Senin, 05 Desember 2011

Kepala Sekolah Yang Baru? Mmmmm.....

Oke, mungkin ini agak frontal ya. Tapi ini pendapatku kok, tentang kepala SMPN 8 baru yang tercinta -,- #huek
Pak Kepala Sekolah Baru ------ (sensor). singkatnya Pak H, punya banyak banget peraturan, sebanyak tambahan gelar di belakang namanya -.- eh lebih banyak sih ._.

1. Sekarang, setiap pagi yang non-islam ada peningkatan iman atau apalah gitu ._. Dan yang islam pasti tadarusan. Kalau peraturan yang ini sih bagus, nggak berani bantah. Itung-itung nambah amal O:)

2. Sebelum masuk sekolah, pasti ada banyak guru yang jejer-jejer minta disalamin. Biasanya aku lewat pintu samping biar nggak ketemu guru trus biar nggak ketahuan nggak pake dasi atau semacamnya :pV sekarang pintu samping deket pohon mangga udah ditutup. Karepe opo jal? Biar semuanya salim mungkin -__-

3. Nggak boleh jajan di mbak siapa ya namanya? -,- mbak ami, amik, atau siapalah yang di pager tengah. Katanya nggak higenis, bikin sakit lah. Bilang aja harus jajan di koperasi sekolah biar dapet untung -___-

4. Paling parah, NGGAK ADA PROM ANGKATAN! What the.... -,- hell. Mr. Harno, did you never feel being a teenager? :B remaja butuh hiburan pak -,- sabar aja yah.

Yah, itulah sebagian kecil peraturan baru dari pak H. H bla bla bla ._.V Nggak ada yang berani demo, nolak, bantah. Jadi, anak SMPN 8 Yogyakarta cuma bisa pasrah dan ngelus dada aja yah u,u

Kepala Sekolah Yang Baru'

Selasa, 29 November 2011

Galau..... Lagi

Hai saudara-saudara! :D
Cuma pengen ngepost, menuhin blog, dan seperti biasa, mencurahkan sebagian perasaan galauku agar lebih tenang #bahasaku (⌣́_⌣̀)
Taulah ya, yang namanya cowok emang susah untuk ngertiin cewek. Jaranglah yang bisa. Dan mungkin 'dia' termasuk salah satunya. Dulu aja sebelum dia (kayaknya) tau aku suka dia, dia ngasih repon positive bahkan dia bikin aku nge-fly. Seolah-olah dia juga punya rasa ke aku. Tapi tiba-tiba, karena suatu kejadian yang nggak diharepin ._. Dia jauhin aku. Kelakuannya 100% beda kayak biasanya. Dan waktu aku sms, jleb banget dibales pake bahasa yang formal seolah-olah aku sama dia nggak kenal :B
Nyesek banget kan rasanya kalau digituin. Salah ya kalau aku suka sama dia? Sikapnya beda banget sama sebelumnya. Nunjukin rasa nggak sukanya dia kalau aku suka dia. Dia bener-bener beda :( kayak aku cewek paling jelek di matanya sekarang. Jelek di luar, jelek di dalem -,-
Aku sadar kok aku emang nggak secantik mantan-mantannya yang "katanya" cantik-cantik banget + eksis. Aku nggak eksis, nggak cantik -_- tapi seenggaknya aku bukan monster yang perlu ditakutin kayak gitu. Jleb banget rasanya ngelihat perubahan sikap dia ke aku. Jadi dingin banget :B sumpah aku nggak bisa nahan. Pengen banget ngomong ke dia. Tapi setiap aku nengok ke dia, yang ada aku dikasih tatapan nggak enak. Aku jadi serba salah -___-
Intinya, aku galau (⌣́_⌣̀) dan cuma sms dari dia yang bisa bikin tenang. sekian.

Senin, 28 November 2011

HANDS UP

"put your hands up" itulah pengawal hariku hari ini dengan @ichiack dan @putrioktv
padahal hands up itu lagu 2PM #njukngopo
sekian :D cuma mau menuhin blog :)

Hopeless

Kayaknya nggak ada harapan. titik. sekian

Sabtu, 12 November 2011

November

NOVEMBER!!! :D
di bulan November ini kebetulan ada tanggal yang spesial. Kemarin. 11/11/11 :)) Sayangnya nggak ada yang bener-bener spesial di tanggal yang spesial itu. Tapi berhubung hari spesial, siapa tau Tuhan mau dengerin do'aku dan mengabulkannya. Do'aku di tahun ini. Semoga aku nggak galau lagi. Bener-bener dapet harapan dari orang yang aku sayang :3 fyi, aku udah move on lho. PENTING! :)) Nilai-nilai ujian semoga bagus-bagus, aku bisa ke Korea, bisa ngomong korea, ketemu SuJu, SNSD, SHINee O:) amiiin :)

Senin, 13 Juni 2011

Bieber Chocoloe #4

"Itu punya Shawty kan?" tebak Jordan. "Kok tadi kakak cium-cium gitu sih?" tanya Jordan semakin memojokkan. "Kakak keingetan Shawty kan?"

DEG

Justin terdiam cukup lama. "A... aku... aku nggak cium ini kok! Tadi tuh, mejaku bau banget, waktu aku cek, ternyata scarf Shawty yang bau!! Aku keingetan Shawty, tapi keingetan nakalnya dia, cocok nih, kalau scarfnya bau, orangnya yang punya nakal!" jawab Justin gelagapan sambil mengelus dada perlahan karena lega bisa jawab. Walaupun keringat panas-dingin nggak karuan.

Jordan manggut-manggut percaya. Setahu Jordan juga, yang namanya Justin itu nggak pernah suka sama Shawty. Kalau Justin suka sama Shawty?? Duerr... Perang dunia ketiga bakal meledak. Gitu-gitu, banyak banget yang suka Shawty, apalagi yang ngejar-ngejar Justin? Beuh, bejibun! Pasti pada saling jeles gaje gitu deh...

"Kamu kok belum pulang?" tanya Justin berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Ehm, belum. Tapi aku baru mau pulang," jawab Jordan santai. "Ya udah kak, aku pulang dulu ya?"

Justin menghela napas panjang sambil mengelus-elus dada. "Untung deh dia nggak curiga."

"Sssstttt... Kakak!"

Justin berdiri dan menengok dari jendela ke arah koridor. Justin celingukan mencari asal suara. "Suara si anak ingusan nih. Mana sih tu anak?"

Shawty yang ada di bawah jendela langsung berdiri dan memukul kepala Justin dengan pelan.

"Aww!! Sakit!" teriak Justin kesakitan.

"Kakak cemen! Masa aku pukul pelan gitu sakit. Nggak gentle, nggak keren!" ejek Shawty sambil melet.

Justin mengacak rambut Shawty dengan gemas. "Hih, ini anak sukanya cari masalah aja!" Justin kembali duduk di bangkunya. Shawty berlari masuk ke kelas Justin dan duduk di sebelah Justin. "Belum pulang?"

"Kan kakak yang bilang kalau kakak nunggu aku di sini."

"Siapa yang bilang?" Justin memainkan scarf Shawty.

Shawty geleng-geleng sambil menarik scarfnya. "Pantesan, ini kakak ternyata pikun banget!"

Justin menepis tangan Shawty dan memasukkan scarfnya ke dalam tasnya. "Semakin kamu suka ngejekin aku, aku nggak akan ngembalikin scarf kamu!"

"Sampai aku tua juga kayaknya kakak nggak bakal ngembaliin scarf aku!"

Justin menoleh ke arah Shawty sambil tersenyum tipis. "Kamu kenapa sih selalu jutek sama aku?" tanya Justin tiba-tiba.

Shawty memalingkan muka seraya menarik napas lemas.
"Justru aku yang harusnya tanya. Kenapa kakak sebel banget sama aku. Apa aku terlalu berlebihan kalau ketemu kakak? Kakak beda kalau ke fans kakak yang lain."

Justin menunduk lemas sambil memainkan tangannya. "Sebenernya aku nggak ada maksud jelek bedain kamu kayak gitu," jelas Justin.

"Nggak ada maksud jelek? Berarti maksudnya bagus dong..." Shawty cekikikan.

Justin mengacak rambut Shawty lagi. "Dasar!" Justin beranjak dari tempat duduk dan berjalan ke luar kelas. Sementara Shawty cuma diem ngelihatin Justin yang sudah berdiri di ambang pintu. "Mau pulang nggak?"

Shawty nyengir kuda. "Hehe, iya mau."

Rumah Shawty dan rumah Justin satu arah, tapi lebih jauh Justin. Terpaksa Shawty dan Justin harus pulang bareng, karena gimanapun juga, jalan yang ditempuh sama. Mereka berdua pulang dengan jalan kaki.

"Kakak tumben nggak bawa sepeda atau mobil?"

Justin menendang kerikil yang ada di depannya. "Males aja, sekali-kali aku mau jalan kaki," jawab Justin sambil memasukkan tangannya ke dalam saku.

"Kakak pacaran sama kak Caity ya?"

Justin menoleh kaget ke arah Shawty dan tersenyum malas. "Enggak, she is my ex-gf."

"Aku kira kakak sekarang pacaran sama kak Caity..."

"Memangnya kenapa kalau misalnya aku pacaran sama Caity?"

Shawty tersenyum kecil. "Yaa... sebagai fans, aku ikut seneng aja. Tapi agak gimana gitu sih," jawabnya jujur.

"Cemburu?"

"Iya," uppsss... barusan aku bilang apa?? Iya? Iya cemburu?? WADAW, KECEPLOSAN!

Justin mengernyitkan dahinya. "Kamu suka sama aku ya??"

"Ya ampun GR!!!! Aku suka nge-fans! Jangan aneh-aneh, cuma nge-fans!!" bantah Shawty bohong.

"Oh..." Justin merangkul Shawty dan mengacak rambut Shawty. "Jangan ditanyain lagi yang tadi. Aku nggak suka kamu tanya tentang hubungan aku sama cewek-cewek!" ujar Justin memalingkan muka karena pipinya bersemu merah.

Shawty menengadah melihat Justin. "Iya kak, maaf."

Shawty sampai di rumahnya dan berpisah dengan Justin karena rumah Justin masih lebih jauh. Hari itu Swiftieber Chocolate sedang ramai pelanggan. Shawty langsung menaruh tasnya dan membantu Taylor melayani pelanggan.

Semua coklat akhirnya habis jam enam sore. Taylor menutup toko dan masuk ke dalam rumah disusul Shawty.


"Tadi, yang pulang sama kamu itu siapa?" tanya Taylor penasaran. "Pacar kamu ya?"

Shawty melotot kaget ke arah Taylor. "Bukanlah kak! Dia bukan pacar aku! Itu tadi kan Justin."

"Justin? Kok tumben kamu akur sama dia?"

"Kebetulan," jawab Shawty singkat sambil mencomot roti bakar kesukaannya. "Lagian rumah kita searah, mau nggak mau kesannya kita pulang bareng."

"Aku kira dia pacaran sama kamu," ucap Taylor sekenanya walaupun dia tau kalau itu nggak bener.

Shawty mencubit lengan Taylor sambil manyun. Taylor tertawa cekikikan melihat reaksi Shawty saat Taylor kira Justin itu pacar Shawty.

"Kakak, nggak lucu ah!"

Taylor merangkul Shawty dan mencubit pipinya. "Salahnya adikku ini tiba-tiba aneh. Kamu sakit ya tiba-tiba pulang sama Justin?"

"Emangnya kakak tau dari mana kalau aku biasanya nggak akur sama dia?"

Taylor memutar otak untuk mencari jawaban. "Jordan," jawabnya singkat.

Shawty menoleh ke arah Taylor sambil manyun.
"Kak, Jordan itu... menurut kakak gimana?"

"Gimana apanya?"

"Ya... sifatnya dia?" tanya Shawty ragu-ragu.

Taylor tersenyum jahil lalu menyikut lengan Shawty. "Kamu suka ya sama dia?"

Shawty melongo kaget. "Ya enggaklah! Kita itu cuma temen! Kakak denger? Temen!!"

Taylor ngangguk-ngangguk.
"Ya.. Dia baik kok, kalau aku sendiri sih suka sama sifatnya dia. Dia care banget sama kamu.
Kayaknya dia suka tuh sama kamu." Taylor mengerdipkan sebelah matanya.

"Ih.. kakak! Aku kan tapi nggak suka sama dia!" batah Shawty sambil menimpuki Taylor dengan bantal. "Dia nggak kayak..."

"Kayak siapa?"

Shawty nyengir kuda. "Ada deh!!" ujarnya sambil berlari ke lantai atas, menuju kamarnya.


***


Hari itu hari Minggu. Dan setiap hari Minggu, pastinya semua sekolah diliburkan. Pagi-pagi sekitar jam 5, Shawty janji menemani Taylor jogging di taman kota. Jarang-jarang nih Shawty jogging, makanya dia mau coba untuk jogging. Barangkali... ketemu sama Justin :P

np : karena hari itu juga libur, maka nggak dihitung. Jadi, hari itu Shawty nggak perlu ngasih coklat ke Justin.

"Aku udah siap, Kak!"

"Ya udah, ayo!"

Shawty dan Taylor naik sepeda untuk sampai ke taman kota yang jaraknya cukup jauh. Shawty nggak lupa untuk memasang headphone dan mendengarkan musik dengan volume keras seperti biasanya. Dan yang pasti, lagu yang didengerin adalah lagu yang tidak pernah membuat dunia ini bosan dan bunyi krik krik haha. Lagu Justin Bieber.

