuma..."

Cody tersenyum tipis. "Cuma apa?"

"Aku nggak punya pasangan. Aku mau dateng sama siapa?" tanya Selena miris.

Cody mengangkat bahu. "Itu gampang. Aku juga nggak ada pasangan."

"Maksudnya?"

Cody menarik tangan Selena dan menggenggamnya. "Kamu mau kan dateng ke acar itu sama aku?" tanya Cody lembut.

Selena mengangguk pelan sambil malu-malu. "Kenapa enggak?"

Cody ber-yes ria sambil ketawa-cekikikan-senyum nggak karuan saking senengnya.

"Bisa aja kali," ucap Selena masih malu-malu.

Cody nyengir kuda. "He-he, gimana nggak seneng kalau bisa pergi ke pesta dansa bareng cewek secantik kamu," rayu Cody gombal.

"Emangnya aku cantik ya?" tanya Selena ragu-ragu.

Cody menepuk dahinya. "Yaiyalah Sel, kamu ini cantik. Apalagi, kamu ini kan seorang penyanyi terkenal. Fans kamu juga banyak banget kan?" balas Cody santai.

Selena manggut-manggut.
"Trus, kalau sama Shawty? Lebih cantik mana?" tanyanya penasaran.

Cody terdiam untuk sejenak. "Ehm, muka kalian kan sama. Jadi..." Cody pikir-pikir. "Yah, sama lah cantiknya. Namanya aja kembar."

Selena memiringkan kepalanya. "Tapi baik Shawty ya? Dia itu orangnya lembut," cerita Sel sambil tersenyum lebar. "Dia itu selalu tampil apa adanya. Dan jarang banget marah apalagi bentak-bentak aku. Aku ini kakaknya, tapi nggak lebih dewasa dari dia," lanjut Sel.

"Kamu juga baik kok."
Cody menarik Selena untuk duduk di sampingnya. "Mau aku nyanyiin lagu?" tawar Cody.

"Boleh banget."

Cody memetik gitarnya pelan.
"Special, for you Selena Gomez," ucap Cody membuka lagu.

Lagu Iyiyi sukses dibawakan Cody sampai Selena menyandarkan kepalanya di pundak Cody saking kebawa suasana.

"Ouh, ouh, missing you....."
Cody mengejreng gitarnya sekali sebagai penutupan lagu.

Selena langsung tepuk tangan dengan riang.
"Bagus banget. Suara kamu bagus juga ya?" puji Selena sambil cekikikan.

"Makasih," balas Cody canggung. "Kamu juga gantian nyanyi dong?"

Selena mengangkat kepalanya dari pundak Cody. "Nyanyi apa ya?"

Cody mengangkat bahu. "Terserah. Tapi coba deh, aku pengen denger kamu nyanyi A Year Without Rain."

"Okay..."
Selena juga nyanyiin lagu-nya yang berjudul A Year Without Rain yang bikin Cody Simpson klepek-klepek dengerin suaranya yang merdu (cielah ^_^).

"Gimana?"

Cody cuma senyum sambil mengacungkan jempol kanannya.

Selena beranjak dari tempat duduk. "Shawty itu... dia nggak pernah iri sama kemampuan nyanyi aku. Walaupun dulu, ortu aku pasti bilang kalau suara aku lebih bagus dan aku punya bakat nyanyi, Shawty pasti cuma senyum dan bilang kalau memang kemampuan utama dia bukan nyanyi."

Selena tertunduk. "Aku jadi nyesel banget udah iri sama dia."

Cody ikut berdiri dan menepuk bahu Selena. "Udahlah, jangan sedih. Aku akui memang Shawty itu orangnya penyabar. Tapi, itulah kelebihan kamu, nyanyi. Dia bisa nyanyi, tapi nggak sebagus kamu. Dia memang pinter banget akting, tapi kamu nggak sebagus dia. Itu yang bikin kalian berdua punya sisi bagus masing-masing. Manusia itu nggak ada yang sempurna. Untuk mencapai kesempurnaan, mereka butuh orang lain untuk saling melengkapi. Nggak bisa cuma sendirian," beber Cody panjang lebar diiringi anggukan Selena.

***

"Caitlin, bangun dong...," bujuk Shawty sambil mengguncang-guncangkan tubuh Caitlin.

Caitlin ngolet ke kanan. "Ehm, males ah. Aku nggak mau masuk sekolah hari ini," ucap Caitlin masih bau bantal.

"Dasar ini anak sekarang jadi males banget sih?"

Caitlin menarik bantalnya dan melempar ke arah Shawty. "Pergi aja deh, nanti kamu terlambat!"

Shawty geleng-geleng kepala. "Hari ini ada yang ulang tahun lho..."

"Siapa?" tanya Caitlin malas tanpa membuka matanya.

Shawty mikir-mikir. "Christian ya yang ulang tahun hari ini," jawab Shawty asal.

Caitlin melempar guling ke arah Shawty. "Ah, ngawur! Christian ulang tahunnya nggak hari ini!"

Shawty garuk-garuk kepala. "Ja... Jasmine deh kayaknya," jawabnya asal lagi.

"Sebenarnya hari ini ada yang ulang tahun nggak sih? Kamu yang ngasih tau kok jawabnya asal gitu?"

Shawty cuma nyengir kuda. "Hehe, ada yang ulang tahun kok. Cuma aku lupa aja," Shawty ngeles.

"Eh, eh, bentar bentar. Kayaknya yang ulang tahun hari ini itu.... Chaz!"

Caitlin langsung gedebugan bangun sambil melempar sebuah boneka ke arah Shawty dengan keras. "Ah, yang bener?" tanyanya nggak percaya.

Shawty ngangguk-ngangguk sambil memamerkan jari tengah dan telunjuknya. "Suer, non Caitlin!!!"

Entah angin apa. Nggak tau bisa aja kesambet jin yang nyasar. Caitlin yang tadinya garang, jutek banget sama Shawty. Tiba-tiba meluk Shawty kencang kayak kemarin sebelum marah nggak jelas.

"Cups, makasih Shawty sayang...."

"Eh, iya. Tapi lepasin dulu dong, Cait. Aku sampai nggak bisa napas nih!" ujar Shawty ngos-ngosan.

Caitlin melepaskan pelukannya dan mencium pipi kanan Shawty dengan pipinya.

"Emangnya ada apa sih? Chaz yang ulang tahun, kok kamu yang seneng banget gitu?" tanya Shawty penuh rasa penasaran. "Jangan-jangan...." Shawty mengerdipkan sebelah matanya.

Caitlin geleng-geleng malu. "Enggak ada apa-apa kok. Kan temen ulang tahun, masa sih nggak boleh seneng. Ya udah deh, aku cemberut aja, daripada dikira yang aneh-aneh." Caitlin langsung pasang tambang mutung.

Shawty cuma cekikikan. "Udah udah, aku lebih suka yang tadi. Lebih cantik. Kalau yang sekarang kayak nggak makan sebulan! ha-ha-ha," celutuk Shawty.

"Dasar!!"
Caitlin beranjak dari tempat tidur dan mengambil handuknya. "Udah gih, kamu juga mandi dulu. Belum mandi kan?" tebak Caitlin sambil menggerakkan jari-jarinya dan masuk ke kamar mandi.

Shawty menghela napas lega. Caitlin akhirnya udah balik kayak kemarin, dia udah nggak marah lagi. Shawty juga ikutan pergi ke kamarnya dan mandi.

***

"Chaz?"

Chaz membalikkan badannya dan langsung disambut dengan pelukan hangat sekaligus mengejutkan dari Caitlin.

Caitlin memeluk Chaz dengan erat dan tertawa senang di pelukan Chaz.
"Happy birthday ya?"

Chaz cuma ngangguk-ngangguk sambil nyengir kuda. Pagi-pagi udah dipeluk cewek cantik nih, he-he-he, pikir Chaz dalam hati.

Caitlin melepas pelukannya sambil cekikikan. "Maaf aku terlalu semangat sih. Habisnya aku ngerasa bersalah banget, aku baru inget pagi ini kalau kamu ulang tahun. Bahkan kalau Shawty nggak ngingetin, aku nggak bakal inget hehe," beber Caitlin diselingi tawa.

Chaz menyipitkan matanya dan mencium pipi kanan Caitlin.

Caitlin cuma malu, tapi kesengsem dalam hati karena Chaz baru aja nyium pipinya.

"Makasih ya," ucap Chaz singkat. "Makasih juga pelukannya. Pagi-pagi udah jadi hangat nih dapet pelukan dari kamu," rayu Chaz asal.

"Bisa aja," balas Caitlin malu-malu kucing.

Shawty batuk-batuk pelan sambil menyikut lengan Caitlin dan ikut maju mengulurkan tangan ke Chaz. "Happy birthday, Chaz. Wish you all the best."

"Iya, thanks. Peluk juga nggak nih?" Chaz melet sambil ngelirik ke Caitlin.

Shawty cekikikan sambil ngelihatin Caitlin yang pura-pura nggak denger. "Boleh peluk nggak nih, Cait? Sebagai tanda seneng aja kok peluknya. Boleh nggak?" goda Shawty.

Caitlin melotot. "Hah? Mau peluk Chaz? Ya silahkan aja lagi... Ngapain pakai bilang ke aku? Kurang kerjaan tau nggak," jawab Caitlin males.

"Ya udah, bener nih nggak cemburu?"

"Bener!"

"Happy birthday, Chaz." Shawty langsung memeluk Chaz lama dan melepaskannya lagi. "Panjang umur ya?"

Chaz cuma ngangguk-ngangguk sambil nyengir kuda ke arah Caitlin.

"Apaan sih, Shawty?"

Shawty geleng-geleng. "Nggak kok, untuk hari ini cukup kok godain kamu sama Chaz-nya hehe."

"Btw, yang lain mana nih?" tanya Caitlin mencairkan suasana.

"Pada baru mandi, tadi aku bangunin pada nggak mau tuh," jawab Chaz santai.

"Ya udah, mendingan kita ke sekolah duluan yuk!"
Shawty langsung menggandeng Caitlin dan berjalan menuju sekolah.


@Bieber Nation High School

"Hey Chaz, maaf kita terlambat!" ujar Ryan ngagetin.

Chaz menoleh. "Kalian mandi lama banget sih. Aku di sini dari tadi cuma bertiga sama Shawty dan Caitlin."

Justin melirik ke arah Shawty sambil melambaikan tangan. "Hey, Babe."

Shawty juga melambaikan tangannya membalas sapaan Justin. "Hey."

"Hey hey hey hey, pagi-pagi malah udah lirik-lirikan. Nggak inget apa ada temen kita yang ulang tahun?" ujar Caitlin.

Chaz menyikut lengan Caitlin pelan sambil tersenyum malu.

"Oh iya, aku lupa!" Ryan menepuk dahinya. "Happy birthday, Shay," canda Ryan.

Shay cuma bengong.

"Hehe bercanda, maksudku happy birthday Chaz!"
Ryan menepuk bahu Chaz dan menyalaminya.

"Chaz! Happy birthday!" teriak Justin yang langsung menjabat tangan Chaz.

Christian nggak mau kalah. "Happy birthday big bro!"

"Hey Chaz, happy birthday," ucap Shay sambil memeluk Chaz sebentar, inget ada Ryan di sebelah. He-he-he

Chaz mengedipkan mata. "Thanks semuanya."

Semuanya ngangguk-ngangguk sambil senyum-senyum.

"Apaan sih?" tanya Chaz bingung.

"Nggakpapa!" jawab semuanya bareng-bareng.

GUBRAK

"Udah bel tuh! Masuk yuk!" Shay mengingatkan.

"Oke...."

***

"A... aku mau pulang aja lah. Lagian habis Beliebers Prom Night, kita udah liburan kan? Jadi, sekalian aja aku pulang sebelum Beliebers Prom Night," jelas Caitlin.

Shawty manyun. "Jangan dong Cait... Kamu ikut aja! Siapa tau ada yang belum dapet pasangan gitu?"

Caitlin menggeleng pelan. "Nggak deh. Lagian ogah juga kalau aku dapet pasangan tapi nggak kenal!" Caitlin ngeles.