Mereka memarkir sepeda di tempat sepeda lain dan mulai jogging. Di tengah jogging, Shawty mengeluh capek dan duduk.

"Mau aku beliin es krim nggak, Kak?" tawar Shawty.

Taylor menoleh. "Hah, mau beliin aku es krim? Tumben nih baik."

"Ye... Ngejek banget. Biasanya juga aku baik!"

Taylor memberikan beberapa lembar uang kertas kepada Shawty. Shawty segera berlari menuju tukang es krim yang kebetulan letaknya lumayan jauh dari tempat semula mereka.

"Pak, es krim dua."

"Pak, es krim juga dua."

Si pak es krim menoleh ke arah suara di sebelah Shawty. "Maaf mas, es krimnya tinggal dua dan sudah dipesan mbaknya," ucap pak es krim sambil menunjuk Shawty.

Shawty bersiul pelan dan menoleh. Ia terbelalak kaget melihat Justin yang berdiri di depannya.

"Apa?" tanya Justin sedikit ketus.

Shawty melepas headphonenya perlahan sambil terpesona melihat penampilan Justin yang super keren. Dengan kaos polos warna putih, celana selutut warna merah, serta sepatu sneakers warna putih. Nggak lupa juga kacamata hitamnya.

"Ngapain lihat-lihat kayak gitu? Nggak pernah lihat orang ganteng kayak aku ya?"

"Sialan, pede banget sih pakai ngaku-ngaku orang ganteng! Nggak banget!" Shawty melet dan mengambil kedua es krim pesanannya. "Duluan!"

Shawty melangkah meninggalkan Justin. Tapi baru lima langkah, ia membalikkan badannya dan melihat Justin yang juga beranjak pergi.

"Tunggu! Jangan pergi dulu! Diam di situ, jangan kemana-mana!" perintah Shawty kepada Justin. Justin cuma ngangguk sambil masang earphone di telinganya.

Shawty segera berlari ke tempat Taylor menunggu. "Nih kak es krimnya! Aku pergi dulu, nanti kita ketemu di sini lagi. Ada temen aku!" Shawty berlari lagi sampai ngos-ngosan ke tempat Justin dan melihat Justin masih berdiri di tempatnya tadi.

"Nih kak! Kakak nggak dapet es krimnya kan? Makan tempatku aja."
Shawty menyodorkan es krimnya.

Justin mengernyitkan dahi. "Makan ini? Jangan-jangan bekas kamu lagi," ucap Justin asal.

Shawty manyun. "Ini belum aku apa-apain, kak."

Justin menatap Shawty dan menarik tangannya untuk duduk di salah satu bangku taman. Justin mengambil es krim dari tangan Shawty dan menjilatnya.

"Kamu nggak makan es krim?"

Shawty menggeleng. "Kan eskrimnya tinggal dua. Satunya untuk kak Taylor dan satunya ya untuk kakak," jelas Shawty polos.

Justin berhenti menjilat es krimnya dan menoleh ke arah Shawty perlahan.
"Jadi kamu nggak kebagian es krim?"

Shawty menggeleng sambil tersenyum lebar.

Justin celingukan mencari tukang es krim yang lainnya. Dan hasilnya... nihil. Nggak ada penjual es krim lain di situ.

"Udah, kakak tenang aja. Lagian aku juga nggak terlalu suka es krim kok. Aku bawa coklat."
Shawty mengeluarkan sebatang coklat dari saku celana 3/4 nya.

"Aku juga mau!" ujar Justin.

Shawty mengernyitkan dahinya. "Aku cuma bawa satu kak."

Justin menyodorkan es krimnya ke arah mulut Shawty. "Kamu nyobain es krim aku dan aku juga nyobain coklat kamu."

"Jorok!!"

"Ya gimana lagi? Aku pengen banget coklat kamu..."

Shawty terdiam untuk beberapa saat dan mendekatkan mulutnya ke eskrim yang masih dipegang Justin. Dengan perlahan, Shawty memakan es krim itu.
"Ini, kak," ucap Shawty sambil menyerahkan coklatnya.

Justin menggeleng. "Kamu yang megangin coklatnya, nanti aku gigit sedikit."

"A... aku suapin gitu? Ihh..."

Justin menjitak kepala Shawty pelan. "Tadi kamu makan es krim ini kan juga gitu!"

Shawty nyengir dan menyodorkan coklatnya. Justin menatap lekat mata Shawty sambil menggigit coklat itu sedikit.
"Enak," ucap Justin singkat sambil terus memandangi Shawty.

"Shawty!" teriak seseorang.

Justin mengangkat kepalanya. Shawty langsung menoleh kaget ke asal suara, Taylor.
"Kenapa kak?" tanya Shawty gelagapan.

Taylor tersenyum tipis melihat seseorang di sebelah Shawty, Justin. Lalu fokus ke pembicaraan. "Anak temen mama yang aku bilang udah dateng ke rumah. Kita harus pulang sekarang!"

Shawty beranjak dari bangku taman dan menoleh ke arah Justin yang bernyanyi kecil, seakan tadi nggak terjadi apa-apa. "Aku pulang dulu, kak."

Justin menoleh ke arah Shawty dan mengangguk pelan.

"Bye," ucap Shawty nggak rela pergi.

Justin memerhatikan Shawty. "Udah... pergi sana! Nanti tamunya kelamaan nunggu!"

Taylor langsung menarik Shawty untuk pergi ke parkiran sepeda dan bergegas pulang.


Sampai di rumah, Shawty melihat sesosok perempuan yang lebih tua darinya, tapi nggak lebih tua dari Taylor lagi celingukan di Swiftieber Chocolate. (kira-kira siapa ya?)

"Hey...," panggil Shawty pelan.

Cewek itu menoleh dan tersenyum lebar.

Shawty juga tersenyum lebar. "Kamu...."

"Iya aku," jawab cewek itu senang sambil berlari mendekati Shawty dan memeluknya. "Aku kangen banget sama kamu."

"Aku juga, kak. Aku kangen banget sama kakak."

Taylor tersenyum lebar dan menepuk pundak cewek yang dipeluk Shawty. "Hey..."

Cewek itu menoleh dan melepaskan pelukannya lalu memeluk Taylor. "Hey kak Taylor. Long time no see ya.."

Taylor tersenyum tipis. "Iya, I miss you so much."

"I miss you too," balasnya.

"Kangen-kangenannya dilanjutin nanti deh, sekarang kalian berdua masuk ke rumah. Biar Shawty tunjukin dimana kamar kamu," jelas Taylor sambil menunjuk Shawty.

Shawty menarik sebuah koper kecil dan merangkul cewek itu masuk ke dalam rumah.

***

"Iya... Enggak... Iya... Enggak... I.. iya aja deh!"
Justin mengambil segway-nya dan menuju rumah Shawty. Sore itu, tiba-tiba rasanya Justin pengen banget ngerasain coklat Swiftieber Chocolate. Alasan lain? Nggak tau deh apa? :P

Justin memarkir segway-nya dan berjalan ke dalam toko. Dilihatnya sesosok perempuan yang tidak asing. Justin melepas kacamatanya.

"Permisi, saya mau beli coklat," ujar Justin pelan.

Cewek itu menoleh dan tersenyum lebar ke arah Justin.
"Justin Bieber!"

"(.......)"

Senin, 16 Mei 2011

Bieber Chocolove #3

"Ka... kamu? Tumben pagi-pagi udah dateng?" tanya Shawty sambil mengelus dada karena ternyata dia adalah Christian.

"Iya, aku tadi lihat kamu udah mulai siap-siap dari jendela. Jadi, aku langsung cepet deh mandinya."

Rumah Shawty dan rumah Jordan itu bersebelahan. Bahkan, kamar Shawty dan kamar Chris bisa saling melihat. Kamar mereka sama-sama di lantai dua dan ada jendela yang bisa menghubungkan mereka, kayak di video clip Taylor Swift - You Belong With Me.

"Mau kemana?"

"Mau ke kelas Justin, ada keperluan."

Chris mengernyitkan dahinya. "Sejak kapan kamu manggil kak Justin, Justin? Nggak pakai kak? Dan sejak kapan kalian berdua nggak marahan kayak biasanya?" tanya Chris penasaran.

"Semuanya bisa dijawab dengan dua kata," jawab Shawty sambil nyengir. "Tadi malam."

Christian mebulatkan mulutnya. "Trus ada keperluan apa?" tanya Chris masih penasaran.

"Ada aja! Duluan ya?" Shawty berlari meninggalkan Chris yang terpaku melihat Shawty meninggalkannya.

Shawty ngintip dari jendela kelas Justin. Nggak ada satu orangpun di sana, hanya ada tas Justin, tapi Justin nggak ada di situ. Dia akhirnya berani masuk dan duduk di bangku Justin.

"Justin kemana sih?"

"Nyari aku ya?" tebak Justin yang tiba-tiba masuk ke dalam kelas.

Shawty gelagapan karena tiba-tiba ada Justin di situ. Justin mendekat ke arah Shawty dan mengelurkan scarf milik Shawty.

"I... itu punyaku kak, makasih!" ujar Shawty sambil berusaha mengambil scarfnya.

Justin menarik kembali scarf milik Shawty dan menyembunyikannya.

"Hey, itu punyaku, Justin!"

Justin geleng-geleng. "No no no, ada syaratnya!"

"A... apa? Apa aja deh buat kakak, eh maksudnya Justin, eh maksudnya buat scarf itu!"

"Bener?" tanya Justin kurang percaya.

Shawty mengangguk yakin. "Iya," jawabnya lirih.

Justin mendekatkan wajahnya dan berbisik, "Coklat putih di mejaku setiap hari selama satu minggu. Coklatnya harus kamu yang buat dan buatnya pagi hari."

"Hah? Serius?" Shawty terbelalak kaget. "Nggak nggak nggak, ambil aja scarfku!" ujar Shawty asal.

Justin berjalan ke luar kelas perlahan.

"Tunggu! Jangan ambil scarf-nya, itu pemberian mama aku!" teriak Shawty melas.

Justin menghentikan langkahnya dan berbalik ke arahmu. "Oke, mulai besok buatin aku coklat dan jangan lupa taruh di meja aku setiap pagi," ucap Justin dengan nada mengejek.

"Cih... Aku juga terpaksa!"

Shawty keluar dari kelas Justin. Shawty melihat Chaz, Caitlin, Shay, dan Ryan sedang menuju ke arah Shawty. Dengan wajah datar, Shawty berlalu tanpa menyapa mereka seperti biasanya.

Caitlin, Chaz, Ryan, dan Shay memasuki kelas mereka dan melihat Justin sudah duduk di atas mejanya. Ryan menaruh tasnya dan menghampiri Justin dengan satu tebakan. "Barusan ketemu Shawty ya?" Justin hanya menjawab dengan satu anggukan.

"Ngapain?" tanya Ryan lebih lanjut.

Justin menunjukkan scarf Shawty sambil tersenyum tipis. "Scarf dia ada di aku. Dan dia tadi mau ngambil scarf ini," jelas Justin.

"Tapi kok scarfnya masih di kamu?"

"Ada syaratnya, Ryan. Nggak segampang itu ngambil dari aku! Dia harus kasih coklat setiap pagi di mejaku!"

Ryan menepuk punggung Justin pelan. "Gila ya kamu! Ini cuma masalah scarf, tapi kamu malah manfaatin scarf ini untuk dapetin coklat?" Ryan geleng-geleng dan kembali ke tempat duduknya, di sebelah Justin.

"Kenapa? Kamu suka sama anak ingusan itu ya? Makanya kamu dukung dia?"

Ryan memilih diam dan mengalihkan pembicaraan agar nantinya nggak akan berujung dengan marah.

***

Shawty duduk di bangku kelasnya dengan wajah ditekuk dan dagu ditopang. Chris yang baru saja datang langsung berjalan sambil tersenyum lebar ke arah Shawty dan menaruh tasnya disebelah Shawty.

"Hey," sapa Christian sambil tersenyum.

Shawty menoleh lemas ke arah Christian. "Hey"

Christian memegang dagu Shawty dan mengarahkan wajah Shawty ke wajahnya. "Mukanya jangan ditekuk gitu dong!"

Shawty menghela napas panjang dan menepis tangan Chris yang memegangi dagunya. "Gimana nggak ditekuk kalau pagi-pagi udah dapet kabar nggak enak?"

"Kabar apa sih?"

"Kamu inget kan scarf yang semalem aku pakai?"

Christian ngangguk-ngangguk.

"Scarf itu jatuh waktu aku mau pulang karena buru-buru. Dan nggak taunya, scarf itu ada di kak Justin," jelas Shawty.

Christian mengernyitkan dahinya sambil mengangkat bahu. "Harusnya kamu seneng dong. Kan ada di kak Justin."

Shawty mengangkat dahu. "Gimana mau seneng kalau aku harus ngasih sekotak coklat buatan aku setiap pagi di meja kak Justin? Itu namanya pengeretan! Bisa bangkrut tuh toko aku kalau dia dapet gratisan seminggu!" ujar Shawty marah-marah.

Christian mengelus-elus punggung Shawty sambil tersenyum tipis.

"Udah, jalanin aja. Itu scarf dari mama kamu kan?" tebak Christian.

"Iya," jawab Shawty singkat.

Christian menggenggam tangan Shawty dengan erat. "Kamu suka ya sama kak Justin?"

Shawty mengernyitkan dahinya. "Eng... enggak. Kamu ngapain tanya kayak gitu?"