"Ya kamu kenalan dulu sama dia. Atau kita bisa cari dari sekarang. Beliebers Prom Night itu kan masih satu minggu lagi," bujuk Shawty sambil menopangkan dagunya.

"Heh, kamu itu ya, malah ngotot banget! Yang belum dapet pasangan itu kan aku, kok jadi kamu sih yang sewot?" Caitlin cekikikan. "Nggak usah khawatir banget gitu lagi..."

Shawty menghela napas panjang. "Yah kan nggak seru aja kalau nggak ada kamu. Semuanya dateng lho Cait, masa kamu nggak sih?"

"Nggak cuma aku tau, yang nggak ikut!" Caitlin menoleh ke arah Shawty melas. "Tapi mau juga ikut, cuma ya nggak punya pasangan."

Shawty mikir-mikir. "Eh, aku tau deh!" ujarnya sambil menjentikkan jari.

"Tau apaan?"

"Aku tau yang belum dapet pasangan!!!"


"Justin!" teriak Shawty dari kejauhan sambil menarik tangan Caitlin untuk lari.

"Stop stop stop! Kamu mau bawa aku kemana sih? Pakai manggil Justin segala?"

Shawty menepuk dahi. "Aku dan Justin tau kamu harus pasangan sama siapa! Diem aja deh, neng."

"Iya deh, ngikut," ucap Caitlin ngalah.

Justin menoleh. "Hey Shawty, hey Caitlin!"

Shawty melepaskan tangan Caitlin dan berjalan mendekati Justin.

Justin memiringkan kepalanya. "Mau minta cium?"

Shawty langsung manyun. "Bukanlah!"

"Hehe, terus apa?" Justin nyengir.

Shawty mendekat ke telinga Justin dan membisikkan sesuatu.
"Gimana?" tanya Shawty penuh harap.

Justin mengangguk. "Oke, semuanya beres tuan putri."

"Sip deh, makasih Justin," ucap Shawty manja.

"Sama-sama Shawty."

"Ehem, udah langsung lupa ya ada aku di sini?" Caitlin nyari perhatian. "Tadi narik-narik aku ke sini, sekarang lupa sama aku."

Shawty memeluk Caitlin. "Ya ampun, aku nggak lupa sama kamu, Cait. Justru aku sama Justin mau bantu kamu!"

"Aku duluan ya?" Justin langsung berlari pergi.

"Kok dia pergi duluan?" tanya Caitlin bingung.

Shawty menyikut lengan Caitlin. "Udah, nggak usah dipikirin. Yang penting, kamu besok dateng ke pesta dan dandan yang cantik! Inget!" ujar Shawty dengan tatapan tajam.

"Yee.. Nggak usah gitu kali tatapannya."

"Ya udah, nggak jadi deh kamu dapet pasangannya. Batal!" canda Shawty.

Caitlin manyun. "Yah, nggak gitu dong. Aku kan juga pengen dapet pasangan."

Shawty nyengir. "Hehe, cuma bercanda kok. Rencana kan udah jalan. Sekarang... ke kantin yuk?" ajak Shawty sambil mengelus-elus perutnya.

Caitlin tersenyum tipis. "Lets go!!!"

***

SEMINGGU KEMUDIAN...

-- Beliebers Prom Night --

---> To Be Continued :P

Love In Bieber #13

"Chris! Plis kali ini ngertiin aku, aku ini kakak kamu! Kamu nggak bisa dong sembarangan kayak gitu. Aku nggak suka!"

Chris mengalihkan mukanya. "Hah, kalau kamu memang kakak aku. Kamu buktiin dong, mana rasa sayang kamu ke aku? Aku rasa kakak justru lupa kalau aku ini adikmu!!" balas Christian ketus.

"Chris, selama ini aku udah berusaha ngasih yang terbaik buat kamu!! Itu juga bukan salahku dong kalau Mom nggak suka hubungan kamu sama Jasmine. Lagian aku juga udah ingetin ke kamu untuk ngomong baik-baik!"

"Halah, bilang aja kamu memang nggak suka kalau aku pacaran sama Jasmine. Kamu bilang ke Mom kalau Jasmine itu bukan cewek baik-baik. Iya kan? Ngaku aja deh!!" bentak Chris. "Kakak macam apa kamu!!"

DEG

Caitlin terdiam. Apa yang barusan dibilang Christian? Kakak macam apa??
Caitlin mengepalkan tangannya dan menggeram sejadi-jadinya. Setelah itu, pergi melenggang meninggalkan Christian yang terpaku.

DUK

"Ma... maaf, aku nggak sengaja," ucap Caitlin gelagapan sambil berjalan pergi.

Justin memegang lengan Caitlin dengan erat.

"Kenapa?" tanya Caitlin tanpa menoleh ke arah Justin.

Justin mundur 2 langkah dan berhadapan dengan Caitlin. Ia menyibak poni Caitlin yang menutupi matanya. Caitlin langsung memalingkan wajahnya.

"Kamu habis nangis ya?" tebak Justin takut-takut.

Caitlin cuma diem. Kalau ngomong, Justin pasti bakal tau dia nangis karena suaranya masih sesenggukan. Caitlin akhirnya cuma menggeleng.

"Kamu jujur aja Cait, kamu habis nangis kan?"

"Eng... enggak," jawab Caitlin gelagapan.

Justin memegang kepala Caitlin dan memaksanya menatap Justin.
"Cait, aku tau kamu habis nangis. Aku ini sahabat kamu Cait, kamu bisa cerita ke aku!" ujar Justin sedikit berbisik.

Caitlin geleng-geleng sambil menggigit bibirnya. Sial! Sebentar lagi air mataku bakalan jatuh dan Justin bisa tau kalau aku bener-bener nangis, batin Caitlin dalam hati.

"Plis Caitlin, aku nggak mau kamu nangis. Aku tau, kamu barusan berantem kan sama Christian."

Caitlin menatap Justin lemas. Air matanya jatuh membasahi pipi. Caitlin nangis!! OMB!

Justin tersenyum tipis dan mengusap air mata Caitlin.
"Kamu bisa cerita ke aku kapanpun kamu mau, nggak harus sekarang," ucap Justin akhirnya sambil memeluk Caitlin.

Caitlin langsung menangis sesenggukan di atas pundak Justin.

"Makasih ya," ucapnya lirih.

"Iya."

***

"Kamu nggak makan Cait?" tanya Shawty sambil mengaduk-aduk minumannya.

Caitlin menggeleng lemas. "Enggak ah," jawabnya sambil menopang dagu.

"Kenapa?"

"Males," jawabnya singkat.

Shawty manggut-manggut.
"Mikirin status jomblo ya? Uppsss..."

Caitlin menengok cepat dan melototi Shawty.
"Apaan sih!! Bukan lah!" sergah Caitlin sambil manyun.

"Salahnya muka ditekuk gitu, bete berat nih kelihatannya, kayaknya lagi mikir gimana cara dapet cowok dengan cepat," tebak Shawty asal.

Caitlin menjitak dahi Shawty pelan. "Ngawur!!"

"Yaelah Cait, jujur aja lagi. Bentar lagi kan ada pesta dansa tuh, nah, kamu kan belum punya pasangan. Pasti lagi cari-cari cowok jomblo gitu kan? Hahaha hayo ngaku?" goda Shawty sambil cekikikan.

"Apaan sih," balas Caitlin malas.

"Yaampun Cait, jujur aja lagi. Kamu lagi cari cowok kan? Biar dateng ke Beliebers Prom Night nggak sendirian? Kalau aku sih pasti dateng sama...."

"Mentang-mentang kamu udah punya Justin, kamu enak banget sih ngomong kayak gitu ke aku!" bentak Caitlin sedikit kasar.

Shawty terdiam kaget.
"Ma... maaf," ucapnya lirih.

Caitlin memiringkan kepalanya.
"Hah, lupain aja deh. Aku balik ke kelas dulu!" ujar Caitlin dan berlalu.

Shawty mengamati Caitlin yang berjalan ke kelas dan menyeruput minumnya yang belum habis.
"Caitlin kenapa sih? Salah banget ya aku bilang kayak gitu tadi?" tanya Shawty kebingungan.

Shay dan Ryan berjalan dari kejauhan dan menghampiri Shawty yang masih bengong. Shay langsung duduk di sebelah Shawty, sementara Ryan menghampiri Chaz yang nggak jauh dari situ.

"Dor!" teriak Shay ngagetin.

Shawty dengan tampang datar cuma nengok ke arah Shay sebentar (tanpa ada ekspresi kaget) dan kembali bengong.

Shay mengguncang-guncangkan tubuh Shawty dan memeluknya erat.
"Shawty, kamu kenapa sih cin?"

Shawty langsung kaget dan mendorong Shay.
"Ih, Shay. Jangan ikutan jadi banci kaleng gitu kali! Gila ya? Virus banci kaleng menyebar di sekolah kita. Huekkk!!" beber Shawty panjang lebar dengan penutup pura-pura muntah.

Shay langsung masang tampang dongkol. "Nggak seru ah! Mending aku sama Caitlin sayangku," ujar Shay sambil berlagak pergi meninggalkan Shawty.

"Yaudah sana pergi."

Shay langsung duduk lagi sambil manyun. "Yee.. jahat!"

"Biarin," balas Shawty singkat.

Shay mengacak rambut Shawty gemas.
"Cerita dong, kenapa sih? Kamu marahan sama Justin?" tebak Shay sambil menunjuk Justin yang sedang ngobrol dengan Ryan.

Shawty melirik Justin sambil geleng-geleng.

"Hmm.... ada masalah lagi ya sama Selena?"

Shawty tetap geleng-geleng.

"Trus trus? Hm... biar aku tebak, kamu ada masalah sama...."

"Caitlin," potong Shawty singkat.

Shay membenarkan posisi duduknya. "Caitlin? Kamu ada masalah apa sama dia? Perasaan selama ini kalian nggak pernah ada masalah."

"Itu dia... aku juga nggak tau apa masalahnya. Yang pasti tadi waktu aku ngobrol sama Caitlin, dia jadi males banget dan jutek gitu sama aku," jelas Shawty sambil menopangkan dagunya.

"Coba deh inget-inget, sebelumnya ada nggak perbuatan kamu atau ucapan kamu yang bisa bikin dia marah?"

Shawty mencoba mengingat-ingat. Dia menatap Shay lekat dan mengangguk-angguk.

"Apa?" Shay penasaran.

"Tadi aku ngobrolin soal pesta dansa 'Beliebers Prom Night' trus aku goda-goda dia tentang emm.... pasangan. Dia kan belum punya pasangan gitu, trus aku juga agak pamer sih. Aku bilang aku udah punya Justin, trus dia tiba-tiba jutek banget dan pergi," beber Shawty panjang lebar.

Shay cuma melongo.

"Shay, bantuin aku dong! Aku bingung nih," ucap Shawty memelas.

"Kayaknya aku tau deh..." ucap Shay masih dengan tatapan kosong.

***

"Justin, sini!" ujar Caitlin.

"Hey Caitlin, udah lama?" tanya Justin sambil duduk di sebelah Caitlin.

Caitlin geleng-geleng. "Belum," jawabnya lirih.

"Ada apa nih? Tumben ngajak aku ketemuan di sini?"

Caitlin menengadah menatap bintang-bintang di langit malam.
"Kamu inget nggak dulu kita sering duduk berdua di sini?" tanya Caitlin dengan nada agak-romantis sambil menunjuk bintang di langit.

Justin tersenyum tipis. "Iya, aku inget waktu dulu kita masih pacaran."

Caitlin kembali menatap Justin.
"Kamu... sayang banget ya sama Shawty?"

Justin memiringkan kepalanya lalu mengangguk.

"Seberapa sayang kamu ke dia?" tanya Caitlin lagi malu-malu.

Justin menatap bintang-bintang di langit dan menunjuk-nunjuk sebagian bintang.
"Yang kita lihat ini baru sebagian kecil dari bintang di dunia. Dan kalau kita bisa melihat semuanya, kayaknya masih lebih besar jumlah rasa sayangku ke dia," jawab Justin sambil tersenyum lebar.

"Kalau bintang-bintang itu hilang?"

Justin menatap Caitlin. "Kamu kenapa sih nanyain aku kayak gini?"

Caitlin menggeleng lemas. "Nggakpapa," jawabnya singkat.

"Kayaknya kalau bintang ini hilang, rasa sayangku itu yang bakalan menggantikan bintang-bintang yang hilang," jawab Justin (lagi) dengan santai.

Caitlin menghela napas panjang. "Nggak ada tempat buat aku lagi ya?"

Justin melotot kaget. "Apa maksudnya?" tanyanya heran.

Caitlin mengangkat bahu. "Apa masih ada kemungkinan tempat Shawty itu tergantikan?" tanya Caitlin takut-takut.

Justin mendekatkan wajahnya. "Ma.. maksudnya apa? Aku beneran nggak ngerti Cait?"

Caitlin menggenggam tangan Justin.
"Justin, aku ini sayang sama kamu. Aku pengen kita balikan lagi."

"Enggak Cait, itu nggak mungkin. Aku udah punya Shawty," jawab Justin pelan.

Caitlin menatap mata Justin dengan melas.
"Aku mau kok jadi yang kedua."

Justin mengusap tangan Caitlin.
"Tapi maaf, sampai kapanpun aku nggak akan hianatin Shawty. Lagian, kamu ini kan sahabat Shawty yang paling deket. Apa kamu mau nyakitin perasaan sahabat kamu itu? Enggak kan?"

Caitlin terdiam lalu melepaskan tangan Justin.

Justin memegang pundak Caitlin dengan erat.
"Aku memang sayang kamu, tapi nggak sebagai pacar Cait," tambah Justin lalu memeluk Caitlin dengan erat.

"Sering-sering ya nemenin aku, aku kesepian Justin. Cuma kamu yang aku rasa bisa nemenin aku," ucap Caitlin sambil menangis sesenggukan di pundak Justin.

Justin mengangguk pelan.

"Makasih...."

***

"Hey Cait!" sapa Shawty ngos-ngosan gara-gara ngejar Caitlin.

Caitlin mempercepat jalannya.

"Cait, kamu kenapa sih?"

Caitlin menoleh. "Maaf Shawty, aku duluan," balas Caitlin sambil berlalu.

Shawty terdiam. Caitlin kenapa sih, apa bener yang Shay bilang? tanya Shawty dalam hati.

"Jasmine!"

Jasmine menoleh dan mencabut headset dari telinga kanannya. "Hey Shawty."

"Sendirian aja? Chris mana?" tanya Shawty basa-basi.

Jasmine mengangkat bahu. "Nggak tau. Kayaknya sih dia berangkat bareng anak-anak," jawab Jasmine santai.

Shawty manggut-manggut sambil tersenyum. "Pagi ini kamu ikut kelas apa?"

"Yah aku sih Jasminator, kamu di Gomezone ya? Atau tetep di Shawties"

Shawty menggeleng.
"Enggak, aku mulai hari ini di Belieber."

Jasmine melepas headset dari ponselnya. "Oh, bagus dong. Berarti kamu sama Justin?"

Shawty mengangguk malu-malu sambil berjalan.

"Oh iya? Gimana hubungan kamu sama Christian?" tanya Shawty takut-takut.

Jasmine menghentikan langkahnya sebentar lalu berjalan lagi.
"Yah, gitu lah. Tante Beadles nggak setuju tentang hubungan kita." Jasmine menghela napas panjang. "Christian kira Caitlin yang pengaruhin mamanya biar nggak nyetujuin hubungan ini," bebernya.

Shawty menepuk pundak Jasmine. "Sabar ya?"

Jasmine menoleh dengan bibir manyun. "Iya, aku sabar kok."

"Apa Caitlin ngerasa iri sama kalian berdua?"

Jasmine melotot. "Hah? Maksudnya?"

"Ya... ya kan Caitlin belum punya pacar gitu. Sementara adiknya udah punya pacar. Apa dia iri sama Christian dan kamu?" tanya Shawty gelagapan.

Jasmine geleng-geleng. "Aku nggak tau, dia nggak pernah marah sebelumnya. Cuma waktu itu aja, tapi akhir-akhir ini emang dia nunjukin rasa iri. Tapi.... bukan sama aku dan Christian," jawab Jasmine.

"Trus sama siapa?" tanya Shawty penasaran.

"Dia iri sama 'kamu'," jawab Jasmine sambil menjentikkan jari telunjuknya dan menekankan pada kata 'kamu'.

Shawty menunjuk dirinya sendiri. "Sama aku?"

Jasmine ngangguk-ngangguk.

"Kok... kok bisa?" Shawty mengernyitkan dahinya.

"Ya bisa aja. Kelihatan banget kok dari gelagatnya Caitlin waktu lihat kamu berduaan sama Justin." Jasmine menengadah menatap langit. "Mungkin dia memang butuh cowok yang bisa ngertiin dia. Kayaknya dia keinget lagi sama Justin."

Shawty menunduk lemas dan berjalan cepat karena bel sekolah telah berdering.

***

Biasanya, aku jalan ke kantin nggak sendirian...
Biasanya, aku nggak makan di sini sendirian...
Biasanya, ada yang ngoceh tapi bikin nggak sepi di sini...
Biasanya, dia duduk dan dengerin curhatanku...

Shawty tertawa kecil sambil mengaduk-aduk minumannya.
"Hha, biasanya dia ada di sini," ucap Shawty sambil menepuk-nepuk bangku di sebelahnya.

"Sekarang kalau aku yang duduk di sini boleh?" balas seseorang.

Shawty menoleh kaget dan tersenyum. "Boleh."

"Ma'am, seperti biasa," pesan Justin. "Hey."

Shawty tersenyum tipis. "Hey."

"Nggak makan?" tanya Justin basa-basi.

Shawty menggeleng. "Enggak, lagi nggak napsu makan."

"Ih, pacar aku ini kenapa sih?" Justin mencubit-cubiti pipi Shawty gemas.

Shawty menopang dagunya sambil manggut-manggut. "Bete aja, biasanya ada Caitlin di sini," jawab Shawty manja.

Justin mengelus rambut Shawty dengan lembut.
"Memangnya dia kemana sih?" tanya Justin lembut.

Shawty menoleh ke arah Justin sambil manyun. "Dia kayaknya marah sama aku."

"Kenapa dia marah sama kamu?" Justin masih penasaran. "Ada masalah apa antara kalian berdua?"

Shawty mengangkat bahu. "Kayaknya sih gara-gara aku salah ngomong. Kemarin nggak sengaja aku bahas masalah Beliebers Prom Night. Terus dia kayaknya bete banget, kayaknya sih gara-gara belum punya pasangan. Eh, waktu aku bilang kalau aku udah pasti dateng sama kamu. Dia marah sama aku dan pergi gitu aja," beber Shawty panjang lebar.

Justin tertegun dan menelan ludah. "Jadi, karena aku?"

Shawty geleng-geleng. "Bukan," jawabnya singkat. "Bukan karena kamu tapi karena aku," tambahnya.

Justin menepuk pundak Shawty. "Udah, sabar aja. Tuh, makanannya udah deteng, kita makan dulu!" ujar Justin sambil nyengir. "Perut aku udah laper banget."

"Tapi, kamu dateng ke Beliebers Prom Night sama siapa?" tanya Shawty takut-takut.

Justin cekikikan. "Ya sama kamu lah...."

***

"Hey Tay!" sapa Chaz.

Taylor menoleh lalu tersenyum tipis. "Hey Chaz."

"Lagi ngapain?" tanya Chaz sambil mendekat.

Taylor mengankat bahu. "Aku baru aja mau nunggu surat-surat aku, upppsss...," jawab Taylor keceplosan.

Mati nih! Bisa-bisa Chaz tau aku mau pindah! Duh, gawat!!

"Ehm, surat-surat apaan?" Chaz tambah penasaran.

"Itu cuma.... ya surat-surat biasa lah dari sekolah. Nggak penting kok," jelas Taylor sambil mengibaskan tangannya.

Chaz manggut-manggut.

"Mr. Swift, ini surat-surat kepindahan anda. Mulai hari ini juga, anda sudah dinyatakan keluar dari sekolah ini. Terimakasih."

Taylor langsung menoleh pelan ke arah Chaz sambil nyengir.

Chaz menyambar surat-surat Taylor dengan kaget.
"Tay, kamu mau pindah sekolah?"

Taylor mengangguk lemas. "Maaf Chaz, aku harus pindah dari sekolah ini."

Chaz melempar kertas-kertas Taylor dengan kasar.
"Kenapa nggak bilang dulu sama aku, Tay?" tanya Chaz dengan nada marah.

Taylor menggigit bibir. "A... aku takut kamu bakalan marah sama aku."

"Iya nggak kayak gini juga kan? Kamu bisa kasih tau aku dulu, minta pendapat aku, baru kamu lakuin keputusan kita!" sergah Chaz.

Taylor berdiri dari tempat duduknya dan menatap miris Chaz.
"Chaz, kita memang pacaran! Tapi bukan berarti semuanya yang berhubungan dengan hidup aku, kamu yang ngatur!" bantah Taylor. "Nggak kayak gitu! Aku nggak suka!!"

Chaz memiringkan kepalanya sambil melotot. "Seenggaknya kamu kabarin dulu lah ke aku!"

"Gimana aku mau kabarin kamu kalau kamu nggak pernah ada di deket aku! Kamu nggak pernah perhatiin aku! Selama ini kamu kemana aja Chaz! Kamu cuma sibuk sama sahabat-sahabat kamu! Dan aku lihat kamu bahkan lebih perhatian sama Caitlin dibanding aku!" bentak Taylor sambil menahan air mata. "Aku capek Chaz! Aku capek!!" tambahnya.

Chaz mengusap wajahnya. "Tay, kamu lihat dong kamu sendiri gimana? Setiap aku ada waktu, kamu malah nggak bisa. Kamu yang terlalu sibuk sama team cheers kamu!" bentak Chaz kasar.

Taylor menutupi mulutnya dan menitikkan air mata. "Aku pergi dari sini!"

Chaz menahan tangan Taylor. "Jangan pergi dulu!" perintah Chaz. "Kita belum selesai bicara Taylor!"

Taylor membalikkan badannya dan....

PLAK

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Chaz dengan sukses.

"Kita putus! Maaf, aku pergi dulu Chaz."
Taylor langsung berlari dengan cepat.

Chaz masih tertegun sambil mengelus-elus pipinya yang sakit.

Taylor menghentikan langkahnya dan berbalik.

"Chaz, kita nggak bisa lanjutin hubungan kita. Aku harus pergi."
Taylor mengelus pipi Chaz. Chaz menahan tangan Taylor dan mencium bibir Taylor.

Taylor cuma nyengir dan tersenyum tipis lalu pergi.

***

"Aww, sakit Cait!" teriak Chaz sambil memegangi pipinya yang sakit.

"Iya kamu tahan dulu, nanti juga sembuh kalau udah selesai aku obatin," jawab Caitlin pelan sambil mengusap pipi Chaz dengan kain.
"Yang mana yang sakit?"

"Yang sini," jawab Chaz manja sambil meringis kesakitan.

Caitlin menoleh pelan sambil tersenyum manis.

"Kamu cantik banget kalau senyum kayak gitu," ceplos Chaz.
Chaz langsung membungkam mulutnya.

Caitlin tertawa kecil. "Kamu bilang apa tadi? hihihi."

"Biasanya muka kamu sangar sih, galak banget," ucap Chaz asal.

Caitlin langsung menekan memar Chaz.

"Awawaw, sakit Cait. Pelan-pelan dong," rintih Chaz kesakitan. "Tambah sakit nih."

Caitlin manyun. "Kamu sih, bilang muka aku sangar kayak gitu. Siapa yang nggak marah coba kalau dibilang kayak gitu?" ujar Caitlin jutek sambil menekan-nekan pipi Chaz yang memar dengan kasar.

"Aduh, pelan-pelan Cait!" Chaz mengaduh pelan. "Tapi.... kalau senyum kayak tadi manis banget kok, cantik," rayu Chaz gombal.

Caitlin tersenyum malu-malu kucing. "Makasih."

"Tapi, pelan-pelan dong. Yang lembut ngobatinnya," ucap Chaz manja.

"Yeeee... maunya!" balas Caitlin sambil cekikikan.