Christian menghela napas panjang. "Berarti masih ada tempat buat aku?

"Maksudnya?"

"Aku suka kamu Shawty, aku cinta sama kamu. Kamu mau kan jadi pacar aku?"

DEG

Shawty terdiam.

"Kamu nggak harus jawab sekarang."

Shawty ngangguk-ngangguk. "Makasih ya, Chris?"

Christian mengangguk. Shawty menyandarkan kepalanya di pundak Chris perlahan.

Ternyata dari balik pintu kelas, Jordan merhatiin Shawty dan Chris. Jordan sebenarnya pengen banget ke sana dan mukul Chris karena dia cemburu banget Shawty berduaan sama Chris. Tapi akhirnya Jordan masuk juga ke kelas dengan tampang datar.

"Ehmm..." Jordan berdehem kencang.

Shawty menoleh ke arah Jordan dan mengangkat kepalanya dari pundak Christian. Jordan berjalan ke arah Shawty dan memindah tasnya di bangku depan Shawty.

"Kalian ngapain sih berduaan di kelas? Nanti ada yang lihat, kalian disangka pacaran lho."

"Shawty itu lagi sedih, dia butuh temen buat cerita. Kamu kok mikirnya kayak gitu sih? Lagian, kalau ada yang ngira aku sama Shawty pacaran, bagus kan?" balas Christian santai.

Jordan melirik Shawty yang hanya terdiam. "Oh, jadi kalian pacaran? Atau... kamu masih suka ya sama Shawty?" tebak Jordan.

"Kalian itu ngapain sih?" Shawty yang kebingungan berusaha mencairkan suasana.

Christian mendekap Shawty dengan paksa. "Aku memang masih suka sama Shawty!" bentak Chris.

Jordan menaikkan sebelah matanya. "Bagus deh, aku ada saingannya," jawab Jordan santai.

"Maksudnya? Kamu juga suka Shawty?"

Shawty semakin dibuat bingung karena mereka justru saling membentak. "Ih, udah deh kalian tu ngapain sih? Kayak anak kecil tau nggak!" Shawty melepas pelukan Chris dan beranjak dari tempat duduknya, lalu pergi meninggalkan Jordan dan Christian.

Christian menarik baju Jordan sambil menatapnya sinis. "Kamu kalau suka sama Shawty bilang aja! Nggak usah kayak gitu! Aku nggak suka caramu!"

Jordan menyeringai dan menepis tangan Christian dengan kasar. "Terserah! Mulai hari ini, kita saingan!" Jordan beranjak dan pergi keluar kelas menyusul Shawty.

"Shawty, tunggu!"

Shawty mempercepat jalannya, tapi Jordan berlari dan menahan tangan Shawty. "Kamu marah sama aku?" tanya Jordan ragu-ragu.

Tanpa menoleh, Shawty menjawab dengan ketus, "Aku nggak marah kok!"

"Bohong!"

"Aku nggak marah tau!" Shawty membentak Jordan. Jordan melepaskan tangan Shawty dan membiarkannya pergi menjauh. Baru beberapa langkah Shawty berjalan, bel berbunyi. Ia membalikkan badannya dan melihat Jordan masih berdiri di tempatnya tadi. Shawty tersenyum tipis dan menarik Jordan untuk kembali ke kelas.

***

-- first day --

BANGUN JAM 4 PAGI SEMINGGU, BUAT COKLAT UNTUK JUSTIN ........

Shawty mendengus kesal memerhatikan tulisan yang ada di depannya dan menambahkan satu kata pada akhir kalimat.

"Jadi lebih semangat."

BANGUN JAM 4 PAGI SEMINGGU, BUAT COKLAT UNTUK JUSTIN CAKEP

Shawty ketawa cekikikan dan mengeluarkan selembar foto lalu menempelkannya di dekat tulisan.

"Kak Justin sebenarnya cakep, tapi kakak jahat sih! Aku juga nggak tau gimana perasaan aku ke Chris. Aku bingung!" Shawty masang tampang melas lalu tersenyum kecil dan mencium pipi Justin yang ada dalam foto. "I LOVE YOU KAK," ucap Shawty sebelum tertidur lelap.

BANGUN BANGUN BANGUN OOOOHH

[BABY BABY BABY OOOHH] *gokil nih bunyi alarm-nya :P

Shawty mematikan alarm sambil mengucek mata lalu berjalan gontai keluar kamar. "Kak Taylor belum bangun." Shawty buru-buru pergi menuju dapur dan mengambil beberapa bahan untuk membuat coklat putih pesanan Justin.

"Nyusahin aja sih tuh kakak!" ujar Shawty marah-marah sambil mencampurkan adonan.

Shawty celingukan melihat bahan-bahan yang ada dan tertawa kecil saat melihat sesuatu, cabe bubuk.

"Mampus tuh kak Justin makan coklat ini!" ujarnya sambil menaburkan cabe bubuk ke adonan coklat kak Justin. "Tapi... kasihan juga kak cakep. Nanti kalau kepedesan gimana?" Shawty mikir-mikir. "Ah, biarin! Salahnya jahat sama aku!" Shawty menambahkan cabe bubuk lebih banyak lagi.

Akhirnya, coklat buatan Shawty selesai. Coklat putih bulat yang dia buat dimasukkan ke dalam kotak kecil. "Selesai!"

Shawty buru-buru mandi dan berangkat ke sekolah. Tanpa menaruh tas dulu di kelas, ia berlari ke kelas Justin dan menaruh kotak coklat di lacinya.

"Kak Justin, dimakan ya coklat pedasnya!" ujar Shawty sambil cekikikan dan menekankan pada kata pedas.

Shawty keluar dari kelas Justin dan nggak sengaja berpapasan dengan Justin.

"Kak, udah aku taruh tuh coklatnya, di laci," ucap Shawty sok manis sambil menahan tawa.

Justin mengangguk dan melangkah masuk ke dalam kelasnya.

"Yess!!"

"Eits!" Justin membalikkan badannya dan memanggil Shawty.

"Kenapa?"

"Kamu... kok manggil aku kakak? Bukan Justin?" tanya Justin.

Shawty cuma nyengir kuda. "Nggakpapa lah, kak. Kamu kan kakak kelasku, nggak enak sama yang lain."

"Ya udah sana, balik ke kelas," ucap Justin datar.

Shawty manyun. "Aku memang mau pergi kok! Nggak usah disuruh!" Shawty menghentakkan kaki dan pergi meninggalkan Justin dengan langkah tegas dan marah-marah.

"Cewek yang lucu," komentar Justin sambil masuk ke dalam kelasnya.

Justin menaruh tas dan melihat sekotak coklat di dalam lacinya. Tanpa basa-basi, kotak coklat itu langsung dibukanya. Dua buah coklat putih bulat yang ada di dalamnya langsung dilahap.

Justin terdiam sejenak sambil mengunyah coklatnya.

"Pedes!!!!!" Justin mengecek tasnya, tapi ternyata dia lupa bawa minum. "Aku nggak bawa minum lagi!" Justin keluar kelas dan berlari ke kelasmu yang nggak jauh dari kelasnya.

Shawty lagi asyik ngobrol sama teman sekelasnya, Jessica. Shawty menoleh melihat Justin yang tiba-tiba masuk sambil cekikikan.

Justin melotot dan berlari kecil ke arah Shawty. Minuman yang ada di meja Shawty langsung disambarnya dan diminum.

"Eh, itu minumanku!"

Shawty menarik botol minumnya dengan kasar. Air minumnya sedikit tumpah ke baju Justin. Justin kaget dan menyemburkan air yang masih ada dalam mulutnya ke baju Shawty.

Shawty melirik perlahan ke bajunya. "Kak Justin!!" teriak Shawty histeris. "Baju aku basah kak! Jorok banget sih!"

"Aku juga basah nih! Kamu nggak lihat?"

Shawty langsung lari keluar dari kelas dan menuju ke kamar mandi. Justin masih terdiam di kelas.

"Yah, kak Justin nggak romantis. Kalau romantis, tuh kejar Shawty!" ujar Jessica.

Justin mengernyitkan dahi.

"Ngapain romantis? Aku nggak mau romantis-romantisan sama itu anak ingusan," jawab Justin santai sambil berjalan ke luar kelas.

Justin celingukan di koridor. Shawty yang baru keluar dari kamar mandi ngelihat Justin yang kayaknya lagi kebingungan dan menepuk pundaknya. Justin menoleh ke belakang dan tersenyum lebar melihat Shawty ada di depannya sekarang. Shawty justru bengong ngelihat Justin senyum-senyum ke arahnya.

"Kak, kakak ngelihatin siapa? Kok senyum gitu?" tanya Shawty sambil ngelihat ke belakang. Tapi di belakang nggak ada orang sama sekali.

Justin menggeleng. "Nggakpapa, bodoh!" Justin berbalik dan terdiam lalu menoleh lagi. "Nanti pulang sekolah, aku tunggu di kelas aku." Shawty mengangguk. "Oh iya, besok lagi cabe bubuknya jangan banyak-banyak."

"Kakak tau itu dikasih cabe bubuk?"

Justin tersenyu tipis. "Aku tau lah, nggak mungkin pedes kalau nggak ditambahin aneh-aneh."

Shawty melihat Justin yang berjalan ke kelasnya sampai bel berbunyi dan segera kembali ke kelas.

***

-- after school --

Justin memainkan scarf Shawty di atas mejanya. "Ini scarf mau aku apaan sekarang? Masa' aku simpen? Nggak banget!" Justin mengambil scarfmu dan menciumnya dengan perlahan lalu tersenyum kecil. "Wangi tuh anak nih, jadi keingetan dia terus!"

"Keingetan siapa kak?" tanya Jordan yang tiba-tiba nongol di jendela sebelah tempat duduk Justin.

Justin kaget lalu menaruh kembali scraf Shawty. "Keingetan.... keingetan..." Justin mikir-mikir mencari alasan yang tepat.

"Itu punya Shawty kan?" tebak Jordan. "Kok tadi kakak cium-cium gitu sih?" tanya Jordan semakin memojokkan. "Kakak keingetan Shawty kan?"

DEG

Justin terdiam cukup lama. "A... aku..."

Bieber Chocolove #2

Justin menyeringai. "Hah, nggak mungkin lah. Mana mungkin aku suka sama anak ingusan kayak dia. Aneh-aneh aja."

Shawty yang kaget sekaligus sedih denger Justin ngomong kayak gitu. Ia buru-buru menarik tangan Christian dan berjalan ke arah Justin. Lalu ia menggenggam tangan Christian.

"Christian, menurut kamu aku gimana?" tanya Shawty yang berniat bikin Justin cemburu.

Christian tersenyum tipis. "Kamu cantiiiiik banget. Dan malam ini kamu kelihatan lebih cantik dibanding bisanya, dengan kata lain.. kamu super cantik."

"Makasih banget ya, Chris," Shawty mengecup pipi kanan Chris dan melepas genggaman tangannya.

Christian senyum malu-malu kucing.

Chris, jangan kegeeran ya? Aku cuma cium kamu nggak brarti apa-apa lho. Jangan sampe deh, dia kira aku suka dia, ucap Shawty dalam hati.

Justin yang ngelihat kelakuan Chris dan Shawty tepat di depannya langsung nyikut lengan Caitlin. "Eh, ada anak kurang kerjaan di sini. Nggak berguna banget, kayaknya cuma mau buat cemburu. Tapi, nggak berhasil tuh. Ngapain aku cemburu," ucap Justin.

Shawty menoleh dan berjalan ke arah Justin.

"Kak! Jangan geer ya? Aku nggak mau buat cemburu kakak tuh!"

"Oh ya? Buktinya mana?" tanya Justin sambil menyeringai. "Nggak ada kan? Kamu aja yang ngiranya aku bakalan cemburu!"

Shawty semakin panas karena nggak nyangka kalau Justin bakalan ngomong kayak gitu. Christian berjalan ke arah Shawty dan menggenggam tangannya kanannya yang dikepalkan. Chris ngelepasin kepalan tangan Shawty dan berbisik, "Udah, nggak usah diladenin."

Caitlin yang ngelihat itu malah cekikikan.

"Kalian tu lucu deh! Plus aneh! Kayak gitu aja direbutin! Malah kayak orang pacaran yang lagi marahan tau nggak?" ujar Caitlin diselingi tawa.

Justin menoleh sambil menyipitkan matanya ke arah Caitlin. "Aku mau pergi aja deh dari sini. Ini orang aneh malah bikin marah terus!"

Justin beranjak dari tempat duduknya. Shawty langsung menahan tangan Justin tanpa dia sadari. Justin menoleh ke arah Shawty. Shawty takut-takut langsung ngelepasin tangan Justin dan membiarkannya pergi.

Shawty menarik Christian untuk berjalan ke arah Theo yang baru balik dari kamar mandi.

"Kalian tadi dari mana?" tanya Theo bingung melihat Shawty dan Christian barusan datang.

Christian menunjuk ke arah Caitlin. "Ngomong sama Caity, tadi juga ada kak Justin. Tapi dia udah pergi," jelas Christian.

Theo manggut-manggut.

Kamu inget kalau kamu bawa coklat batangan dari rumah. Kamu buka tas kamu dan ngeluarin tiga batang coklat putih.

"Taraa... aku bawa ini!" ujar Shawty senang sambil ngasih coklat ke Theo dan Christian. "Aku sengaja bawa ini, eh nggak taunya pas tiga deh hehe."

"Tadinya kan, kamu nggak tau kalau aku bakal dateng. Yang satunya mau kamu kasih siapa?" tanya Theo tiba-tiba.