"Aduh, Cait sakit!"

Caitlin langsung mengelus pipi Chaz dengan tangannya secara lembut.
Chaz memegangi tangan Caitlin yang memegangi pipinya sambil menatap Caitlin lekat.

"Ehm, Chaz. Sini yang sakit?" tanya Caitlin membuyarkan lamunan Chaz.

"I... iya, sakit banget," jawab Chaz gelagapan sambil melepaskan tangannya.

Caitlin dan Chaz jadi salah tingkah gitu deh, he-he-he

Love In Bieber #12

"Ada dia."

"Dia siapa?"

"Ya dia."

"Orang?"

"Iya."

"Hidup."

"Ya iyalah.

"Siapa sih??"

"SHAWTY!!!!"

Justin terdiam, mulutnya membentuk huruf 'O'. "Shawty kenapa, Chaz? Yang jelas dong kalau ngomong!!"

"Dia...."

Justin mengguncang-guncangkan tubuh Chaz.

"Dia...."

Justin menyikut lengan Chaz. "Dari tadi dia dia terus. Yang jelas dong Chaz!"

"Shawty udah dateng ke sini dan dia skarang... Selena...."

"Shawty? Selena? Mereka kenapa sih?" Justin semakin penasaran.

"Berantem!!" jawab Chaz singkat.

Justin terdiam sejenak sebelum menarik tangan Chaz kuat-kuat dan berlari menuju tempat Shawty dan Selena.

Justin datang dan....
PLAK!!

Selena kaget sambil memegangi pipinya yang sakit.
"Ka... kamu kenapa sih? Kok malah tampar aku? Harusnya kamu tampar dia!" omel Selena.

Justin menarik tangan Shawty yang ada di sebelahnya dan mengajaknya pergi.
Shawty melepaskan tangan Justin.

"Kenapa?" tanya Justin kaget.

"Koperku ketinggalan hehe," jawab Shawty santai sambil nyengir.

Justin berlari ke arah taksi yang Shawty naiki dan mengambil koper Shawty.
"Kita pergi aja dari sini."

***

Shawty merapatkan tubuhnya ke tubuh Justin.

Justin memegang tangan Shawty dan menggenggamnya. "Kedinginan ya?"

Shawty mengangguk manja. "Iya, dingin banget."

Justin menarik tangan Shawty dan menggenggamnya serta memeluk Shawty dengan erat. "Skarang udah nggak dingin kan?" tanya Justin.

Shawty cuma ngangguk sambil tersenyum tipis.
"Aku kangen banget sama kamu," ucap Shawty akhirnya.

Justin memandang wajah Shawty. "Aku juga, aku kangen banget sama kamu."

"Bohong deh..."

"I swear I miss you!!"

"You're lying! Buktinya, Selena..."

"Ssstttt." Justin menaruh jari telunjuknya di bibir Shawty. "Kamu harus mau dengerin penjelasan aku Shawty..."

Shawty cuma ngangguk lemas.

"Justin Bieber only loves Shawty Gomez," bisik Justin pelan.

"Tapi apaan maksud kamu ci..."

"Kamu sama Selena itu mirip. Waktu itu aku nggak bisa tahan karena aku kangen banget sama kamu dan yang ada dipikiranku itu kamu. Aku seneng banget dan aku ngelihat Selena waktu itu sebagai kamu....," Justin memotong ucapannya. "Aku nggak tau kalau ada yang foto kejadian itu."

Justin mencubit pipi Shawty.

Shawty menarik napas panjang. "Nggak keren ah ceritanya, nggak romantis gitu."

"Siapa bilang ceritanya keren? Kan aku cuma mau jelasin ke kamu, Shawty."

Shawty menoleh ke arah Justin. "Beneran tuh ceritanya?"

"Yep," jawa Justin singkat.

Shawty manyun.
"Awas ya kalau bohong!"

"I'll never lie to you Shawty," ucap Justin lalu mengecup kening Shawty. "Only you, my favorite girl."

***

"Shawty!"

Shawty berbalik arah. "Kenapa?" tanyanya ketus. "Ngajak berantem lagi?"

Selena berjalan cepat ke arah Shawty dan menatapnya sinis.
"Oh, sekarang kamu belagu ya? Mentang-mentang Justin lebih belain kamu! Mungkin dia terpaksa kali ya?" ucap Selena jutek.

Shawty mendengus kesal. "Selena, Justin itu cowok aku. Udah pasti lah dia belain aku, daripada belain kamu? Apa untungnya coba?"

Selena mendorong bahu Shawty. "Heh, dia itu terpaksa jadi cowok kamu! Ada juga dia itu suka sama aku, dia nyium aku karena dia pengen aku jadi ceweknya!" Selena membentak.

Shawty memalingkan mukanya. "Waktu itu yang ada di pikirannya cuma aku! Secara muka kita mirip, jadi ya...."

Selena mengepalkan tangannya dan menggerakkan tangannya untuk menampar Shawty. Justin tiba-tiba datang dan menepis tangan Selena.

"Ju.. Justin...," ucap Selena pelan sembari gelagapan.

Shawty mendekat ke arah Justin.

"Selena, aku nggak suka cara kamu yang kasar sama Shawty."

"Justin, kamu nggak tau. Dia ini ada hubungan sama Cody!" ujar Caitlin. "Nih, aku punya buktinya!"

Caitlin mengeluarkan hp-nya dan menunjukkan sebuah foto. Foto Cody saat mencium pipi Shawty sewaktu Cody pamit pergi.
"Dia itu belagu! Dia nggak cocok sama kamu!! Dia itu perempuan mura.."

Justin memotong ucapan Selena. "Aku minta, kamu jaga ucapan kamu. Aku bener-bener nggak suka kamu seenaknya sama Shawty. Dia itu cewek aku, aku sayang sama dia dan aku nggak mau kamu ganggu dia!!" bentak Justin.

Selena terdiam. "Terserahlah!!" ujarnya lalu berlari pergi.

Justin berbalik arah dan menarik tangan Shawty untuk pergi dari situ.
Justin masuk ke dalam mobil disusul Shawty.

"Kita mau kemana?" tanya Shawty di tengah perjalanan.

Justin menoleh dan menarik napas panjang. "Kita ke pantai!"

Shawty mengernyitkan dahinya dan memilih untuk diam menuruti perintah Justin.


Shawty menghampiri Justin perlahan dan menepuk pundaknya. "Boleh duduk?"

Justin mengangguk sambil memamerkan senyum manisnya.

Shawty duduk dan mendekap lututnya kencang. "Dulu, aku sering banget ke sini, sendirian..." Shawty memotong ucapannya dan menengadah menatap langit. "Dulu aku bener-bener bukan apa-apa, temen aja nggak punya. Aku cuma inget ada anak laki-laki yang sering nemenin aku tapi aku nggak tau siapa."

Justin menoleh ke arah Shawty. Rambut Shawty berkibaran diterpa angin. Rambut-rambutnya terurai dan membuat pipinya yang lembut tampak jelas.

"Bukan apa-apa, tapi dia mirip sama kamu." Shawty tertawa lepas seraya merentangkan tangannya.

Justin tersenyum kecil. "Aku akan bawa kamu terbang suatu hari nanti."

GLEK!
Tangan Shawty kaku. Shawty menatap Justin kaget. Rasanya seperti 'de ja vu'! Perasaan ini, suasana yang tenang, tatapan Justin yang teduh, kata-katanya barusan. Shawty merasa semua ini pernah terjadi.

"Harapan masa kecil," Justin menyeringai. Ditatapnya cewek cantik di sampingnya. "Bukankah begitu Putri Kecil?"

TOENG! Apa-apaan ini? Apa maksudnya Justin dengan itu semua. "Pa.. Pangeran Kecil?" Tanpa sadar Shawty mengucapkan kalimat itu.

Shawty langsung geleng-geleng. "Hah, maksudku..."

"Sssttt..." Justin meletakkan telunjuknya di bibir Shawty. "Aku kan selalu bilang, aku nggak mau dibilang kecil, aku mau besar biar bisa melindungi putri kecilku."

Shawty menepis tangan Justin. Matanya berbinar-binar saat mengalihkan pandangannya ke laut. "Masa kecil yang... bodoh!" Shawty menyeringai.

Justin beranjak dari tempat duduknya dan mengambil sebuah layangan di sampingnya. "Kita kirim surat ini ke atas sana. Surat yang isinya unek-unek kita," jelas Justin sambil memberikan secarik kertas dan bolpoin.

Shawty memegang pipi Justin dengan kedua tangannya dan membuat Justin menolehkan kepalanya ke kanan. "Nggak boleh lihat!"

Justin melirik Shawty. "Apaan tuh? I lo?"

Shawty langsung mendelik. "Siapa suruh lihat?"

"Aku," jawab Justin santai.

Shawty mendorong pipi kiri Justin. "Jangan lihat sampai aku bilang selesai!" Shawty melanjutkan tulisannya dan menoleh lagi. "Awas nanti aku jurus!"

Justin cekikikan sendiri. Putri kecil keluar lagi sifat kekanakannya, tapi lucu, Justin suka itu.

"Udah belum?" tanya Justin takut-takut salah sedikit? Wadow, bisa kena jurus ampuh Nyi Shawty nih!

"UDAH!!" seru Shawty girang. "Mau lihat nggak apa yang aku tulis?"

Justin ngangguk-ngangguk seneng. "Iya iya, aku mau banget. Lihat dong."

"Eits, aku lihat punyamu dulu dong!"

Justin melirik layangannya sambil nyengir.
"Nggak bisa gitu. Kamu kan udah nawarin duluan."

Shawty manyun.
"Pokoknya K-A-M-U D-U-L-U-A-N!!"

"Kamu duluan Shawty....," sergah Justin sambil geleng-geleng.

"Kamu!"

"Kamu!"

"Kamu kamu kamu!!!"

"Kamu kamu kamu kamu kamu!!!!!"

Shawty dan Justin sama-sama terdiam.

"Kalau bareng?" ujar mereka berdua kompak sambil ketawa bareng.

Shawty mengambil layangannya.
"Aku hitung ya? 1.... 2.... 3...."

Justin membalikkan layangannya bersamaan dengan Shawty.

Shawty tersenyum lebar melihat tulisan di layangan Justin yang bertuliskan. 'I LOVE SHAWTY GOMEZ' dan OMB!! Justin senyum-senyum malu melihat layangan Shawty yang bertuliskan 'I LOVE JUSTIN BIEBER'.

Justin berdiri dan mengambil layangannya. "Sekarang kita mainin layangan ini," tawar Justin.

Shawty memegang tangan Justin dan berdiri.
"Bareng-bareng ya?"

Justin mengangguk.

Justin dan Shawty sudah berada di posisi siap. [wuz kayak mau tempur nih].

"Begitu aku bilang mulai, kita lari ya?"

Shawty mengulur tali layangannya.

"Mulai!!" teriak Justin.

Justin berlari mundur untuk membuat layangannya terbang sambil mengulurkan talinya. Shawty berusaha lari dengan kencang tapi tali Justin mengenai kakinya hingga Shawty terjatuh.

Justin menoleh kaget melihat Shawty terjatuh dan berlari ke arahnya.
"Kamu nggakpapa?" tanya Justin panik.

Shawty meringis seraya menggeleng.

Justin mengecup lutut Shawty yang sakit cukup lama. Shawty cuma bengong ngelihatnya.

"Udah nggak sakit kan?"

"Masih nih...," jawab Shawty bohong.

Justin berdiri dan mengulurkan tangannya.
"Aku gendong kamu ya? Kita balik ke mobil aja."

Shawty memegang tangan Justin dan...

"Kejar aku!!"

Shawty lari-lari secepat kilat menjauh dari Justin yang masih bengong. Justin menatap Shawty dari kejauhan yang berlari menuju bibir pantai.

"Tunggu!!!"

Justin berlari lebih cepat dari Shawty dan mengejarnya.

"Air asin datang," seru Shawty sambil menciprati Justin dengan air.

Justin cuma senyum-senyum manis melihat tingkah laku Shawty.

Shawty terdiam.
"Kok cuma senyum-senyum sih? Idiiihh, nggak asik!" ujarnya sambil manyun dan menciprat-ciprati Justin.

Shawty membalikkan tubuhnya, tapi Justin berlari dan memeluknya dari belakang. Shawty berteriak dan melepaskan tangan Justin. Justin semakin mengejarnya dan menarik tangannya. Shawty membalikkan tangan dan menatap Justin dengan tajam lalu menciprati Justin dengan air. Justin tetap diam.

"Bales dong!" ujar Shawty.

Justin menggeleng. "Enggak ah, males!" jawabnya asal.

Shawty berjalan pelan ke arah Justin sambil manyun. Justin juga berjalan pelan ke arah Shawty sampai mereka bertemu.

Shawty malu-malu kucing. Justin mencubit pipi Shawty dan mengelus rambutnya.
Shatwty memalingkan mukanya.

"Lihat deh! Waktu kecil kita suka lihat sunset di sini," ucap Justin.

Shawty mengangguk bertanda masih ingat.

Justin menggenggam tangan Shawty dan menatapnya lekat.

"I LOVE YOU," kata Justin.

Shawty memejamkan matanya. Justin mengecup keningnya dengan lembut.

"I LOVE YOU TOO," balas Shawty.

***

Justin memberhentikan mobilnya.

"Shawty, foto itu..."

Shawty menggeleng. "Itu cuma perpisahan aja, selebihnya nggak ada apa-apa dan nggak pernah terjadi apa-apa antara aku dan Cody."

Shawty turun dari mobil dan berjalan dua langkah menuju asrama sampai dia Justin memanggilnya.

"Shawty..."

Shawty terdiam. "Oh iya aku lupa," ucapnya sambil membalikkan badan dan berjalan menuju mobil Justin.

"Good night Justin," bisik Shawty pelan lalu berjalan pelan menuju asrama.

Justin memarkir mobilnya dan berjalan cepat menuju asramanya. Sesosok perempuan berambut panjang duduk terdiam di ambang pintu asrama.

Justin mendekatinya perlahan dengan takut-takut dan melihat perempuan itu dengan jelas.

JEDER!!!

"Selena!" teriak Justin kaget.

Selena berdiri dan mencium pipi Justin. "Iya," jawabnya sembari tersenyum lebar.

Justin langsung mengusap bekas kecupan Selena.
"Kamu ngapain ada di sini malam-malam?" tanyanya ketus.

Selena menarik Justin untuk duduk di sampingnya.
"Aku nungguin kamu dari tadi di sini, Justin," jelas Selena.

Justin berniat berdiri dan masuk ke dalam asrama, tapi Selena langsung menarik tangannya untuk kembali duduk dengan cepat.

"Justin, dengerin aku dulu."

"Dengerin apa?"

"A... aku sayang sama kamu Justin, aku cinta sama kamu," ucap Selena melas.

Justin menatap melas muka Selena dan menggenggam tangannya.
"Enggak Sel, maaf ya. Aku dan Shawty udah bener-bener saling sayang," jawab Justin sambil menggeleng.

Selena kaget, air matanya hampir saja jatuh kalau saja Justin tidak memeluknya erat.
"Tapi aku udah anggap kamu sebagai saudaraku," tambah Justin.

Selena melepas pelukan Justin sambil masih menangis sesenggukan.

"Udahlah Sel, please don't cry."

Selena mengangguk lemas sambil menghapus air matanya.
"Maaf ya selama ini aku udah ganggu hubungan kalian," ucap Selena sesenggukan.

Justin mengangguk.

"Sebenarnya... Apasih yang kurang dari aku?" tanya Selena ragu-ragu. "Apa aku kurang cantik? Akukan kembar sama Shawty, otomatis muka kita sama. Tapi kenapa kamu malah milih dia?"

Justin tersenyum kecut lalu menarik napas panjang.
"Aku punya seribu alasan untuk suka sama kamu. Dan kalau alasan itu hilang?" Justin mengangkat bahunya. "Otomatis rasa suka aku ke kamu akan hilang. Dan Shawty..." Justin tersenyum kecil sambil tertawa. "Dia satu-satunya orang selain keluargaku yang bisa bikin aku cinta dia tanpa alasan, jadinya nggak akan ada alasan yang hilang dan nggak akan ada cinta yang rapuh."

Selena terdiam. Oh my Bieber, ternyata cinta mereka berdua bener-bener tulus. Bego banget aku udah nganggu mereka!
"Jaga Shawty ya? Aku nggak mau kehilangan saudara kembarku itu maupun ngelihat dia disakiti."

Justin tersenyum lebar. "Janji!"

"Aku juga mau pamit, besok aku mau pergi ke Indonesia. Nuntasin liburan dan untungnya pihak sekolah ngebolehin aku karena aku juga mau buat album baru," jelas Selena sambil menyunggingkan senyum paksa.

Justin mengangguk pelan. "Aku selalu do'ain kamu dari sini, semoga album kamu sukses."

"Makasih," balas Selena singkat. "Makasih banget."

Selena beranjak dan berjalan menuju asramanya. Sedangkan Justin, masuk ke dalam asramanya untuk tidur.

***

"Sini aku bantuin," ucap seseorang.

Selena menoleh cepat.
"Eh, kamu?"

Cowok itu mendekat. "Iya aku," jawabnya sambil tersenyum tipis.

"Eh, kamu siapa?" tambah Selena.

GUBRAK

Cowok itu geleng-geleng kepala.
"Kamu belum tau aku? Orang setenar aku, kamu nggak tau?" bentak cowok itu sambil melototi Selena.

Selena menggeleng dan kembali berkemas.
"Kalau mau ganggu mending keluar aja deh," ucap Selena akhirnya.

Cowok itu cuma bengong.

"Kenapa ngelihatinnya gitu? Suka?" tanya Selena asal.

Cowok itu malah ketawa, Selena jadi sebel. Gimana enggak sebel? Katanya mau bantuin, eh dateng-dateng malah duduk dan berantakin baju-baju yang udah dilipat. Dasar cowok aneh!!

"Pergi aja deh, aku nggak butuh bantuanmu!" ujar Selena galak

Cowok itu membantu melipat kembali baju-baju Selena.
"Galak banget sih, aku kan udah bantuin kamu dapetin Justin," ucap cowok itu.

Selena melotot tajam. "Bantuin apaan? Bukannya bantuin malah nyusahin. Udah gitu nggak berhasil kan?" Selena geleng-geleng. "Kasihan ya, kamu juga nggak berhasil dapetin Shawty."

"Kamu sendiri juga bantuin nggak bener. Kasihan juga ya? Kamu nggak dapetin Justin," sindir Cody.

Selena cuma diam.

"Jadi... kamu mau pulang ke Indonesia?" tanya Cody.

Selena mengangguk pelan. "Iya, kayaknya itu satu-satunya jalan untuk nenangin diri aku."

Cody menggeleng. "Nggak kok, itu bukan jalan satu-satunya. Masih banyak yang bisa kamu lakuin untuk nenangin diri kamu," jawab Cody santai sambil berjalan menuju pintu kamar.

Selena langsung menoleh dan berdiri menghampiri Cody.
"Maksudnya?"

Cody membalikkan badannya lalu mengangkat bahu dan memiringkan kepalanya.
"Wanna go out with me?" tawar Cody. "Come on."

Selena akhirnya mengangguk. "Okay."

***

Love In Bieber #11

Justin duduk di tempat tidur dan segera membukanya. Ryan juga duduk di sebelahnya untuk melihat apa isi kotak itu.

Justin mengernyitkan dahi. "A.. apa ini?"
Justin menoleh ke arah Ryan. "Kamu tau ini ya?"

Ryan mengangguk. "Iya, ada di majalah dan koran terbitan hari ini juga."

Justin membanting kotak yang dipegangnya. "Sialan!"

"Hey man, tenang! Jangan emosi dulu!" sergah Ryan.

Justin menghela napas panjang dan membenamkan wajahnya ke tangannya.

"Aku tinggal dulu ya? Kamu tenangin diri dulu," bisik Ryan yang lalu keluar dari kamar Justin.

Justin membuka wajahnya sesaat setelah Ryan keluar dari kamarnya.
Ia meraih ponselnya dan men-dial nomor Shawty.

"Please angkat! Sebelum terlambat!" ujar Justin panik.
"Ah, nggak diangkat!"

Justin melempar ponselnya ke tempat tidur dan berbaring lemas sambil menutupi mukanya.
"Oh my gash, itu bukan apa-apa?!"

Justin marah-marah karena dia nggak terima. Dia tau, itu cuma kesalahan kecil yang akhirnya dibesar-besarin. Itu cuma masalah kemiripan dan emosi.

Waktu itu kan aku cuma nggak sadar, aku pikir dia Shawty! ujar Justin dalam hati.

Seseorang mengetuk pintu kamar Justin. Justin kaget, ia langsung menoleh ke arah pintu dan berlari untuk menahan pintu.

"Justin, kamu udah dateng ya?" tanya suara dari luar yang ternyata suara Chris.
"Justin?" teriak Chris.

"Nggak ada orang di dalem," jawab Justin santai.

Chris mengernyitkan dahi.
"Weh? Nggak ada orang kok ada yang jawab?"

Justin menepuk dahinya sendiri. Oh iya, bego' banget aku, batinnya.

"Udahlah, buka aja Justin. Kamu nggak mau ketemu sama aku?" Chris ngeles.

Justin membuka pintu kamarnya perlahan dan langsung menyergah Chris, "Kamu mau tanya apa? Soal berita itu ya? Itu nggak bener Chris! Itu cuma salah paham aja! Ha! Kamu pikir aku laki-laki yang nggak tanggung jawab gitu? Aku cuma sayang Shawty. Cuma Shawty! Nggak ada Selena atau yang lain! Nggak!"

Christian cuma bengong ngelihat Justin ngomong panjang lebar.

"Jelas?" tanya Justin.

Chris geleng-geleng sambil melongo.

Justin menepuk dahinya lagi. "Sorry, aku terlalu panik."

"Masuk dulu aja ya? Baru kita ngomong."

Justin mengangguk. Chris masuk ke dalam kamar Justin.

"Tadi, kamu ngomong apa ya?" tanya Chris langsung.

"Nggak denger sama sekali aku ngomong apa?"

"Denger sih denger, tapi nggak tau kamu ngomongin apa. Habisnya nggak jelas banget gitu, hehe," ucap Chris sambil cekikikan.

Justin menatap Chris lekat dan langsung menceritakan semua yang terjadi, dan ternyata Chris udah tau itu semua dari 2 hari yang lalu.

***

"Shawty, kamu kapan sih balik ke asrama?" tanya Caitlin melas.

"Nggak tau deh Cait. Kayaknya masih lama deh. Aku belum selesai sama pekerjaan aku."

Caitlin terdiam sejenak. "Cepetan ya? Justin udah dateng lho hari ini. Aku kira kalian pulang ke sini barengan."

"Sama Selena?" tanya Shawty.

"Nggak," jawab Caity singkat.

Caitlin tau, Shawty pasti lagi mikirin soal gosip yang sedang menimpa dia, Justin, dan Selena. Gosip tak sedap yang Caitlin tau Justin nggak mungkin berbuat kayak gitu.

"Sabar aja ya?"

"Sabar apa?" tanya Shawty nggak ngerti.

Caitlin nggak menjawab, takut salah bicara.

"Itu ya? Yang soal Justin dan Selly?" tanya Shawty lemas.

"Hehe iya," jawab Caity sambil cengengesan.

Shawty hanya tersenyum mendengar jawaban Caitlin.
"Udah dulu ya? Aku mau mandi dulu, udah acem nih."

"Uh, pantesan bauk! Mandi dulu gih!" canda Caitlin.

"Ye.. Neng Caity aneh-aneh aja. Perasaan di telepon itu kita cuma bisa denger suara atau pakai video cam. Tapi nggak pernah bisa transfer bau deh kayaknya?"

"Hehe iya iya. Ya udah yang penting mandi dulu. Nanti kalau akang Cody tersayang udah dateng, malu deh kamunya," balas Caitlin.

"What? Kalau kamu ada di sebelahku nih, udah aku tinju-tinju tuh mukamu. Lagian apaan sih pakai Akang Cody Akang Cody segala? :P Jangan-jangan kamu kali ya yang naksir Cody?" goda Shawty.