"Ehm, bukan untuk siapa-siapa, cuma pas bawa tiga aja."

Christian menyikut lengan Shawty. "Bohong, buat kak Justin kan? Hayo ngaku...," goda Christian.

Shawty nyengir kuda. "Iya, tadinya untuk kak Justin. Cuma... kak Justin nakal sih, jadi untuk kalian berdua aja," jawabnya sambil cekikikan.

"Shawty... Shawty... Kak Justin itu sebenernya baik banget kok," ucap Theo.

Shawty tertegun plus kaget. "What? Kak Justin baik? Ih, nggak banget deh! Idih, orang kayak gitu dibilang baik! Hello Theo, kamu lihat dong dia gimana kelakuannya?" bantah Shawty nggak terima Justin dibilang baik. Walaupun cuma di mulut doang.

Theo menggigit coklatnya. "Iya, dia baik. Tapi nggak tau deh sama kamu kok kayak gitu, kak Justin kayak alergi gitu kalau deket kamu," tambah Theo sekenanya.

GUBRAK

"A... alergi??" Shawty menaikkan alisnya sebelah sambil menggigit coklatnya dengan cepat. Dengan tatapan sinis plus sadis, ia langsung memakan habis coklatnya.

Christian menyikut Theo. "Ssstt... hati-hati kamu kalau ngomong, kena jurus entar," bisik Christian kepada Theo.

Theo cekikikan. "Justru itu, biar dia tau kalau kak Justin emang alergi. Iya kan? Coba kamu lihat kalau mereka lagi bareng? Ckckck kayak kucing dan tikus," jawab Theo juga sambil berbisik.

Shawty menatap Theo dan Christian secara bergantian. "Kalian ngomongin apaan?"

"Enggak ngomongin apa-apa," jawab Theo dan Christian kompak.

***

Shay berjalan ke arah Justin, Caitlin, Chaz, dan Ryan. "Silahkan coklatnya," tawar Shay.

Tanpa pikir panjang, Chaz dan Ryan langsung menyerbu coklat yang ditawarkan Shay.

"Enak!" Chaz berseru sambil mengambil satu lagi coklatnya.

Ryan melahap habis coklatnya. "Ini coklatnya enak banget, Shay!"

Shay cekikikan mendengar komentar Ryan dan Chaz. "Justin... Caitlin... Coba juga dong coklatnya!"

Caitlin mengambil satu coklat dan memakannya sambil tersenyum. "Hehe, asli enak banget," komentar Caitlin setelah memakan habis satu coklat.

"Hah? Mana mana mana? Aku minta dong!" serbu Justin lalu mengambil coklat yang masih tersisa.

Justin memakannya hingga habis dalam tiga gigitan dan tersenyum senang. "Enak banget, aku mau lagi!" seru Justin sambil mengambil lagi coklatnya. "Kamu beli atau bikin?"

"Aku beli, di Swiftieber Chocolate, tempatnya SHAWTY!" jelas Shay sambil menekankan pada kata Shawty.

Coklat Justin yang baru setengah perjalanan ditelan membuat Justin tersedak. "Uhuk uhuk, air air!" Justin panik sambil batuk-batuk.

Caitlin langsung mengambilkan air yang kebetulan ada di sebelahnya. "Nih, air!" Caitlin buru-buru memberikan minuman kepada Justin.

Shay ketawa cekikikan. "Uppss.. nggak nyangka kamu sampai segitunya," ucap Shay sambil nyengir.

Justin menatap Shay dengan sedikit jengkel. "Bilang dong kalau itu dari tokonya, Shawty! Pantes aja coklatnya nggak enak, hiii!!!"

Ryan menyikut lengan Justin. "Tadi katanya enak?" goda Ryan.

"Nggak nggak, tadi aku salah ngomong!" jawab Justin sambil membersihkan mulutnya.

"Nggak enak apa nggak nggak enak nih?" Chaz ikut-ikutan menggoda Justin.

Justin mengangkat jari tengah dan telunjuknya. "Suer deh nggak enak!"

"Enak banget, aku mau lagi!" ujar Caitlin meniru gaya bicara Justin sambil cekikikan.

"Caitlin!" Justin manyun. "Aku kan tadi cuma ngomong kalau itu enak, tapi gara-gara tau ini coklatnya tuh anak ingusan! Jadi nggak enak!"

"Ya udah deh, nyerah. Udah nggak ada yang mau makan coklatnya kan? Aku balikin ke dalam ya?" Shay beranjak ke dalam untuk menaruh coklatnya.

Shay, mau lagi dong coklatnya, ucap Justin melas dalam hati. Siapa yang bisa nolak coklat putih enak buatan Shawty Swift dan Taylor Swift? Toko coklat Shawtieber udah terkenal dengan coklat putihnya yang nggak nahan di sekitar situ.

"Aku pergi ambil minuman dulu di sana ya?" ucap Justin sambil menunjuk pinggir kolam.

Ryan mengangguk dan membiarkan Justin pergi. Justin berjalan ke arah kolam renang tempat dimana Shawty, Theo, dan Christian sedang ngobrol. Tapi tak lama kemudian, Theo dan Christian ada keperluan karena bertemu dengan teman mereka.

Kebetulan minuman ada tepat di sebelah Shawty. Justin melihat Shawty ada di dekat tempat minuman. Dengan sangat-sangat-harus-terpaksa-sekali Justin melangkah mendekatinya untuk mengambil minuman.

"Kak Justin, mau ambil minum?" tanya Shawty waktu melihat Justin berjalan ke arah Shawty.

Justin mengangguk pelan.

"Mau yang apa kak? Sprite kan?" tebak Shawty sambil mengambilkan segelas sprite.

Justin terdiam. Anak ini tau aku suka sprite? tanya Justin dalam hati.

"Ini kak," ucap Shawty sambil memberikan segelas sprite kepada Justin. Justin menerimanya dengan hati-hati.

"Thanks," ucap Justin singkat.

"Kakak bilang apa?"

Justin mengernyitkan dahinya. "Thanks?"

Shawty memalingkan mukanya yang merah merona. "Ya Tuhan, mimpi apa gue semalem? Sekarang kak Justin bilang makasih sama aku," ucapnya lirih sampai sujud syukur di atas rumput. *halah mulai deh lebe-nya :P

"Ini anak kenapa sih? Lucu tapi... kayak nggak waras sampai sujud kayak gitu," ucap Justin lirih sambil meneguk minumannya.

Shawty berdiri lagi dan menoleh ke arah Justin sambil nyengir.

"Mau duduk di situ?" tawar Justin sambil menaruh gelasnya.

"I... iya."

Shawty duduk di sebelah Justin. Mereka berdua cuma diem selama lima menit, tanpa suara.

"Ehm..." Justin angkat bicara. "Kamu...."

"Iya kak? Kamu apa?"

#imagining

Justin : Kamu... kamu mau jadi pacarku?

Shawty : Hah? Pacar kak? *berharap nggak salah denger

Justin : (mengangguk) Iya, mau kan, cantik?

Shawty : (ngangguk-ngangguk) Mau kak, mau kak *nangis emas

Justin : Kalau gitu, kita jadian! Tapi kamu nyebur dulu ke kolam renang!

Shawty : Iya kak, aku mau kita jadian! Aku bakal nyemplung ke kolam renang. 1... 2... 3... BYURRR (nyebur) Kak, help, aku nggak bisa renang!!! -,-

#back to story

Shawty geleng-geleng kepala. "Kakak nggak bakal minta aku nyebur ke kolam renang kan?" tanya Shawty keceplosan. Dia langsung membungkam mulutnya.

Justin mengernyitkan dahi. "Nyebur ke kolam renang apaan?"

Shawty menepuk dahinya sendiri. "Nggak kak, cuma kelepasan aja."

Justin manggut-manggut sambil tersenyum aneh.

"Tadi kakak mau tanya apa ya?" tanya Shawty harap-harap cemas.

"Oh iya, kamu... kamu punya toko coklat?"

GUBRAK

Shawty cuma diem. Nggak nyangka kalau Justin cuma mau nanya kayak gitu. Shawty punya toko coklat? Itu jauh dari yang diharapkan Shawty!!

"Oh iya, aku punya kak. Namanya hampir kayak gabungan marga aku sama kakak lho. Swiftieber! Swift dan Bieber! haha," jawab Shawty sambil ketawa garing.

Justin garuk-garuk kepala. "Kok... kok bisa?"

"Iya bisa lah kak, aku juga nggak tau kenapa. Tapi kakak aku yang kasih nama itu."

Justin manggut-manggut lagi.

"Kapan-kapan aku mampir ya?"

"Kak?"

Justin terdiam lalu menoleh ke arah Shawty. "Jangan manggil aku kakak dong. Panggil aja aku Justin," ucap Justin tiba-tiba.

"Iya ka... eh Justin," jawab Shawty gelagapan.

"Nah, gitu lebih enak. Kelihatan lebih akrab."

Nah, Ya Tuhan. Makanan gue sehari-hari juga kebanyakan coklat! Tapi kok tiba-tiba Justin ngomong kayak gini? (?) nggak nyambung -.- makanan sama ngomong kayak gitu apa hubungannya?

Mereka berdua ngobrol-ngobrol lama. Theo dan Christian yang niatnya balik ke tempat Shawty, ngelihat mereka berdua akrab banget dan segera menjauh karena nggak mau ganggu. Jarang banget mereka berdua akur kayak gitu. Caitlin, Shay, Chaz, dan Ryan juga sampai geleng-geleng kepala ngelihat mereka berdua deket banget. Bahkan, mereka sama sekali nggak bisa dibilang sering berantem!

"Kak, eh Justin, tadi aku mau kasih kamu coklat. Tapi, tinggal satu. Ini tempatku, sisaku doang. Aku kira kamu nggak bakal mau makan," ucap Shawty melas.

Justin melihat coklat yang Shawty pegang dan menggigitnya perlahan. "Coklatnya enak, tadi aku sempat makan punya Shay. Dia bilang dia beli di kamu," ucap Justin setelah menggigit kecil coklat yang ada di tangan Shawty.

Shawty menyodorkan coklatnya lebih dekat ke Justin dan Justin menggigitnya lagi dengan lahap sampai hampir habis. Tinggal sekotak coklat kecil yang Shawty pegang. Kalau Justin makan? XD

Justin menunjuk coklat yang Shawty pegang. "Mau dimakan?"

Shawty menggeleng, nggak bisa berkata-kata lagi.

Justin mendekatkan mulutnya dan menggigit coklat terakhir itu dengan perlahan. Bibirnya mengenai jari Shawty. Karena saking bengongnya Shawty, Shawty nggak sadar kalau Justin sempat mencium jarinya. *naujubile ngayalnya...

Justin mengusap bibirnya dan membersihkan sisa coklat yang ada di mulut. "Makasih lagi ya, Shawty. Enak banget."

"Iya, sama-sama, Justin."

Shawty melihat jam tangannya dan teringat sesuatu...

#flash back

"Tapi, pulangnya jangan malem-malem. JAM SEMBILAN PALING MAKSIMAL!"

#back to story

Shawty tersentak kaget mengingat kata-kata Taylor. Dia harus pulang sebelum jam sembilan dan sekarang sudah jam sembilan kurang sepuluh menit.

"A... aku harus pulang!" ujar Shawty sambil beranjak berdiri. "Aku duluan," ucap Shawty sambil berlari meninggalkan Justin. Karena saking buru-burunya Shawty, dia nggak sadar kalau scarf ungu yang dipakainya jatuh. Justin yang melihat itu langsung memungutnya dan tersenyum kecil.

"You have to find it, tomorrow!"

***

Pagi itu Shawty datang ke sekolah lebih pagi dari biasanya. Dia kaget karena di atas mejanya ada sebuah surat. Shawty mendekat dan membacanya.

#letter

If you want your scarf back, find me! :)

-JB

Shawty tersenyum senang karena ternyata scarf miliknya ada di tempat orang dengan inisial JB. Menurut feeling Shawty, dia yakin 100% JB = Justin Bieber. Ia menaruh tasnya di bangku dan langsung lari menuju kelas Justin. Shawty berjalan cepat dan tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya. Shawty menoleh cepat.

"Ka..."

Jumat, 06 Mei 2011

Kyuhyun





















Nama lahir : Cho Kyuhyun
Tanggal Lahir : 2/3/88
Saudara : 1 kakak (Cho Ara)
Posisi : vokal utama
Sekolah : Kyunghee University (Major: Musik Post-modern)
Asal : Republik Korea
Genre : K-pop, Mandopop, R & B
Pekerjaan : Penyanyi, penari
Instrumen : Menyanyi, piano
Tinggi : 180cm (5'11)
Agama : Kristen
Golongan darah : A
Nickname : Choding, maknae (bungsu) Pada Top, Micky's # 1 Fan, Tuhan Kyu, kesal Kyu, Porno Kyu, Fit-In Kyu, Chic Kyu, Alien, Yesus Kyu, Dorm Kyu, Sexy Kyu, Baby Kyu, Shy Kyu, ELF Kyu, Kyu Hijau, Kyu Teror, Kyu Smile Rotten, Kyu Guinness, Kyu suara, Kyu Dark, Kyu Model, Kyu Miracle, Kyu Doll, S Kyu Line, Kyu Basic Instinct, Kyu Game, Kyurying Fan, Kyu Drama, dll ( itu dikabarkan bahwa ia telah lebih dari 900 nama panggilan)
Ideal Girl : Pretty, lebih disukai Kristen; Kim Taehee
Cyworld blog: www.cyworld.com / sneezes

Kepala Sekolah Yang Baru? Mmmmm.....