"Ye... Apaan? Nggak banget deh ya!!" bantah Caitlin.

Obrolan Caitlin dan Shawty di telepon makin seru aja. Kayaknya bakalan molor sejam lagi untuk Shawty mandi tuh.


Selena sampai di Beliebers V Hostel, bersebelahan dengan asrama Shawty.
Ia langsung bergegas pergi ke asrama Caitlin untuk minta kunci ke Caitlin.

"Yah, kamu jangan sedih lagi dong!" ucap seseorang dari dalam kamar Caitlin.

Selena spontan langsung berhenti dan ngintip dari balik pintu kamar yang sedikit terbuka.

"Aku tau Justin kayak gimana, lagian kalian masih pacaran kan?"

Selena ngangguk-ngangguk mengerti. Dia tau yang ada di dalam kamar itu adalah Caity dan yang ditelponnya adalah Shawty. Dan mereka lagi ngomongin masalah Justin dan Selena.

"Iya sih, foto itu memang 100% real tanpa rekayasa apapun, tapi Justin pasti punya alasan yang kuat kenapa bisa ada foto kayak gitu," ucap Caitlin.

Caitlin mengecilkan suaranya, Selena nggak bisa denger pembicaraan Caitlin dan Shawty dengan jelas. Ia mendorong pintu sedikit tapi kebablasan dan.

GUBRAK!

Caitlin langsung noleh.

Selena jatuh karena dia terlalu kuat dorong pintu kamar Caitlin sampai kelewatan.

"Hey," sapa Selly sambil cengengesan.

"Selena ya?" balas Caity ragu-ragu.

Selena berdiri dan membersihkan bajunya.
"Iya, mau ambil kunci kamarku."

"Oh iya, sebentar," jawab Caity. "Sebentar ya, ada sesuatu yang penting," ucap Caity di telepon.

"Nih!"

"Thanks."

Caitlin mengangguk, Selena pergi meninggalkan kamar Caitlin.

"Shawty, barusan ada Selena dateng. Dia ambil kunci kamarnya!"

"Ha? Trus trus, dia sekarang ke mana?" tanya Shawty penasaran.

"Kayaknya dia balik ke asramanya," jawab Caity santai.

Shawty menghela napas lega. "Nggak ada Justin di sana?"

"Nggak."

***

"Busyet, ini benda... be..rat banget!! OMB!!"

Justin mindahin kerdus-kerdus besar yg numpuk di lantai.
Saking nggak kuatnya, Justin sampai mundur-mundur dan nabrak lampu belajarnya.

KROMPYANG!!

"Oh my gash."

Selena langsung noleh ke arah suara.
"Kayaknya dari kamarnya Justin deh. Justin udah balik ke asrama?"

Selena langsung berlari kecil menuju asrama BieberFever VI.

"Ryan!!" Selena setengah berteriak.
"Hello!! Ryan!!"

Ryan tetep nggak denger Selena dan asik main video game.

BLETAK

Sepatu converse Selena mendarat tepat di kepala Ryan.
Ryan mengelus kepalanya pelan.

"Ryan! Di sini!" teriak Selena.

"Panggil aja kenapa sih? Nggak usah ngelempar sepatu gitu. Mana, sepatu kamu bau lagi, hiii," canda Ryan.

Selena menarik baju Ryan.
"Ih, dasar!" ujarnya sambil memakai sepatunya kembali.
"Eh, itu yang ada di kamar Justin?"

Ryan ngangguk-ngangguk.
"Itu Justin, kenapa?" tanya Ryan ketus.

"Kamu kok ketus banget gitu sih sama aku?"
Selena manyun.

"Aku nggak ketus tau, cuma lagi males aja."

"Masuk boleh?"

Ryan mengangguk dan mempersilahkan Selena masuk ke asrama.

Selena celingukan nyari jalan ke kamar Justin. Maklum, belum pernah masuk ke asrama itu sebelumnya.

"Kenapa Sel? Ada yang salah?"

Selena menoleh. "Eh, enggak, aku cuma mau cari...." Selena gelagapan cari alasan.

"Kamar mandi? Ada di ujung sana tuh," ujar Ryan seraya mengacungkan tangannya ke ujung ruangan. "Tapi, hati-hati. Di sini itu cowok semua, Sel."

Selena manggut-manggut dan ngacir ke lorong menuju kamar mandi.

Ternyata asrama cowok nggak jauh beda sama anak cewek. Di sepanjang lorong, di kanan-kiri berjejer-jejer kamar-kamar. Selena langsung celingukan cari kamar Justin.

"Justin!" Selena langsung mendobrak pintu sebuah kamar.

"Aaa!!!"

Ups! Salah masuk kamar. Selena langsung menutup lagi pintu kamar itu dengan cepat dan ngibrit kabur, takut bakalan kena timpuk sandal.

Di ujung ruangan, terdapat sebuah kamar dengan tulisan 'BIEBER' besar-besar. Nggak salah lagi itu pasti kamar Justin.

Selena mengetuk pintu kamar Justin perlahan.
"Justin??" panggil Selena lembut dari luar.

"Yeah, wait a minute!" saut Justin dari dalam kamar.

Belum sampai semenit, Justin langsung membuka pintu kamarnya.

"Hei," sapa Selena garing.

"Apa?" Justin masih sibuk ngebersihin foto-foto orang tuanya tanpa menoleh ke arah Selena.

Selena jadi manyun ngelihat gelagat Justin yang cuek aja.
"Justin!" bentak Selena.

Justin langsung nengok. Busyet! Nenek lampir dari mana nih? Hehe bercanda.
"Eh, Selena. Kamu udah pulang ke asrama?"

Selena ngangguk-ngangguk. "Iya, aku cepet-cepet pulang ke sini karena aku tau kamu juga pulang ke asrama."

Justin masuk ke kamarnya dan duduk di sofa. "Ooohh," tanggapnya singkat.

Selena mengekor Justin dan duduk di sebelahnya.
"Foto siapa itu?" tanya Selena sembari menunjuk sebuah foto yang dipegang Justin.

"Oh ini? Kamu kenal kan?" jawab Justin malas sambil tetap mengusap-usap foto itu.

"Aku kan?" tebak Selena kegeeran.

Justin mengacak rambut Selena. "Pd banget sih, siapa bilang ini kamu?"

Selena mesem. "Pasti saudara kembar aku kan? Shawty ya?"

Justin ngangguk-ngangguk.

"Kangen ya sama dia?" tanya Selena ragu-ragu.

Justin menaruh kembali foto Shawty di meja kecil yang ada di sebelah sofa. "Iya lah, aku nggak lihat dia sehari aja udah kangen banget. Apalagi ini udah berhari-hari," jelas Justin.

Selena manggut-manggut. Niatnya sih mau bilang, kan ada aku? Ngapain sih kamu mikirin Shawty? Mending mikirin aku aja. Tapi kelihatannya Justin lagi nggak mood. Terbukti dengan nadanya yang sedikit ketus dan datar kalau Selena nanya.

"Ya udah, aku cuma mau nyapa kamu aja kok. Aku balik ke kamar dulu ya?" ucap Selena sesaat setelah beranjak dari sofa.

"Bye." Justin melambaikan tangannya sebelum Selena benar-benar nggak kelihatan lagi batang hidungnya.

Selena masang muka jutek. "Gila aja sih Justin, aku dateng malah dikacangin, aku pergi dia nggak cegah aku," Selena marah-marah nggak jelas. "KAYAKNYA BUTUH TENAGA EKSTRA BUAT DIA!!"

***

"Kenapa Sel? Itu muka kok ditekuk gitu?" tanya Jasmine sambil mengaduk-aduk orange juice yang ada di depannya.

Selena cuma noleh tapi tetap diam seraya melipat kedua tangannya untuk menopang dagu.

"Aku tebak pasti Justin, kamu kemarin ke kamarnya Justin kan? Tapi Justin ngacangin kamu."

TOENG!! Tebakan yang 100% benar.

"Tau dari mana?" tanya Selena sambil masang muka jutek.

"Chris," jawab Jasmine singkat. "Cowok aku itu kan sahabat deketnya Justin."

Selena terbelalak. "Sejak kapan kamu sama Chris?"

"Sejak 1000 tahun sebelum masehi! Ya enggaklah! Waktu kamu lagi nggak sekolah," jelas Jasmine sambil mengambil buku yang dipegang Selena lalu membuka-buka lembarannya.

Jasmine melihat cover depan buku itu dan berkali-kali membolak-balik bagian depan dan belakangnya. "Sejak kapan seorang Selena suka baca buku?"

Selena mengibas-kibaskan tangannya malas. "Ah, itu sih cuma selingan!"

Jasmine membaca judulnya keras-keras, "1000 jurus jitu menaklukan hati sang pujaan!" Jasmine cengo. "Ini untuk apaan sih?"

Selena menghela napas panjang. "Sahabat 'cowok kamu' itu!" Selena menekankan suaranya pada kata-kata cowok kamu.

Jasmine cuma manggut-manggut. "Makin banyak aja tuh fans-nya dia," kritik Jasmine sambil menyibak poninya.

"Kamu sendiri bukannya dulu ngejar-ngejar Justin setengah mati?"

"Itu dulu sebelum...," potong Jasmine untuk menyeruput orange juicenya yang tinggal sedikit. "Christian ngelihatin dirinya yang bener-bener buat aku kagum. Yah, walaupun... Chris itu lebih muda dari aku hehe. Bieber itu nggak gampang lho, dia bener-bener sayang sama Shawty."

Selena semakin menekuk mukanya. Pandangannya kini tertuju ke koridor. Sesosok cowok yang ditunggunya datang juga.

"Dia itu cowok yang setia, waktu sama aku aja aku ngerasain itu banget kok," sambung Jasmine.

Tuhan, SESULIT itu kah untuk ngambil perhatiannya Justin?? Selena langsung beranjak pergi sebelum Jasmine berteriak dengan kencang, "MINUMAN AKU BELUM DIBAYAR!!"

***

"Thanks Shawty, kamu udah mau bantuin aku."

Sahwty cuma nyengir. "Nih!" ucapnya sambil memberikan Cody sebotol teh dingin.

Cody langsung membuka botolnya dan hampir meneguknya ketika teringat...
"Eh, kamu kan suka ini? Nggak minum?"

Shawty menggeleng. "Enggak," jawabnya singkat.

"Kenapa?" Cody akhirnya meneguk tehnya.

"Biasanya Justin yang suka beliin aku itu, aku cuma inget Justin aja," jawab Shawty lemas. "Bikin bete dia nggak ada di sini."

Cody diem aja. Yaelah, kemana aja? Ada aku di sini! Halo??

Shawty mengibas-kibaskan tangannya di depan mata Cody. "Cody? Ngelamunin apaan?" Shawty mengernyitkan dahinya.

Cody nengok lalu nyengir. "Nggakpapa hehe," jawabnya polos. "Cuma kepikiran..."

"Kepikiran apaan?"

"Kepikiran kamu!! Hahahaha," Cody ngakak-ngakak gaje.

Shawty manyun. "Bener nggak sih nih orang kepikiran aku? Ditanyain malah ngakak gitu."

Cody mengacak rambut Shawty. "Beneran tau!!" serunya singkat lalu melanjutkan acara ngakak rianya.

HAH? Kumat nih Cody, mending kabur ah... Shawty ngacir pergi meninggalkan Cody.

***

"Cody? Bangun dong!!" Shawty menepuk pipi Cody berkali-kali.
Sesekali cowok itu ngolet ke kanan-kiri. Tendang sana-sini, tangan jerontelan ke sinilah, situlah. HIYYY...

Shawty menepuk tangan Cody. "Cody yang cakep dan suka menabung, bangun ya?" Shawty ngemis-ngemis minta Cody bangun.

Cody langsung duduk, matanya masih setengah merem. "Apa tadi? Aku cakep? Makasih ya Shawty cantik," ucap Cody sambil nyolek dagu Shawty.

Shawty menepis tangan Cody. "Ish, kan cuma boongan. Biar kamu bangun aja, wekkk!!!" Shawty berlari ke ambang pintu. "Cepetan mandi, ganti baju, siap-siap kalau mau nganterin aku ke bandara. Dadaahh..." Shawty menutup pintu kamar Cody dengan keras.