Oke, mungkin ini agak frontal ya. Tapi ini pendapatku kok, tentang kepala SMPN 8 baru yang tercinta -,- #huek
Pak Kepala Sekolah Baru ------ (sensor). singkatnya Pak H, punya banyak banget peraturan, sebanyak tambahan gelar di belakang namanya -.- eh lebih banyak sih ._.

1. Sekarang, setiap pagi yang non-islam ada peningkatan iman atau apalah gitu ._. Dan yang islam pasti tadarusan. Kalau peraturan yang ini sih bagus, nggak berani bantah. Itung-itung nambah amal O:)

2. Sebelum masuk sekolah, pasti ada banyak guru yang jejer-jejer minta disalamin. Biasanya aku lewat pintu samping biar nggak ketemu guru trus biar nggak ketahuan nggak pake dasi atau semacamnya :pV sekarang pintu samping deket pohon mangga udah ditutup. Karepe opo jal? Biar semuanya salim mungkin -__-

3. Nggak boleh jajan di mbak siapa ya namanya? -,- mbak ami, amik, atau siapalah yang di pager tengah. Katanya nggak higenis, bikin sakit lah. Bilang aja harus jajan di koperasi sekolah biar dapet untung -___-

4. Paling parah, NGGAK ADA PROM ANGKATAN! What the.... -,- hell. Mr. Harno, did you never feel being a teenager? :B remaja butuh hiburan pak -,- sabar aja yah.

Yah, itulah sebagian kecil peraturan baru dari pak H. H bla bla bla ._.V Nggak ada yang berani demo, nolak, bantah. Jadi, anak SMPN 8 Yogyakarta cuma bisa pasrah dan ngelus dada aja yah u,u

Kepala Sekolah Yang Baru'

Galau..... Lagi

Hai saudara-saudara! :D
Cuma pengen ngepost, menuhin blog, dan seperti biasa, mencurahkan sebagian perasaan galauku agar lebih tenang #bahasaku (⌣́_⌣̀)
Taulah ya, yang namanya cowok emang susah untuk ngertiin cewek. Jaranglah yang bisa. Dan mungkin 'dia' termasuk salah satunya. Dulu aja sebelum dia (kayaknya) tau aku suka dia, dia ngasih repon positive bahkan dia bikin aku nge-fly. Seolah-olah dia juga punya rasa ke aku. Tapi tiba-tiba, karena suatu kejadian yang nggak diharepin ._. Dia jauhin aku. Kelakuannya 100% beda kayak biasanya. Dan waktu aku sms, jleb banget dibales pake bahasa yang formal seolah-olah aku sama dia nggak kenal :B
Nyesek banget kan rasanya kalau digituin. Salah ya kalau aku suka sama dia? Sikapnya beda banget sama sebelumnya. Nunjukin rasa nggak sukanya dia kalau aku suka dia. Dia bener-bener beda :( kayak aku cewek paling jelek di matanya sekarang. Jelek di luar, jelek di dalem -,-
Aku sadar kok aku emang nggak secantik mantan-mantannya yang "katanya" cantik-cantik banget + eksis. Aku nggak eksis, nggak cantik -_- tapi seenggaknya aku bukan monster yang perlu ditakutin kayak gitu. Jleb banget rasanya ngelihat perubahan sikap dia ke aku. Jadi dingin banget :B sumpah aku nggak bisa nahan. Pengen banget ngomong ke dia. Tapi setiap aku nengok ke dia, yang ada aku dikasih tatapan nggak enak. Aku jadi serba salah -___-
Intinya, aku galau (⌣́_⌣̀) dan cuma sms dari dia yang bisa bikin tenang. sekian.

HANDS UP

"put your hands up" itulah pengawal hariku hari ini dengan @ichiack dan @putrioktv
padahal hands up itu lagu 2PM #njukngopo
sekian :D cuma mau menuhin blog :)

Hopeless

Kayaknya nggak ada harapan. titik. sekian

November

NOVEMBER!!! :D
di bulan November ini kebetulan ada tanggal yang spesial. Kemarin. 11/11/11 :)) Sayangnya nggak ada yang bener-bener spesial di tanggal yang spesial itu. Tapi berhubung hari spesial, siapa tau Tuhan mau dengerin do'aku dan mengabulkannya. Do'aku di tahun ini. Semoga aku nggak galau lagi. Bener-bener dapet harapan dari orang yang aku sayang :3 fyi, aku udah move on lho. PENTING! :)) Nilai-nilai ujian semoga bagus-bagus, aku bisa ke Korea, bisa ngomong korea, ketemu SuJu, SNSD, SHINee O:) amiiin :)

Bieber Chocoloe #4

"Itu punya Shawty kan?" tebak Jordan. "Kok tadi kakak cium-cium gitu sih?" tanya Jordan semakin memojokkan. "Kakak keingetan Shawty kan?"

DEG

Justin terdiam cukup lama. "A... aku... aku nggak cium ini kok! Tadi tuh, mejaku bau banget, waktu aku cek, ternyata scarf Shawty yang bau!! Aku keingetan Shawty, tapi keingetan nakalnya dia, cocok nih, kalau scarfnya bau, orangnya yang punya nakal!" jawab Justin gelagapan sambil mengelus dada perlahan karena lega bisa jawab. Walaupun keringat panas-dingin nggak karuan.

Jordan manggut-manggut percaya. Setahu Jordan juga, yang namanya Justin itu nggak pernah suka sama Shawty. Kalau Justin suka sama Shawty?? Duerr... Perang dunia ketiga bakal meledak. Gitu-gitu, banyak banget yang suka Shawty, apalagi yang ngejar-ngejar Justin? Beuh, bejibun! Pasti pada saling jeles gaje gitu deh...

"Kamu kok belum pulang?" tanya Justin berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Ehm, belum. Tapi aku baru mau pulang," jawab Jordan santai. "Ya udah kak, aku pulang dulu ya?"

Justin menghela napas panjang sambil mengelus-elus dada. "Untung deh dia nggak curiga."

"Sssstttt... Kakak!"

Justin berdiri dan menengok dari jendela ke arah koridor. Justin celingukan mencari asal suara. "Suara si anak ingusan nih. Mana sih tu anak?"

Shawty yang ada di bawah jendela langsung berdiri dan memukul kepala Justin dengan pelan.

"Aww!! Sakit!" teriak Justin kesakitan.

"Kakak cemen! Masa aku pukul pelan gitu sakit. Nggak gentle, nggak keren!" ejek Shawty sambil melet.

Justin mengacak rambut Shawty dengan gemas. "Hih, ini anak sukanya cari masalah aja!" Justin kembali duduk di bangkunya. Shawty berlari masuk ke kelas Justin dan duduk di sebelah Justin. "Belum pulang?"

"Kan kakak yang bilang kalau kakak nunggu aku di sini."

"Siapa yang bilang?" Justin memainkan scarf Shawty.

Shawty geleng-geleng sambil menarik scarfnya. "Pantesan, ini kakak ternyata pikun banget!"

Justin menepis tangan Shawty dan memasukkan scarfnya ke dalam tasnya. "Semakin kamu suka ngejekin aku, aku nggak akan ngembalikin scarf kamu!"

"Sampai aku tua juga kayaknya kakak nggak bakal ngembaliin scarf aku!"

Justin menoleh ke arah Shawty sambil tersenyum tipis. "Kamu kenapa sih selalu jutek sama aku?" tanya Justin tiba-tiba.

Shawty memalingkan muka seraya menarik napas lemas.
"Justru aku yang harusnya tanya. Kenapa kakak sebel banget sama aku. Apa aku terlalu berlebihan kalau ketemu kakak? Kakak beda kalau ke fans kakak yang lain."

Justin menunduk lemas sambil memainkan tangannya. "Sebenernya aku nggak ada maksud jelek bedain kamu kayak gitu," jelas Justin.

"Nggak ada maksud jelek? Berarti maksudnya bagus dong..." Shawty cekikikan.

Justin mengacak rambut Shawty lagi. "Dasar!" Justin beranjak dari tempat duduk dan berjalan ke luar kelas. Sementara Shawty cuma diem ngelihatin Justin yang sudah berdiri di ambang pintu. "Mau pulang nggak?"

Shawty nyengir kuda. "Hehe, iya mau."

Rumah Shawty dan rumah Justin satu arah, tapi lebih jauh Justin. Terpaksa Shawty dan Justin harus pulang bareng, karena gimanapun juga, jalan yang ditempuh sama. Mereka berdua pulang dengan jalan kaki.

"Kakak tumben nggak bawa sepeda atau mobil?"

Justin menendang kerikil yang ada di depannya. "Males aja, sekali-kali aku mau jalan kaki," jawab Justin sambil memasukkan tangannya ke dalam saku.

"Kakak pacaran sama kak Caity ya?"

Justin menoleh kaget ke arah Shawty dan tersenyum malas. "Enggak, she is my ex-gf."

"Aku kira kakak sekarang pacaran sama kak Caity..."

"Memangnya kenapa kalau misalnya aku pacaran sama Caity?"

Shawty tersenyum kecil. "Yaa... sebagai fans, aku ikut seneng aja. Tapi agak gimana gitu sih," jawabnya jujur.

"Cemburu?"

"Iya," uppsss... barusan aku bilang apa?? Iya? Iya cemburu?? WADAW, KECEPLOSAN!

Justin mengernyitkan dahinya. "Kamu suka sama aku ya??"

"Ya ampun GR!!!! Aku suka nge-fans! Jangan aneh-aneh, cuma nge-fans!!" bantah Shawty bohong.

"Oh..." Justin merangkul Shawty dan mengacak rambut Shawty. "Jangan ditanyain lagi yang tadi. Aku nggak suka kamu tanya tentang hubungan aku sama cewek-cewek!" ujar Justin memalingkan muka karena pipinya bersemu merah.

Shawty menengadah melihat Justin. "Iya kak, maaf."

Shawty sampai di rumahnya dan berpisah dengan Justin karena rumah Justin masih lebih jauh. Hari itu Swiftieber Chocolate sedang ramai pelanggan. Shawty langsung menaruh tasnya dan membantu Taylor melayani pelanggan.

Semua coklat akhirnya habis jam enam sore. Taylor menutup toko dan masuk ke dalam rumah disusul Shawty.


"Tadi, yang pulang sama kamu itu siapa?" tanya Taylor penasaran. "Pacar kamu ya?"

Shawty melotot kaget ke arah Taylor. "Bukanlah kak! Dia bukan pacar aku! Itu tadi kan Justin."

"Justin? Kok tumben kamu akur sama dia?"

"Kebetulan," jawab Shawty singkat sambil mencomot roti bakar kesukaannya. "Lagian rumah kita searah, mau nggak mau kesannya kita pulang bareng."

"Aku kira dia pacaran sama kamu," ucap Taylor sekenanya walaupun dia tau kalau itu nggak bener.

Shawty mencubit lengan Taylor sambil manyun. Taylor tertawa cekikikan melihat reaksi Shawty saat Taylor kira Justin itu pacar Shawty.

"Kakak, nggak lucu ah!"

Taylor merangkul Shawty dan mencubit pipinya. "Salahnya adikku ini tiba-tiba aneh. Kamu sakit ya tiba-tiba pulang sama Justin?"

"Emangnya kakak tau dari mana kalau aku biasanya nggak akur sama dia?"

Taylor memutar otak untuk mencari jawaban. "Jordan," jawabnya singkat.

Shawty menoleh ke arah Taylor sambil manyun.
"Kak, Jordan itu... menurut kakak gimana?"

"Gimana apanya?"

"Ya... sifatnya dia?" tanya Shawty ragu-ragu.

Taylor tersenyum jahil lalu menyikut lengan Shawty. "Kamu suka ya sama dia?"

Shawty melongo kaget. "Ya enggaklah! Kita itu cuma temen! Kakak denger? Temen!!"

Taylor ngangguk-ngangguk.
"Ya.. Dia baik kok, kalau aku sendiri sih suka sama sifatnya dia. Dia care banget sama kamu.
Kayaknya dia suka tuh sama kamu." Taylor mengerdipkan sebelah matanya.

"Ih.. kakak! Aku kan tapi nggak suka sama dia!" batah Shawty sambil menimpuki Taylor dengan bantal. "Dia nggak kayak..."

"Kayak siapa?"

Shawty nyengir kuda. "Ada deh!!" ujarnya sambil berlari ke lantai atas, menuju kamarnya.


***


Hari itu hari Minggu. Dan setiap hari Minggu, pastinya semua sekolah diliburkan. Pagi-pagi sekitar jam 5, Shawty janji menemani Taylor jogging di taman kota. Jarang-jarang nih Shawty jogging, makanya dia mau coba untuk jogging. Barangkali... ketemu sama Justin :P

np : karena hari itu juga libur, maka nggak dihitung. Jadi, hari itu Shawty nggak perlu ngasih coklat ke Justin.

"Aku udah siap, Kak!"

"Ya udah, ayo!"

Shawty dan Taylor naik sepeda untuk sampai ke taman kota yang jaraknya cukup jauh. Shawty nggak lupa untuk memasang headphone dan mendengarkan musik dengan volume keras seperti biasanya. Dan yang pasti, lagu yang didengerin adalah lagu yang tidak pernah membuat dunia ini bosan dan bunyi krik krik haha. Lagu Justin Bieber.

Mereka memarkir sepeda di tempat sepeda lain dan mulai jogging. Di tengah jogging, Shawty mengeluh capek dan duduk.

"Mau aku beliin es krim nggak, Kak?" tawar Shawty.

Taylor menoleh. "Hah, mau beliin aku es krim? Tumben nih baik."

"Ye... Ngejek banget. Biasanya juga aku baik!"

Taylor memberikan beberapa lembar uang kertas kepada Shawty. Shawty segera berlari menuju tukang es krim yang kebetulan letaknya lumayan jauh dari tempat semula mereka.

"Pak, es krim dua."

"Pak, es krim juga dua."

Si pak es krim menoleh ke arah suara di sebelah Shawty. "Maaf mas, es krimnya tinggal dua dan sudah dipesan mbaknya," ucap pak es krim sambil menunjuk Shawty.

Shawty bersiul pelan dan menoleh. Ia terbelalak kaget melihat Justin yang berdiri di depannya.

"Apa?" tanya Justin sedikit ketus.

Shawty melepas headphonenya perlahan sambil terpesona melihat penampilan Justin yang super keren. Dengan kaos polos warna putih, celana selutut warna merah, serta sepatu sneakers warna putih. Nggak lupa juga kacamata hitamnya.

"Ngapain lihat-lihat kayak gitu? Nggak pernah lihat orang ganteng kayak aku ya?"

"Sialan, pede banget sih pakai ngaku-ngaku orang ganteng! Nggak banget!" Shawty melet dan mengambil kedua es krim pesanannya. "Duluan!"

Shawty melangkah meninggalkan Justin. Tapi baru lima langkah, ia membalikkan badannya dan melihat Justin yang juga beranjak pergi.

"Tunggu! Jangan pergi dulu! Diam di situ, jangan kemana-mana!" perintah Shawty kepada Justin. Justin cuma ngangguk sambil masang earphone di telinganya.

Shawty segera berlari ke tempat Taylor menunggu. "Nih kak es krimnya! Aku pergi dulu, nanti kita ketemu di sini lagi. Ada temen aku!" Shawty berlari lagi sampai ngos-ngosan ke tempat Justin dan melihat Justin masih berdiri di tempatnya tadi.

"Nih kak! Kakak nggak dapet es krimnya kan? Makan tempatku aja."
Shawty menyodorkan es krimnya.

Justin mengernyitkan dahi. "Makan ini? Jangan-jangan bekas kamu lagi," ucap Justin asal.

Shawty manyun. "Ini belum aku apa-apain, kak."

Justin menatap Shawty dan menarik tangannya untuk duduk di salah satu bangku taman. Justin mengambil es krim dari tangan Shawty dan menjilatnya.

"Kamu nggak makan es krim?"

Shawty menggeleng. "Kan eskrimnya tinggal dua. Satunya untuk kak Taylor dan satunya ya untuk kakak," jelas Shawty polos.

Justin berhenti menjilat es krimnya dan menoleh ke arah Shawty perlahan.
"Jadi kamu nggak kebagian es krim?"

Shawty menggeleng sambil tersenyum lebar.

Justin celingukan mencari tukang es krim yang lainnya. Dan hasilnya... nihil. Nggak ada penjual es krim lain di situ.

"Udah, kakak tenang aja. Lagian aku juga nggak terlalu suka es krim kok. Aku bawa coklat."
Shawty mengeluarkan sebatang coklat dari saku celana 3/4 nya.

"Aku juga mau!" ujar Justin.

Shawty mengernyitkan dahinya. "Aku cuma bawa satu kak."

Justin menyodorkan es krimnya ke arah mulut Shawty. "Kamu nyobain es krim aku dan aku juga nyobain coklat kamu."

"Jorok!!"

"Ya gimana lagi? Aku pengen banget coklat kamu..."

Shawty terdiam untuk beberapa saat dan mendekatkan mulutnya ke eskrim yang masih dipegang Justin. Dengan perlahan, Shawty memakan es krim itu.
"Ini, kak," ucap Shawty sambil menyerahkan coklatnya.

Justin menggeleng. "Kamu yang megangin coklatnya, nanti aku gigit sedikit."

"A... aku suapin gitu? Ihh..."

Justin menjitak kepala Shawty pelan. "Tadi kamu makan es krim ini kan juga gitu!"

Shawty nyengir dan menyodorkan coklatnya. Justin menatap lekat mata Shawty sambil menggigit coklat itu sedikit.
"Enak," ucap Justin singkat sambil terus memandangi Shawty.

"Shawty!" teriak seseorang.

Justin mengangkat kepalanya. Shawty langsung menoleh kaget ke asal suara, Taylor.
"Kenapa kak?" tanya Shawty gelagapan.

Taylor tersenyum tipis melihat seseorang di sebelah Shawty, Justin. Lalu fokus ke pembicaraan. "Anak temen mama yang aku bilang udah dateng ke rumah. Kita harus pulang sekarang!"

Shawty beranjak dari bangku taman dan menoleh ke arah Justin yang bernyanyi kecil, seakan tadi nggak terjadi apa-apa. "Aku pulang dulu, kak."

Justin menoleh ke arah Shawty dan mengangguk pelan.

"Bye," ucap Shawty nggak rela pergi.

Justin memerhatikan Shawty. "Udah... pergi sana! Nanti tamunya kelamaan nunggu!"

Taylor langsung menarik Shawty untuk pergi ke parkiran sepeda dan bergegas pulang.


Sampai di rumah, Shawty melihat sesosok perempuan yang lebih tua darinya, tapi nggak lebih tua dari Taylor lagi celingukan di Swiftieber Chocolate. (kira-kira siapa ya?)

"Hey...," panggil Shawty pelan.

Cewek itu menoleh dan tersenyum lebar.

Shawty juga tersenyum lebar. "Kamu...."

"Iya aku," jawab cewek itu senang sambil berlari mendekati Shawty dan memeluknya. "Aku kangen banget sama kamu."

"Aku juga, kak. Aku kangen banget sama kakak."

Taylor tersenyum lebar dan menepuk pundak cewek yang dipeluk Shawty. "Hey..."

Cewek itu menoleh dan melepaskan pelukannya lalu memeluk Taylor. "Hey kak Taylor. Long time no see ya.."

Taylor tersenyum tipis. "Iya, I miss you so much."

"I miss you too," balasnya.

"Kangen-kangenannya dilanjutin nanti deh, sekarang kalian berdua masuk ke rumah. Biar Shawty tunjukin dimana kamar kamu," jelas Taylor sambil menunjuk Shawty.

Shawty menarik sebuah koper kecil dan merangkul cewek itu masuk ke dalam rumah.

***

"Iya... Enggak... Iya... Enggak... I.. iya aja deh!"
Justin mengambil segway-nya dan menuju rumah Shawty. Sore itu, tiba-tiba rasanya Justin pengen banget ngerasain coklat Swiftieber Chocolate. Alasan lain? Nggak tau deh apa? :P

Justin memarkir segway-nya dan berjalan ke dalam toko. Dilihatnya sesosok perempuan yang tidak asing. Justin melepas kacamatanya.

"Permisi, saya mau beli coklat," ujar Justin pelan.

Cewek itu menoleh dan tersenyum lebar ke arah Justin.
"Justin Bieber!"

"(.......)"

Bieber Chocolove #3

"Ka... kamu? Tumben pagi-pagi udah dateng?" tanya Shawty sambil mengelus dada karena ternyata dia adalah Christian.

"Iya, aku tadi lihat kamu udah mulai siap-siap dari jendela. Jadi, aku langsung cepet deh mandinya."

Rumah Shawty dan rumah Jordan itu bersebelahan. Bahkan, kamar Shawty dan kamar Chris bisa saling melihat. Kamar mereka sama-sama di lantai dua dan ada jendela yang bisa menghubungkan mereka, kayak di video clip Taylor Swift - You Belong With Me.

"Mau kemana?"

"Mau ke kelas Justin, ada keperluan."

Chris mengernyitkan dahinya. "Sejak kapan kamu manggil kak Justin, Justin? Nggak pakai kak? Dan sejak kapan kalian berdua nggak marahan kayak biasanya?" tanya Chris penasaran.

"Semuanya bisa dijawab dengan dua kata," jawab Shawty sambil nyengir. "Tadi malam."

Christian mebulatkan mulutnya. "Trus ada keperluan apa?" tanya Chris masih penasaran.

"Ada aja! Duluan ya?" Shawty berlari meninggalkan Chris yang terpaku melihat Shawty meninggalkannya.

Shawty ngintip dari jendela kelas Justin. Nggak ada satu orangpun di sana, hanya ada tas Justin, tapi Justin nggak ada di situ. Dia akhirnya berani masuk dan duduk di bangku Justin.

"Justin kemana sih?"

"Nyari aku ya?" tebak Justin yang tiba-tiba masuk ke dalam kelas.

Shawty gelagapan karena tiba-tiba ada Justin di situ. Justin mendekat ke arah Shawty dan mengelurkan scarf milik Shawty.

"I... itu punyaku kak, makasih!" ujar Shawty sambil berusaha mengambil scarfnya.

Justin menarik kembali scarf milik Shawty dan menyembunyikannya.

"Hey, itu punyaku, Justin!"

Justin geleng-geleng. "No no no, ada syaratnya!"

"A... apa? Apa aja deh buat kakak, eh maksudnya Justin, eh maksudnya buat scarf itu!"

"Bener?" tanya Justin kurang percaya.

Shawty mengangguk yakin. "Iya," jawabnya lirih.

Justin mendekatkan wajahnya dan berbisik, "Coklat putih di mejaku setiap hari selama satu minggu. Coklatnya harus kamu yang buat dan buatnya pagi hari."

"Hah? Serius?" Shawty terbelalak kaget. "Nggak nggak nggak, ambil aja scarfku!" ujar Shawty asal.

Justin berjalan ke luar kelas perlahan.

"Tunggu! Jangan ambil scarf-nya, itu pemberian mama aku!" teriak Shawty melas.

Justin menghentikan langkahnya dan berbalik ke arahmu. "Oke, mulai besok buatin aku coklat dan jangan lupa taruh di meja aku setiap pagi," ucap Justin dengan nada mengejek.

"Cih... Aku juga terpaksa!"

Shawty keluar dari kelas Justin. Shawty melihat Chaz, Caitlin, Shay, dan Ryan sedang menuju ke arah Shawty. Dengan wajah datar, Shawty berlalu tanpa menyapa mereka seperti biasanya.

Caitlin, Chaz, Ryan, dan Shay memasuki kelas mereka dan melihat Justin sudah duduk di atas mejanya. Ryan menaruh tasnya dan menghampiri Justin dengan satu tebakan. "Barusan ketemu Shawty ya?" Justin hanya menjawab dengan satu anggukan.

"Ngapain?" tanya Ryan lebih lanjut.

Justin menunjukkan scarf Shawty sambil tersenyum tipis. "Scarf dia ada di aku. Dan dia tadi mau ngambil scarf ini," jelas Justin.

"Tapi kok scarfnya masih di kamu?"

"Ada syaratnya, Ryan. Nggak segampang itu ngambil dari aku! Dia harus kasih coklat setiap pagi di mejaku!"

Ryan menepuk punggung Justin pelan. "Gila ya kamu! Ini cuma masalah scarf, tapi kamu malah manfaatin scarf ini untuk dapetin coklat?" Ryan geleng-geleng dan kembali ke tempat duduknya, di sebelah Justin.

"Kenapa? Kamu suka sama anak ingusan itu ya? Makanya kamu dukung dia?"

Ryan memilih diam dan mengalihkan pembicaraan agar nantinya nggak akan berujung dengan marah.

***

Shawty duduk di bangku kelasnya dengan wajah ditekuk dan dagu ditopang. Chris yang baru saja datang langsung berjalan sambil tersenyum lebar ke arah Shawty dan menaruh tasnya disebelah Shawty.

"Hey," sapa Christian sambil tersenyum.

Shawty menoleh lemas ke arah Christian. "Hey"

Christian memegang dagu Shawty dan mengarahkan wajah Shawty ke wajahnya. "Mukanya jangan ditekuk gitu dong!"

Shawty menghela napas panjang dan menepis tangan Chris yang memegangi dagunya. "Gimana nggak ditekuk kalau pagi-pagi udah dapet kabar nggak enak?"

"Kabar apa sih?"

"Kamu inget kan scarf yang semalem aku pakai?"

Christian ngangguk-ngangguk.

"Scarf itu jatuh waktu aku mau pulang karena buru-buru. Dan nggak taunya, scarf itu ada di kak Justin," jelas Shawty.

Christian mengernyitkan dahinya sambil mengangkat bahu. "Harusnya kamu seneng dong. Kan ada di kak Justin."

Shawty mengangkat dahu. "Gimana mau seneng kalau aku harus ngasih sekotak coklat buatan aku setiap pagi di meja kak Justin? Itu namanya pengeretan! Bisa bangkrut tuh toko aku kalau dia dapet gratisan seminggu!" ujar Shawty marah-marah.

Christian mengelus-elus punggung Shawty sambil tersenyum tipis.

"Udah, jalanin aja. Itu scarf dari mama kamu kan?" tebak Christian.

"Iya," jawab Shawty singkat.

Christian menggenggam tangan Shawty dengan erat. "Kamu suka ya sama kak Justin?"

Shawty mengernyitkan dahinya. "Eng... enggak. Kamu ngapain tanya kayak gitu?"

Christian menghela napas panjang. "Berarti masih ada tempat buat aku?