Cody langsung membuka seluruh matanya dan terbelalak. "Apa?? Ke bandara???"
Cody berlari membuka pintu dan melihat Shawty yang berjalan santai di koridor. "Shawty??!!"

Shawty menoleh sambil melepas headshetnya. "Apaan?" mulutnya membentuk huruf 'o'.

"Kamu mau pulang?" tanya Cody pelan.

"Apa? Nggak denger!!" seru Shawty dari jauh.

GLEK! Suaraku? Kenapa tiba-tiba nggak mau keluar? Jantungku? Detaknya nggak beraturan!!

Cody menunjuk-nunjuk arah selatan. "P-U-L-A-NG!!" Tangannya di naikkan sedahi dan memperagakan pesawat yang sedang terbang. "Indonesia??"

Shawty melongo. "Maksudnya aku pulang ke Indonesia?"

Cody ngangguk-ngangguk menandakan ucapan Shawty barusan benar.

Shatwy menggeleng dan berjalan mendekati Cody sekitar 1 meter. "Nggak, aku pulang ke sekolah, lagian aku udah selesai kan shootingnya." Shawty berbalik arah dan berjalan menjauh. Meninggalkan Cody yang hatinya remuk.


"Minta di bawain tuan?"

"Hah?" Cody menoleh sambil melongo. "I.. iya."

Jammy menepuk pundak Cody membuyarkan lamunannya. "Cody!"

Cody sedikit melonjak.
"Apaan?" tanyanya ketus.

"Sini aku setrika dulu mukanya... Kusut banget sih, ada apa?" tanyanya pengen tau.

Cody geleng-geleng lemas. "Nggakpapa."

Jammy menyikut lengan Cody. "Haiya, nggak ada apa-apa kok cemberut gitu?"
Jammy memerhatikan Shawty yang lagi masukin koper ke dalam mobil.

Jammy menunjuk-nunjuk Shawty sambil tersenyum kecil. "Shawty kan? Kamu nggak rela ya dia pergi, hayo?"

Cody menyeringai. "Hehe iya, kangen nanti nggak ada yang nimpukin aku lagi kalau aku deket-deket dia." Cody alasan.

"Serius cuma itu doang? Nggak mungkin!!" Jammy langsung menarik Cody untuk menghampiri Shawty.

Shawty tersenyum lebar ketika mengetahui dua makhluk yang tadinya berjarak 20 meter darinya kini mendekat. "Bisa bantu?" tanyanya nggak tanggung-tanggung.

"Bisa bisa," jawab Cody.

"Apasih yang nggak untuk Shawty dari Cody?" goda Jammy.

Cody mendorong bahu Jammy pelan. "Apaan sih, sirik??"

Shawty tertawa kecil melihat kelakuan Cody dan Jammy. "Haha udah ah. Kalian itu nggak di lokasi shooting, nggak di sini, sama aja kerjaannya!"

"Lha ya emang sama. Nggak mungkin kerjaannya beda, masa' kalo di lokasi shooting aku jadi produser atau sutradara gitu, waktu di hotel jadi cleaning service GRATIS lagi!" Jammy mengedipkan sebelah mata ke arah Cody.

Cody menerawang, teringat sesuatu sampai Jammy bisa bilang kayak gitu.

"Cody! Cody!! Bukain pintunya, cepet!!" teriak Jammy dari luar kamar Cody.

"Iya, sebentar Jam." Cody berjalan dari ranjang dengan mata setengah merem.

Begitu pintu di buka... JENG JENG

Jammy langsung menubruk Cody dan masuk ke dalam kamar mandi. Cody spontan kaget dan berlari ke depan kamar mandi.

"Nggak nggak nggak! Kalau mau mandi, aku duluan!" sergah Cody sambil mengambil handuknya.

"Bantuin aku kenapa sih? Ada janji sebentar lagi nih. Kamar mandi kamar lagi di bersinin," jelas Jammy merayu. "I don't wanna be late at my first date with her!"

Cody terdiam. "Kamu nge-date? Sama siapa?"

"Sama kecoa! Udahlah, nanti aja tanya-tanyanya. Okay?"

Cody berpindah tempat, memperbolehkan Jammy masuk ke dalam.
Belum lama Jammy masuk, Cody kelupaan, dompetnya ketinggalan di kamar mandi semalem.

Tanpa basa-basi, Cody langsung membuka pintu kamar mandi yang tidak terkunci.

CEKREK!!

"Ehh!!! Ehh!! Stop!! blup.. Set.. blup.. GILA!!" Teriak Cody gelagapan.

Jammy meringis dan menjatuhkan selang yang ada di tangannya.

Cody mengusap mukanya yang basah. "Bukannya mandi, malah mainan selang. Udah tau numpang malah nggak cepet-cepet!!" teriak Cody.

"Yah, kamar mandi kamu kotor sih, jadinya aku siram dulu."

"Tapi lihat dong, ini lantai kamar aku jadi basah kan??"

Jammy menengok sambil manggut-manggut. "Maaf, aku kan nggak sengaja Cod."

Cody menyipitkan matanya. "Wah, dapet cleaning service gratis nih!!"


"Hahahaha! Kayaknya sebelum kamu jadi cleaning service, kamu jadi tukang kebun yang nyiramin taman deh," canda Cody.

"Sial lo!"

Shawty mengernyitkan dahinya. "Apaan sih? Aku nggak dong."

"Ya udah, nggak usah dipikirin. Sekarang kita bantuin kamu aja, lagian kita harus sampai di bandara sebentar lagi kan?" Jammy menghentikan pembicaraan konyol mereka.

***

Chaz buru-buru berlari ke dalam kelas. "Gawat, mati deh aku kalau sampai terlambat."

"Hey lihat-lihat kalau jalan!"

Chaz menoleh sambil tetap berlari. "Sorry, buru-buru nih!!"

"Justin!! Justin!!" teriak Chaz dari kejauhan.

Justin menoleh lemas sambil ngangguk-ngangguk. "Ada apa Chaz?"

"Ada dia."
Maaf ya? Cerita yang aku post itu belum di-edit hehe, jadi kalau ada salah mohon maklum ;)

Love In Bieber #10

Seorang lelaki berambut cepak, tinggi dan berperawakan tampan berdiri di ambang pintu.

"Siapa ya?" tanya Shawty gugup.

"Siapa?" cowok itu balik nanya.

Shawty menepuk dahinya keras. "Kok malah balik nanya sih?"

"Nicole!" seru cowok itu aneh.

Shawty mengernyitkan dahinya. gila kali ya nih cowok, Nicole nicole sapa tuh?

"Mas salah orang kali," jawab Shawty sambil cengengesan.

Cowok itu menggeleng dan berlari kecil masuk ke kamar Shawty.

"Eh mas! Sembarangan aja masuk ke kamar orang!" teriak Shawty kaget sambil menyeret cowok aneh itu.

"Mbak, saya dimana ya?"

Shawty terdiam memasang muka datar. "Lhah, anda ini gimana sih?" sambil menepuk dahinya.

"Saya Jammy, mbak tau?"

"Aku nggak tau kalau kamu Jammy, yang aku tau kamu itu cowok gila!" teriak Shawty ketus sambil menutup pintu kamar.
"Apaan sih itu orang, gila kali ya?"

Pintu kamar Shawty diketuk lagi.

"Apa lagi!" Shawty marah-marah.

Ternyata Jammy yang ngetuk pintu Shawty lagi.
Jammy senyum-senyum ke Shawty.

"Kenapa?" tanya Shawty ketus.

"Aku udah inget sekarang," jawab Jammy.

"Oh syukurlah kalau kamu udah inget kalau kamu itu WARGA RSJ YANG KABUR!"

"Eh, enak aja ngata-ngatain aku orang gila. Gini-gini, aku itu sahabat dekat Cody sekaligus sutradara video clip ini!" balas Jammy.

"Terserah deh, aku lagi nggak mood bercanda," jawab Shawty datar.
"Ada keperluan lain?"

Jammy mengangguk.

"Apa?"

"Segera pergi ke lokasi shooting," jelas Jammy sebelum pergi meninggalkan Shawty.

Shawty masang muka datar dan berjalan ke kamar mandi.

"Kemarin, waktu aku dandan gini, ada yang ngeluh," ujar Shawty lemas seraya memandangi cermin.
"Ada yang jahil, aneh-anehin aku."

Shawty menunduk lemas sambil menata rambutnya yang terurai panjang.

"Aku kok jadi nyesel sih?"

Hp Shawty tiba-tiba berdering.
"Hello."

"Yeah, he.. hey Shawty," ucap Justin gelagapan di telfon.

"Ada apa?" tanya Shawty malu-malu.

"Maaf," jawab Justin singkat.
"Yang kemarin," tambahnya.

Shawty terdiam sejenak dan memikir-mikir. Nggak enak juga sih kalau marahan sama Justin.

"Iya, aku maafin kamu kok," jawab Shawty akhirnya.

"Yes!" teriak Justin di telfon.

"Telingaku sakit tau," ucap Shawty datar seraya memegangi telinganya.

"Btw, aku pinjem kamarmu nggakpapa kan?"

"Iya, nggakpapa kok," jawab Shawty.
"Ehm, udah dulu ya Bieber, aku udah harus pergi."

"Eh, buket bunganya..."

Shawty langsung mematikan telfon dan bergegas pergi.

Nggak biasanya dia manggil aku Bieber, rasanya kayak orang lain, ucap Justin dalam hati.

***

Cody memegang tangan Shawty dengan erat dan memakaikan Shawty sebuah gelang.
Shawty tersenyum manis menatap Cody dan menggandeng tangannya.

Cody menarik Shawty ke dalam air dan menciprati Shawty.
Shawty ketawa-tawa seneng dan bales ngelempar air.

Shawty lari dari Cody tapi Cody berhasil nangkap Shawty dan memeluknya dari belakang.

Saat itu sunset, Cody dan Shawty berbaring di atas pasir pantai dan menatap matahari sambil bergandengan tangan.
Cody menoleh ke arah Shawty dan mengecup pipi Shawty.

"Aduh!" teriak Shawty.

"Cut cut cut!" teriak Jammy. "Shawty? Serius dikit dong!"

Shawty tertunduk lemas. "Iya, maaf."

"Ulangi! Ulangi!" perintah Jammy.

Cody menepuk pundak Shawty dari blakang, "Udah, kamu jangan sedih mikirin Justin terus dong."

Kamu mengernyitkan dahi. "Dari mana kamu tau aku mikirin Justin?"

"Insting, hehe."

Kamu tersenyum tipis dan melanjutkan shooting dan kali ini lebih baik dari yang sebelumnya.

Jammy mengacungkan jempol dari kejauhan. "Good job, Guys!"

***

"Good morning, Justin," sapa Mama Shawty.

"Good morning, Mama Shawty," sapa Justin balik.

Justin turun dari tangga dan pergi menuju dapur membantu Mama yang sibuk memasak.

"Where's she?" tanya Justin.

Mama Shawty mengernyitkan dahinya. "Who?"

"Your daughter, of course."

Mama Shawty tertawa kecil. "Justin, jangan sok lupa deh. Shawty nggak ada di sini."

Justin menepuk dahinya sendiri.
"Aku bener-bener lupa."

Mom Pattie turun untuk membantu Mama Shawty.

"Ehm, Justin?"

"Yes Mom?"

"Kamu udah telfon Shawty?" tanya Mom Pattie.

"U.. udah," jawab Justin ragu-ragu.
"Dia baik-baik aja kok."

Mom Pattie menghela napas panjang.

Tapi ada yang aneh dari Shawty, apa jangan-jangan dia nganggap aku bukan siapa-siapa lagi?

***

"Break sebentar ya?" tanya Shawty.

Cody mengangguk.

Shawty langsung lari dan menjauh dari Cody. Ia mengeluarkan hp-nya.


"Ha.. halo?"

"Yeah, what's up Shawty?" jawab Justin di telefon.

"Emm, Bieber. Eh, Justin a.. aku mau minta maaf sama kamu," ucap Shawty lemas.

Justin ketawa menaggapinya.
"Knapa Shawty? Kok tiba-tiba minta maaf?" Justin bingung.