"Maksudnya?"

"Aku suka kamu Shawty, aku cinta sama kamu. Kamu mau kan jadi pacar aku?"

DEG

Shawty terdiam.

"Kamu nggak harus jawab sekarang."

Shawty ngangguk-ngangguk. "Makasih ya, Chris?"

Christian mengangguk. Shawty menyandarkan kepalanya di pundak Chris perlahan.

Ternyata dari balik pintu kelas, Jordan merhatiin Shawty dan Chris. Jordan sebenarnya pengen banget ke sana dan mukul Chris karena dia cemburu banget Shawty berduaan sama Chris. Tapi akhirnya Jordan masuk juga ke kelas dengan tampang datar.

"Ehmm..." Jordan berdehem kencang.

Shawty menoleh ke arah Jordan dan mengangkat kepalanya dari pundak Christian. Jordan berjalan ke arah Shawty dan memindah tasnya di bangku depan Shawty.

"Kalian ngapain sih berduaan di kelas? Nanti ada yang lihat, kalian disangka pacaran lho."

"Shawty itu lagi sedih, dia butuh temen buat cerita. Kamu kok mikirnya kayak gitu sih? Lagian, kalau ada yang ngira aku sama Shawty pacaran, bagus kan?" balas Christian santai.

Jordan melirik Shawty yang hanya terdiam. "Oh, jadi kalian pacaran? Atau... kamu masih suka ya sama Shawty?" tebak Jordan.

"Kalian itu ngapain sih?" Shawty yang kebingungan berusaha mencairkan suasana.

Christian mendekap Shawty dengan paksa. "Aku memang masih suka sama Shawty!" bentak Chris.

Jordan menaikkan sebelah matanya. "Bagus deh, aku ada saingannya," jawab Jordan santai.

"Maksudnya? Kamu juga suka Shawty?"

Shawty semakin dibuat bingung karena mereka justru saling membentak. "Ih, udah deh kalian tu ngapain sih? Kayak anak kecil tau nggak!" Shawty melepas pelukan Chris dan beranjak dari tempat duduknya, lalu pergi meninggalkan Jordan dan Christian.

Christian menarik baju Jordan sambil menatapnya sinis. "Kamu kalau suka sama Shawty bilang aja! Nggak usah kayak gitu! Aku nggak suka caramu!"

Jordan menyeringai dan menepis tangan Christian dengan kasar. "Terserah! Mulai hari ini, kita saingan!" Jordan beranjak dan pergi keluar kelas menyusul Shawty.

"Shawty, tunggu!"

Shawty mempercepat jalannya, tapi Jordan berlari dan menahan tangan Shawty. "Kamu marah sama aku?" tanya Jordan ragu-ragu.

Tanpa menoleh, Shawty menjawab dengan ketus, "Aku nggak marah kok!"

"Bohong!"

"Aku nggak marah tau!" Shawty membentak Jordan. Jordan melepaskan tangan Shawty dan membiarkannya pergi menjauh. Baru beberapa langkah Shawty berjalan, bel berbunyi. Ia membalikkan badannya dan melihat Jordan masih berdiri di tempatnya tadi. Shawty tersenyum tipis dan menarik Jordan untuk kembali ke kelas.

***

-- first day --

BANGUN JAM 4 PAGI SEMINGGU, BUAT COKLAT UNTUK JUSTIN ........

Shawty mendengus kesal memerhatikan tulisan yang ada di depannya dan menambahkan satu kata pada akhir kalimat.

"Jadi lebih semangat."

BANGUN JAM 4 PAGI SEMINGGU, BUAT COKLAT UNTUK JUSTIN CAKEP

Shawty ketawa cekikikan dan mengeluarkan selembar foto lalu menempelkannya di dekat tulisan.

"Kak Justin sebenarnya cakep, tapi kakak jahat sih! Aku juga nggak tau gimana perasaan aku ke Chris. Aku bingung!" Shawty masang tampang melas lalu tersenyum kecil dan mencium pipi Justin yang ada dalam foto. "I LOVE YOU KAK," ucap Shawty sebelum tertidur lelap.

BANGUN BANGUN BANGUN OOOOHH

[BABY BABY BABY OOOHH] *gokil nih bunyi alarm-nya :P

Shawty mematikan alarm sambil mengucek mata lalu berjalan gontai keluar kamar. "Kak Taylor belum bangun." Shawty buru-buru pergi menuju dapur dan mengambil beberapa bahan untuk membuat coklat putih pesanan Justin.

"Nyusahin aja sih tuh kakak!" ujar Shawty marah-marah sambil mencampurkan adonan.

Shawty celingukan melihat bahan-bahan yang ada dan tertawa kecil saat melihat sesuatu, cabe bubuk.

"Mampus tuh kak Justin makan coklat ini!" ujarnya sambil menaburkan cabe bubuk ke adonan coklat kak Justin. "Tapi... kasihan juga kak cakep. Nanti kalau kepedesan gimana?" Shawty mikir-mikir. "Ah, biarin! Salahnya jahat sama aku!" Shawty menambahkan cabe bubuk lebih banyak lagi.

Akhirnya, coklat buatan Shawty selesai. Coklat putih bulat yang dia buat dimasukkan ke dalam kotak kecil. "Selesai!"

Shawty buru-buru mandi dan berangkat ke sekolah. Tanpa menaruh tas dulu di kelas, ia berlari ke kelas Justin dan menaruh kotak coklat di lacinya.

"Kak Justin, dimakan ya coklat pedasnya!" ujar Shawty sambil cekikikan dan menekankan pada kata pedas.

Shawty keluar dari kelas Justin dan nggak sengaja berpapasan dengan Justin.

"Kak, udah aku taruh tuh coklatnya, di laci," ucap Shawty sok manis sambil menahan tawa.

Justin mengangguk dan melangkah masuk ke dalam kelasnya.

"Yess!!"

"Eits!" Justin membalikkan badannya dan memanggil Shawty.

"Kenapa?"

"Kamu... kok manggil aku kakak? Bukan Justin?" tanya Justin.

Shawty cuma nyengir kuda. "Nggakpapa lah, kak. Kamu kan kakak kelasku, nggak enak sama yang lain."

"Ya udah sana, balik ke kelas," ucap Justin datar.

Shawty manyun. "Aku memang mau pergi kok! Nggak usah disuruh!" Shawty menghentakkan kaki dan pergi meninggalkan Justin dengan langkah tegas dan marah-marah.

"Cewek yang lucu," komentar Justin sambil masuk ke dalam kelasnya.

Justin menaruh tas dan melihat sekotak coklat di dalam lacinya. Tanpa basa-basi, kotak coklat itu langsung dibukanya. Dua buah coklat putih bulat yang ada di dalamnya langsung dilahap.

Justin terdiam sejenak sambil mengunyah coklatnya.

"Pedes!!!!!" Justin mengecek tasnya, tapi ternyata dia lupa bawa minum. "Aku nggak bawa minum lagi!" Justin keluar kelas dan berlari ke kelasmu yang nggak jauh dari kelasnya.

Shawty lagi asyik ngobrol sama teman sekelasnya, Jessica. Shawty menoleh melihat Justin yang tiba-tiba masuk sambil cekikikan.

Justin melotot dan berlari kecil ke arah Shawty. Minuman yang ada di meja Shawty langsung disambarnya dan diminum.

"Eh, itu minumanku!"

Shawty menarik botol minumnya dengan kasar. Air minumnya sedikit tumpah ke baju Justin. Justin kaget dan menyemburkan air yang masih ada dalam mulutnya ke baju Shawty.

Shawty melirik perlahan ke bajunya. "Kak Justin!!" teriak Shawty histeris. "Baju aku basah kak! Jorok banget sih!"

"Aku juga basah nih! Kamu nggak lihat?"

Shawty langsung lari keluar dari kelas dan menuju ke kamar mandi. Justin masih terdiam di kelas.

"Yah, kak Justin nggak romantis. Kalau romantis, tuh kejar Shawty!" ujar Jessica.

Justin mengernyitkan dahi.

"Ngapain romantis? Aku nggak mau romantis-romantisan sama itu anak ingusan," jawab Justin santai sambil berjalan ke luar kelas.

Justin celingukan di koridor. Shawty yang baru keluar dari kamar mandi ngelihat Justin yang kayaknya lagi kebingungan dan menepuk pundaknya. Justin menoleh ke belakang dan tersenyum lebar melihat Shawty ada di depannya sekarang. Shawty justru bengong ngelihat Justin senyum-senyum ke arahnya.

"Kak, kakak ngelihatin siapa? Kok senyum gitu?" tanya Shawty sambil ngelihat ke belakang. Tapi di belakang nggak ada orang sama sekali.

Justin menggeleng. "Nggakpapa, bodoh!" Justin berbalik dan terdiam lalu menoleh lagi. "Nanti pulang sekolah, aku tunggu di kelas aku." Shawty mengangguk. "Oh iya, besok lagi cabe bubuknya jangan banyak-banyak."

"Kakak tau itu dikasih cabe bubuk?"

Justin tersenyu tipis. "Aku tau lah, nggak mungkin pedes kalau nggak ditambahin aneh-aneh."

Shawty melihat Justin yang berjalan ke kelasnya sampai bel berbunyi dan segera kembali ke kelas.

***

-- after school --

Justin memainkan scarf Shawty di atas mejanya. "Ini scarf mau aku apaan sekarang? Masa' aku simpen? Nggak banget!" Justin mengambil scarfmu dan menciumnya dengan perlahan lalu tersenyum kecil. "Wangi tuh anak nih, jadi keingetan dia terus!"

"Keingetan siapa kak?" tanya Jordan yang tiba-tiba nongol di jendela sebelah tempat duduk Justin.

Justin kaget lalu menaruh kembali scraf Shawty. "Keingetan.... keingetan..." Justin mikir-mikir mencari alasan yang tepat.

"Itu punya Shawty kan?" tebak Jordan. "Kok tadi kakak cium-cium gitu sih?" tanya Jordan semakin memojokkan. "Kakak keingetan Shawty kan?"

DEG

Justin terdiam cukup lama. "A... aku..."

Bieber Chocolove #2

Justin menyeringai. "Hah, nggak mungkin lah. Mana mungkin aku suka sama anak ingusan kayak dia. Aneh-aneh aja."

Shawty yang kaget sekaligus sedih denger Justin ngomong kayak gitu. Ia buru-buru menarik tangan Christian dan berjalan ke arah Justin. Lalu ia menggenggam tangan Christian.

"Christian, menurut kamu aku gimana?" tanya Shawty yang berniat bikin Justin cemburu.

Christian tersenyum tipis. "Kamu cantiiiiik banget. Dan malam ini kamu kelihatan lebih cantik dibanding bisanya, dengan kata lain.. kamu super cantik."

"Makasih banget ya, Chris," Shawty mengecup pipi kanan Chris dan melepas genggaman tangannya.

Christian senyum malu-malu kucing.

Chris, jangan kegeeran ya? Aku cuma cium kamu nggak brarti apa-apa lho. Jangan sampe deh, dia kira aku suka dia, ucap Shawty dalam hati.

Justin yang ngelihat kelakuan Chris dan Shawty tepat di depannya langsung nyikut lengan Caitlin. "Eh, ada anak kurang kerjaan di sini. Nggak berguna banget, kayaknya cuma mau buat cemburu. Tapi, nggak berhasil tuh. Ngapain aku cemburu," ucap Justin.

Shawty menoleh dan berjalan ke arah Justin.

"Kak! Jangan geer ya? Aku nggak mau buat cemburu kakak tuh!"

"Oh ya? Buktinya mana?" tanya Justin sambil menyeringai. "Nggak ada kan? Kamu aja yang ngiranya aku bakalan cemburu!"

Shawty semakin panas karena nggak nyangka kalau Justin bakalan ngomong kayak gitu. Christian berjalan ke arah Shawty dan menggenggam tangannya kanannya yang dikepalkan. Chris ngelepasin kepalan tangan Shawty dan berbisik, "Udah, nggak usah diladenin."

Caitlin yang ngelihat itu malah cekikikan.

"Kalian tu lucu deh! Plus aneh! Kayak gitu aja direbutin! Malah kayak orang pacaran yang lagi marahan tau nggak?" ujar Caitlin diselingi tawa.

Justin menoleh sambil menyipitkan matanya ke arah Caitlin. "Aku mau pergi aja deh dari sini. Ini orang aneh malah bikin marah terus!"

Justin beranjak dari tempat duduknya. Shawty langsung menahan tangan Justin tanpa dia sadari. Justin menoleh ke arah Shawty. Shawty takut-takut langsung ngelepasin tangan Justin dan membiarkannya pergi.

Shawty menarik Christian untuk berjalan ke arah Theo yang baru balik dari kamar mandi.

"Kalian tadi dari mana?" tanya Theo bingung melihat Shawty dan Christian barusan datang.

Christian menunjuk ke arah Caitlin. "Ngomong sama Caity, tadi juga ada kak Justin. Tapi dia udah pergi," jelas Christian.

Theo manggut-manggut.

Kamu inget kalau kamu bawa coklat batangan dari rumah. Kamu buka tas kamu dan ngeluarin tiga batang coklat putih.

"Taraa... aku bawa ini!" ujar Shawty senang sambil ngasih coklat ke Theo dan Christian. "Aku sengaja bawa ini, eh nggak taunya pas tiga deh hehe."

"Tadinya kan, kamu nggak tau kalau aku bakal dateng. Yang satunya mau kamu kasih siapa?" tanya Theo tiba-tiba.

"Ehm, bukan untuk siapa-siapa, cuma pas bawa tiga aja."

Christian menyikut lengan Shawty. "Bohong, buat kak Justin kan? Hayo ngaku...," goda Christian.

Shawty nyengir kuda. "Iya, tadinya untuk kak Justin. Cuma... kak Justin nakal sih, jadi untuk kalian berdua aja," jawabnya sambil cekikikan.

"Shawty... Shawty... Kak Justin itu sebenernya baik banget kok," ucap Theo.

Shawty tertegun plus kaget. "What? Kak Justin baik? Ih, nggak banget deh! Idih, orang kayak gitu dibilang baik! Hello Theo, kamu lihat dong dia gimana kelakuannya?" bantah Shawty nggak terima Justin dibilang baik. Walaupun cuma di mulut doang.

Theo menggigit coklatnya. "Iya, dia baik. Tapi nggak tau deh sama kamu kok kayak gitu, kak Justin kayak alergi gitu kalau deket kamu," tambah Theo sekenanya.

GUBRAK

"A... alergi??" Shawty menaikkan alisnya sebelah sambil menggigit coklatnya dengan cepat. Dengan tatapan sinis plus sadis, ia langsung memakan habis coklatnya.

Christian menyikut Theo. "Ssstt... hati-hati kamu kalau ngomong, kena jurus entar," bisik Christian kepada Theo.

Theo cekikikan. "Justru itu, biar dia tau kalau kak Justin emang alergi. Iya kan? Coba kamu lihat kalau mereka lagi bareng? Ckckck kayak kucing dan tikus," jawab Theo juga sambil berbisik.

Shawty menatap Theo dan Christian secara bergantian. "Kalian ngomongin apaan?"

"Enggak ngomongin apa-apa," jawab Theo dan Christian kompak.

***

Shay berjalan ke arah Justin, Caitlin, Chaz, dan Ryan. "Silahkan coklatnya," tawar Shay.

Tanpa pikir panjang, Chaz dan Ryan langsung menyerbu coklat yang ditawarkan Shay.

"Enak!" Chaz berseru sambil mengambil satu lagi coklatnya.

Ryan melahap habis coklatnya. "Ini coklatnya enak banget, Shay!"

Shay cekikikan mendengar komentar Ryan dan Chaz. "Justin... Caitlin... Coba juga dong coklatnya!"

Caitlin mengambil satu coklat dan memakannya sambil tersenyum. "Hehe, asli enak banget," komentar Caitlin setelah memakan habis satu coklat.

"Hah? Mana mana mana? Aku minta dong!" serbu Justin lalu mengambil coklat yang masih tersisa.

Justin memakannya hingga habis dalam tiga gigitan dan tersenyum senang. "Enak banget, aku mau lagi!" seru Justin sambil mengambil lagi coklatnya. "Kamu beli atau bikin?"

"Aku beli, di Swiftieber Chocolate, tempatnya SHAWTY!" jelas Shay sambil menekankan pada kata Shawty.

Coklat Justin yang baru setengah perjalanan ditelan membuat Justin tersedak. "Uhuk uhuk, air air!" Justin panik sambil batuk-batuk.

Caitlin langsung mengambilkan air yang kebetulan ada di sebelahnya. "Nih, air!" Caitlin buru-buru memberikan minuman kepada Justin.

Shay ketawa cekikikan. "Uppss.. nggak nyangka kamu sampai segitunya," ucap Shay sambil nyengir.

Justin menatap Shay dengan sedikit jengkel. "Bilang dong kalau itu dari tokonya, Shawty! Pantes aja coklatnya nggak enak, hiii!!!"

Ryan menyikut lengan Justin. "Tadi katanya enak?" goda Ryan.

"Nggak nggak, tadi aku salah ngomong!" jawab Justin sambil membersihkan mulutnya.

"Nggak enak apa nggak nggak enak nih?" Chaz ikut-ikutan menggoda Justin.

Justin mengangkat jari tengah dan telunjuknya. "Suer deh nggak enak!"

"Enak banget, aku mau lagi!" ujar Caitlin meniru gaya bicara Justin sambil cekikikan.

"Caitlin!" Justin manyun. "Aku kan tadi cuma ngomong kalau itu enak, tapi gara-gara tau ini coklatnya tuh anak ingusan! Jadi nggak enak!"

"Ya udah deh, nyerah. Udah nggak ada yang mau makan coklatnya kan? Aku balikin ke dalam ya?" Shay beranjak ke dalam untuk menaruh coklatnya.

Shay, mau lagi dong coklatnya, ucap Justin melas dalam hati. Siapa yang bisa nolak coklat putih enak buatan Shawty Swift dan Taylor Swift? Toko coklat Shawtieber udah terkenal dengan coklat putihnya yang nggak nahan di sekitar situ.

"Aku pergi ambil minuman dulu di sana ya?" ucap Justin sambil menunjuk pinggir kolam.

Ryan mengangguk dan membiarkan Justin pergi. Justin berjalan ke arah kolam renang tempat dimana Shawty, Theo, dan Christian sedang ngobrol. Tapi tak lama kemudian, Theo dan Christian ada keperluan karena bertemu dengan teman mereka.

Kebetulan minuman ada tepat di sebelah Shawty. Justin melihat Shawty ada di dekat tempat minuman. Dengan sangat-sangat-harus-terpaksa-sekali Justin melangkah mendekatinya untuk mengambil minuman.

"Kak Justin, mau ambil minum?" tanya Shawty waktu melihat Justin berjalan ke arah Shawty.

Justin mengangguk pelan.

"Mau yang apa kak? Sprite kan?" tebak Shawty sambil mengambilkan segelas sprite.

Justin terdiam. Anak ini tau aku suka sprite? tanya Justin dalam hati.

"Ini kak," ucap Shawty sambil memberikan segelas sprite kepada Justin. Justin menerimanya dengan hati-hati.

"Thanks," ucap Justin singkat.

"Kakak bilang apa?"

Justin mengernyitkan dahinya. "Thanks?"

Shawty memalingkan mukanya yang merah merona. "Ya Tuhan, mimpi apa gue semalem? Sekarang kak Justin bilang makasih sama aku," ucapnya lirih sampai sujud syukur di atas rumput. *halah mulai deh lebe-nya :P

"Ini anak kenapa sih? Lucu tapi... kayak nggak waras sampai sujud kayak gitu," ucap Justin lirih sambil meneguk minumannya.

Shawty berdiri lagi dan menoleh ke arah Justin sambil nyengir.

"Mau duduk di situ?" tawar Justin sambil menaruh gelasnya.

"I... iya."

Shawty duduk di sebelah Justin. Mereka berdua cuma diem selama lima menit, tanpa suara.

"Ehm..." Justin angkat bicara. "Kamu...."

"Iya kak? Kamu apa?"

#imagining

Justin : Kamu... kamu mau jadi pacarku?

Shawty : Hah? Pacar kak? *berharap nggak salah denger

Justin : (mengangguk) Iya, mau kan, cantik?

Shawty : (ngangguk-ngangguk) Mau kak, mau kak *nangis emas

Justin : Kalau gitu, kita jadian! Tapi kamu nyebur dulu ke kolam renang!

Shawty : Iya kak, aku mau kita jadian! Aku bakal nyemplung ke kolam renang. 1... 2... 3... BYURRR (nyebur) Kak, help, aku nggak bisa renang!!! -,-

#back to story

Shawty geleng-geleng kepala. "Kakak nggak bakal minta aku nyebur ke kolam renang kan?" tanya Shawty keceplosan. Dia langsung membungkam mulutnya.

Justin mengernyitkan dahi. "Nyebur ke kolam renang apaan?"

Shawty menepuk dahinya sendiri. "Nggak kak, cuma kelepasan aja."

Justin manggut-manggut sambil tersenyum aneh.

"Tadi kakak mau tanya apa ya?" tanya Shawty harap-harap cemas.

"Oh iya, kamu... kamu punya toko coklat?"

GUBRAK

Shawty cuma diem. Nggak nyangka kalau Justin cuma mau nanya kayak gitu. Shawty punya toko coklat? Itu jauh dari yang diharapkan Shawty!!

"Oh iya, aku punya kak. Namanya hampir kayak gabungan marga aku sama kakak lho. Swiftieber! Swift dan Bieber! haha," jawab Shawty sambil ketawa garing.

Justin garuk-garuk kepala. "Kok... kok bisa?"

"Iya bisa lah kak, aku juga nggak tau kenapa. Tapi kakak aku yang kasih nama itu."

Justin manggut-manggut lagi.

"Kapan-kapan aku mampir ya?"

"Kak?"

Justin terdiam lalu menoleh ke arah Shawty. "Jangan manggil aku kakak dong. Panggil aja aku Justin," ucap Justin tiba-tiba.

"Iya ka... eh Justin," jawab Shawty gelagapan.

"Nah, gitu lebih enak. Kelihatan lebih akrab."

Nah, Ya Tuhan. Makanan gue sehari-hari juga kebanyakan coklat! Tapi kok tiba-tiba Justin ngomong kayak gini? (?) nggak nyambung -.- makanan sama ngomong kayak gitu apa hubungannya?

Mereka berdua ngobrol-ngobrol lama. Theo dan Christian yang niatnya balik ke tempat Shawty, ngelihat mereka berdua akrab banget dan segera menjauh karena nggak mau ganggu. Jarang banget mereka berdua akur kayak gitu. Caitlin, Shay, Chaz, dan Ryan juga sampai geleng-geleng kepala ngelihat mereka berdua deket banget. Bahkan, mereka sama sekali nggak bisa dibilang sering berantem!

"Kak, eh Justin, tadi aku mau kasih kamu coklat. Tapi, tinggal satu. Ini tempatku, sisaku doang. Aku kira kamu nggak bakal mau makan," ucap Shawty melas.

Justin melihat coklat yang Shawty pegang dan menggigitnya perlahan. "Coklatnya enak, tadi aku sempat makan punya Shay. Dia bilang dia beli di kamu," ucap Justin setelah menggigit kecil coklat yang ada di tangan Shawty.

Shawty menyodorkan coklatnya lebih dekat ke Justin dan Justin menggigitnya lagi dengan lahap sampai hampir habis. Tinggal sekotak coklat kecil yang Shawty pegang. Kalau Justin makan? XD

Justin menunjuk coklat yang Shawty pegang. "Mau dimakan?"

Shawty menggeleng, nggak bisa berkata-kata lagi.

Justin mendekatkan mulutnya dan menggigit coklat terakhir itu dengan perlahan. Bibirnya mengenai jari Shawty. Karena saking bengongnya Shawty, Shawty nggak sadar kalau Justin sempat mencium jarinya. *naujubile ngayalnya...

Justin mengusap bibirnya dan membersihkan sisa coklat yang ada di mulut. "Makasih lagi ya, Shawty. Enak banget."

"Iya, sama-sama, Justin."

Shawty melihat jam tangannya dan teringat sesuatu...

#flash back

"Tapi, pulangnya jangan malem-malem. JAM SEMBILAN PALING MAKSIMAL!"

#back to story

Shawty tersentak kaget mengingat kata-kata Taylor. Dia harus pulang sebelum jam sembilan dan sekarang sudah jam sembilan kurang sepuluh menit.

"A... aku harus pulang!" ujar Shawty sambil beranjak berdiri. "Aku duluan," ucap Shawty sambil berlari meninggalkan Justin. Karena saking buru-burunya Shawty, dia nggak sadar kalau scarf ungu yang dipakainya jatuh. Justin yang melihat itu langsung memungutnya dan tersenyum kecil.

"You have to find it, tomorrow!"

***

Pagi itu Shawty datang ke sekolah lebih pagi dari biasanya. Dia kaget karena di atas mejanya ada sebuah surat. Shawty mendekat dan membacanya.

#letter

If you want your scarf back, find me! :)

-JB

Shawty tersenyum senang karena ternyata scarf miliknya ada di tempat orang dengan inisial JB. Menurut feeling Shawty, dia yakin 100% JB = Justin Bieber. Ia menaruh tasnya di bangku dan langsung lari menuju kelas Justin. Shawty berjalan cepat dan tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya. Shawty menoleh cepat.

"Ka..."

Kyuhyun





















Nama lahir : Cho Kyuhyun
Tanggal Lahir : 2/3/88
Saudara : 1 kakak (Cho Ara)
Posisi : vokal utama
Sekolah : Kyunghee University (Major: Musik Post-modern)
Asal : Republik Korea
Genre : K-pop, Mandopop, R & B
Pekerjaan : Penyanyi, penari
Instrumen : Menyanyi, piano
Tinggi : 180cm (5'11)
Agama : Kristen
Golongan darah : A
Nickname : Choding, maknae (bungsu) Pada Top, Micky's # 1 Fan, Tuhan Kyu, kesal Kyu, Porno Kyu, Fit-In Kyu, Chic Kyu, Alien, Yesus Kyu, Dorm Kyu, Sexy Kyu, Baby Kyu, Shy Kyu, ELF Kyu, Kyu Hijau, Kyu Teror, Kyu Smile Rotten, Kyu Guinness, Kyu suara, Kyu Dark, Kyu Model, Kyu Miracle, Kyu Doll, S Kyu Line, Kyu Basic Instinct, Kyu Game, Kyurying Fan, Kyu Drama, dll ( itu dikabarkan bahwa ia telah lebih dari 900 nama panggilan)
Ideal Girl : Pretty, lebih disukai Kristen; Kim Taehee
Cyworld blog: www.cyworld.com / sneezes