"Ehm, banyak lah. Aku mau minta maaf banyak sama kamu."

"Then?"

"Pertama, aku kmaren udah kasar sama kamu, maaf aku kmaren kaget banget waktu kamu tiba-tiba kayak gitu," jelas Shawty.

"Aku yang harusnya minta maaf, waktu itu aku nggak bisa kontrol diri."

"Kedua, aku tiba-tiba pergi dan itupun dalam keadaan marah sama kamu," lanjut Shawty.

"Yang itu..," Justin mikir-mikir. "Nggakpapa kok, aku ngertiin kamu."

"Ketiga, aku... aku nggak nurutin kamu dan lebih milih shooting video Cody," tambah Shawty.

Justin manggut-manggut.

"Justin? Kamu masih di situ kan?"

Justin pura-pura diem.

"Jus.. Justin? Kok nggak ada suaranya?" Shawty panik. "Eh, Justin kamu udah matiin telefon kamu ya?"

Shawty melihat ke layar LCD hp-nya. "Belum mati kok."

"Shawty...," ucap Justin akhirnya. "Kamu sayang aku kan?" tanya Justin aneh.

"Ya.. yaiyalah, kok kamu nanyanya gitu sih?" Shawty ngerasa ada yang aneh. "Kamu ragu ya?"

"Ya enggak, aku cuma ngerasa kita sekarang jadi jauh, padahal baru satu hari. Ditambah lagi, bahasa kamu jadi aneh. Kamu manggil aku Bieber?" ucap Justin lemas.

Shawty tertunduk lesu. "A... aku nggak ada maksud lain, cuma... Maaf ya Justin, ya itu yang ada dipikiranku. Iya, aku tiba-tiba jadi kangen banget sama kamu. Kamu kangen nggak sama aku?"

"Enggak," jawab Justin singkat.

"Lho, kok enggak??" Shawty marah-marah.

"Ya aku emang enggak kangen kok sama kamu," Justin nggak bercanda.

Shawty mengernyitkan dahinya. "Oh, jadi kamu nih yang nggak sayang sama aku?"

"Bukan gitu, Shawty... Aku emang nggak kangen sama kamu, tapi aku kangen banget sama kamu. Aku nggak sayang sama kamu, tapi aku sayang dan cinta banget sama kamu. Aku nggak butuh kamu, tapi aku sangat membutuhkan rasa sayangmu. Dan kamu ada slalu di hati aku," rayu Justin.

Shawty senyum-senyum sendiri dengernya. "Bener?"

"Iya sayang, I swear I love you," jawab Justin.

Shawty nengok ke belakang, ke arah Cody dan Jammy yang udah mau mulai shooting lagi.

"Udah dulu ya? Aku harus ngelanjutin shooting aku. Nanti aku tefon kamu lagi," ucap Shawty.

"Okay Shawty, bye," ucap Justin mengakhiri percakapan.

Shawty menutup telfon sambil senyum lebar dan berjalan santai ke tempat Cody.

Shawty lari ke arah Cody, tali sepatu convers yang Shawty pakai lepas. Shawty nggak sengaja nginjek tali sepatu itu dan jatuh...

Cody langsung lari dan nangkep Shawty yang hampir jatuh.

"Shawty, kamu nggakpapa?" tanya Cody panik.

Shawty cuma geleng-geleng grogi karena Cody terlalu deket sama dia.

Cody ngelepasin Shawty.

"Makasih," ucap Shawty pelan.

"Ehm, iya yaudah kita skarang ngelanjutin shooting aja."

Shawty ngangguk dan ikut Cody ke tempat Jammy.

---

"Ternyata, aku salah. Shawty emang nggak mungkin ninggalin aku, buktinya dia masih perhatian banget sama aku dan kayaknya panik banget takut aku nggak maafin dia," jelas Justin di telfon.

"Nah, gitu dong. Jangan sedih lagi kayak kemarin! Aku kenal Shawty dan aku tau dia orangnya nggak gitu," ucap suara di telfon yang ternyata Caitlin.
"Btw, kamu kapan balik ke sekolah?"

Justin mikir-mikir.
"Lusa," jawabnya singkat.

Caitlin manggut-manggut.

"Aku mau nanya nih?" Caitlin ragu-ragu.

"Tanya apa?"

"Ehm... soal rumor itu? Bener nggak sih?" tanya Caity ragu-ragu.

Justin bingung. "Sorry Cait, rumor apa ya?"

"Tentang kamu itu."

"Tentang aku apa?"

"Yang sama Selena itu?"

"Selena?"

"Yang kalian pemotretan itu kok bisa?"

"Oh, pemotretan? Itu ya cuma pemotretan majalah."

"Bukan itu aja! Yang foto itu?"

Justin tambah kaget dan bingung.
"Yang jelas dong, Cait, aku nggak dong."

"Okay," Caitlin menarik napas panjang. "Skarang beredar foto kamu sama Selena yang lagi ciuman waktu kalian lagi pemotretan majalah Popstar dan foto itu 100% asli kan?"

DEG

Justin nggak jawab pertanyaan Caitlin. Ia gugup sekaligus kaget mendengarnya.

"Ja... jadi? Kejadian itu nyebar?" Justin gelagapan.

"Lho? Itu nyata? Ha?" bentak Caity.

"Enggak, itu nggak sesuai kenyataannya."

"Aku pikir kamu setia sama Shawty, tadi aku nggak mikir ini karena aku yakin itu hoax, tapi ternyata kamu kayak gitu?" Caitlin semakin marah.

"Aku nggak maksud apa-apa, Cait. Aku cuma sayang sama Shawty, bukan Selena atau yang lainnya. Aku bukan cowok yang kayak gitu! Waktu kita masih pacaranpun, aku cuma sayang sama kamu!"

Caitlin terdiam.
"Iya itu waktu kamu sama aku! Sekarang beda! Kamu sama Shawty udah semakin jauh dan aku tetep nggak nyangka aja kamu kayak gitu! Shawty itu sahabatku, Justin!"

"Ta.. tapi tapi, aku waktu itu nggak sadarkan diri, Cait. Selena itu mirip banget sama Shawty.. dan dalam pikiranku saat itu, dia Shawty. Aku kangen banget sama Shawty waktu itu, Cait. Kamu bisa bayangin nggak, aku lama nggak ketemu sama dia. Apalagi perpisahan kita waktu itu nggak nyenengin," jelas Justin emosi.

Caitlin nggak bisa ngomong apa-apa lagi.

"Bye," katanya singkat sambil menutup telfon.
"Padahal, awalnya aku pengen banget balikan sama kamu, Justin. Tapi kamu udah milih Shawty dan kayaknya sekarang susah buat aku untuk percaya lagi sama kamu," ucap Caitlin pelan yang mulai tertidur.

***

Shawty melepas hoddie-nya dan berbaring di ranjang.

"Capek banget, gila aja Cody kok semangat banget sih?" Shawty geleng-geleng.

Shawty menyambar hp-nya dengan cepat dan menelfon bagian pelayanan makanan hotel.
"Iya, vanilla latte satu diantar ke kamar S-01 segera ya? Terima kasih."

Shawty menutup telfon.

Nggak lama setelah itu, si pelayan mengantar segelas vanilla latte ke kamar Shawty.

"Iya, terima kasih," ucap Shawty pada si pelayan.

"I.. iya mbak sama-sama...." Si pelayan langsung kabur pergi (kebelet pipis :P) dan ninggalin kereta dorong pengantar makanannya di depan kamar Shawty.

Shawty melongo dan bingung.
"Pak, ini ketinggalan!" teriak Shawty, tapi si pelayan nggak denger.

"Justin?"

Shawty langsung mengambil sebuah koran yang dilihatnya terdapat foto Justin Bieber.

Justin Bieber, Shawty Gomez or Selena Gomez?

Shawty kaget melihat sebuah artikel berjudul 'Justin Bieber, Shawty Gomez or Selena Gomez?'

"Justy, aku, dan Selly?" ucap Shawty seraya mengernyitkan dahinya.

"A.. apa apaan ini?" Shawty kaget.

"Nggak.. nggak!"
Shawty masuk ke kamar dan membanting pintu.

Hp Shawty berdering dengan keras. 'my boy' nama yg tertera di layar Hp. Shawty menoleh dan meraih hp-nya. Dengan kasar, Shawty membanting hp-nya ke lantai dan berteriak, "I HATE YOU DUDE!!"


Pagi-pagi, Shawty memakai sweater ungu bulunya. Ia memakai topi musim dingin dan sepatu boot serba ungu. Headset dengan bulu-bulu ungu dan kaus tangan serba ungu.

Shawty keluar dari kamar dan mengunci pintu dengan hati-hati.

"Mau kemana?"

Shawty berbalik dan melihat Cody ada di sana.

"Cuma jalan-jalan," jawab Shawty sambil tersenyum kecil. "Bosen di hotel terus."

"Mau aku temenin?" tawar Cody seraya mendekat.

Shawty mengangguk ragu-ragu dan menggandeng tangan Cody.

"Dingin?" tanya Cody di jalan.

"Iya," jawab Shawty singkat.

Cody menoleh ke arah Shawty.
"Ka.. kamu boleh peluk tangan aku dan masukin telapak tangan kamu di saku jaketku."

Shawty terdiam dan segera menuruti perintah Cody.

Sambil tersenyum senang Shawty berkata, "Iya, sekarang jadi hangat. Thanks."

Cody cuma ngangguk-ngangguk seraya tersenyum puas.

Shawty dan Cody berhenti di sebuah taman. Shawty kedinginan banget walaupun udah pakai sweater dan baju tebel.

"Mau cokelat hangat?" tawar C ody.

"I.. iya."

Cody meninggalkan Shawty sendirian untuk membeli dua gelas cokelat hangat.
Cody segera kembali.

"Ini," ucap Cody seraya memberikan segelas cokelat hangat.

"Thanks."

Cody duduk di sebelah Shawty dan mendekap tangan kiri Shawty. Shawty yang kaget hampir aja nyipratin cokelat ke muka Cody.

"Tenang, biar kamu nggak kedinginan aja," jelas Cody.
"Oh iya, kamu biasanya suka baca majalah? Ini ada majalah bagus yang biasa kamu baca."

Shawty langsung menyambar majalah itu dan melihat lembar demi lembar majalah itu sampai dia melihat...

Sekarang Cody bener-bener kena semprot cokelat panas dari Shawty.

"Nggakpapa nggakpapa santai aja," ucap Cody.

Shawty beranjak dari tempat duduknya.

"Hah? Kamu pikir aku bakalan minta maaf karena bikin muka kamu basah? Ha? Kamu sengaja kan ngasih majalah ini ke aku dan kamu tau kalau aku pasti lihat ini?" bentak Shawty seraya nunjukin halaman yang berisi artikel tentang Justin dan Selena.

"A.. aku nggak ngerti apa-apa?" Cody memelas.

"Halah, semua cowok itu sama aja ya? Pembohong!"

Shawty langsung berlari meninggalkan Cody dan melempar majalah yang Cody kasih.

Cody memungut majalah yang Shawty lempar.

"Coba kamu tadi lihat tulisan di balik halaman ini. I love you Shawty."

***

"Justin!"

Justin mencari asal suara.

"Hey Man!"
Ryan memeluk Justin dengan erat dan menepuk punggung Justin dengan keras.

"Ryan...," Justin tersenyum senang melihat Ryan.

Ryan mengantar Justin masuk ke mobil dan pulang ke asrama.

@Bieber Fever VI Hostel

Justin menaruh kopernya di sofa yang ada di ruang tengah asrama.

"Banyak yang berubah ya? Padahal, aku nggak begitu lama pergi," ucap Justin seraya celingukan melihat perubahan di asrama.

Ryan mengangguk. "Ya, gitulah. Banyak yang pulang liburan," jelas Ryan.

Justin beranjak pergi menuju kamarnya.

"Tangkap!"

Ryan melemparkan kunci kamar Justin. Justin menangkapnya dengan sigap sambil tersenyum. "Thanks."

"Apa itu, Ryan?" tanya Justin penasaran melihat sebuah kotak kado yang ada di tempat tidurnya.

Ryan mengangkat bahu. "Buka aja, aku juga nggak tau. Baru dateng tadi pagi."