Senin, 16 Mei 2011

Bieber Chocolove #3

"Ka... kamu? Tumben pagi-pagi udah dateng?" tanya Shawty sambil mengelus dada karena ternyata dia adalah Christian.

"Iya, aku tadi lihat kamu udah mulai siap-siap dari jendela. Jadi, aku langsung cepet deh mandinya."

Rumah Shawty dan rumah Jordan itu bersebelahan. Bahkan, kamar Shawty dan kamar Chris bisa saling melihat. Kamar mereka sama-sama di lantai dua dan ada jendela yang bisa menghubungkan mereka, kayak di video clip Taylor Swift - You Belong With Me.

"Mau kemana?"

"Mau ke kelas Justin, ada keperluan."

Chris mengernyitkan dahinya. "Sejak kapan kamu manggil kak Justin, Justin? Nggak pakai kak? Dan sejak kapan kalian berdua nggak marahan kayak biasanya?" tanya Chris penasaran.

"Semuanya bisa dijawab dengan dua kata," jawab Shawty sambil nyengir. "Tadi malam."

Christian mebulatkan mulutnya. "Trus ada keperluan apa?" tanya Chris masih penasaran.

"Ada aja! Duluan ya?" Shawty berlari meninggalkan Chris yang terpaku melihat Shawty meninggalkannya.

Shawty ngintip dari jendela kelas Justin. Nggak ada satu orangpun di sana, hanya ada tas Justin, tapi Justin nggak ada di situ. Dia akhirnya berani masuk dan duduk di bangku Justin.

"Justin kemana sih?"

"Nyari aku ya?" tebak Justin yang tiba-tiba masuk ke dalam kelas.

Shawty gelagapan karena tiba-tiba ada Justin di situ. Justin mendekat ke arah Shawty dan mengelurkan scarf milik Shawty.

"I... itu punyaku kak, makasih!" ujar Shawty sambil berusaha mengambil scarfnya.

Justin menarik kembali scarf milik Shawty dan menyembunyikannya.

"Hey, itu punyaku, Justin!"

Justin geleng-geleng. "No no no, ada syaratnya!"

"A... apa? Apa aja deh buat kakak, eh maksudnya Justin, eh maksudnya buat scarf itu!"

"Bener?" tanya Justin kurang percaya.

Shawty mengangguk yakin. "Iya," jawabnya lirih.

Justin mendekatkan wajahnya dan berbisik, "Coklat putih di mejaku setiap hari selama satu minggu. Coklatnya harus kamu yang buat dan buatnya pagi hari."

"Hah? Serius?" Shawty terbelalak kaget. "Nggak nggak nggak, ambil aja scarfku!" ujar Shawty asal.

Justin berjalan ke luar kelas perlahan.

"Tunggu! Jangan ambil scarf-nya, itu pemberian mama aku!" teriak Shawty melas.

Justin menghentikan langkahnya dan berbalik ke arahmu. "Oke, mulai besok buatin aku coklat dan jangan lupa taruh di meja aku setiap pagi," ucap Justin dengan nada mengejek.

"Cih... Aku juga terpaksa!"

Shawty keluar dari kelas Justin. Shawty melihat Chaz, Caitlin, Shay, dan Ryan sedang menuju ke arah Shawty. Dengan wajah datar, Shawty berlalu tanpa menyapa mereka seperti biasanya.

Caitlin, Chaz, Ryan, dan Shay memasuki kelas mereka dan melihat Justin sudah duduk di atas mejanya. Ryan menaruh tasnya dan menghampiri Justin dengan satu tebakan. "Barusan ketemu Shawty ya?" Justin hanya menjawab dengan satu anggukan.

"Ngapain?" tanya Ryan lebih lanjut.

Justin menunjukkan scarf Shawty sambil tersenyum tipis. "Scarf dia ada di aku. Dan dia tadi mau ngambil scarf ini," jelas Justin.

"Tapi kok scarfnya masih di kamu?"

"Ada syaratnya, Ryan. Nggak segampang itu ngambil dari aku! Dia harus kasih coklat setiap pagi di mejaku!"

Ryan menepuk punggung Justin pelan. "Gila ya kamu! Ini cuma masalah scarf, tapi kamu malah manfaatin scarf ini untuk dapetin coklat?" Ryan geleng-geleng dan kembali ke tempat duduknya, di sebelah Justin.

"Kenapa? Kamu suka sama anak ingusan itu ya? Makanya kamu dukung dia?"

Ryan memilih diam dan mengalihkan pembicaraan agar nantinya nggak akan berujung dengan marah.

***

Shawty duduk di bangku kelasnya dengan wajah ditekuk dan dagu ditopang. Chris yang baru saja datang langsung berjalan sambil tersenyum lebar ke arah Shawty dan menaruh tasnya disebelah Shawty.

"Hey," sapa Christian sambil tersenyum.

Shawty menoleh lemas ke arah Christian. "Hey"

Christian memegang dagu Shawty dan mengarahkan wajah Shawty ke wajahnya. "Mukanya jangan ditekuk gitu dong!"

Shawty menghela napas panjang dan menepis tangan Chris yang memegangi dagunya. "Gimana nggak ditekuk kalau pagi-pagi udah dapet kabar nggak enak?"

"Kabar apa sih?"

"Kamu inget kan scarf yang semalem aku pakai?"

Christian ngangguk-ngangguk.

"Scarf itu jatuh waktu aku mau pulang karena buru-buru. Dan nggak taunya, scarf itu ada di kak Justin," jelas Shawty.

Christian mengernyitkan dahinya sambil mengangkat bahu. "Harusnya kamu seneng dong. Kan ada di kak Justin."

Shawty mengangkat dahu. "Gimana mau seneng kalau aku harus ngasih sekotak coklat buatan aku setiap pagi di meja kak Justin? Itu namanya pengeretan! Bisa bangkrut tuh toko aku kalau dia dapet gratisan seminggu!" ujar Shawty marah-marah.

Christian mengelus-elus punggung Shawty sambil tersenyum tipis.

"Udah, jalanin aja. Itu scarf dari mama kamu kan?" tebak Christian.

"Iya," jawab Shawty singkat.

Christian menggenggam tangan Shawty dengan erat. "Kamu suka ya sama kak Justin?"

Shawty mengernyitkan dahinya. "Eng... enggak. Kamu ngapain tanya kayak gitu?"

Christian menghela napas panjang. "Berarti masih ada tempat buat aku?

"Maksudnya?"

"Aku suka kamu Shawty, aku cinta sama kamu. Kamu mau kan jadi pacar aku?"

DEG

Shawty terdiam.

"Kamu nggak harus jawab sekarang."

Shawty ngangguk-ngangguk. "Makasih ya, Chris?"

Christian mengangguk. Shawty menyandarkan kepalanya di pundak Chris perlahan.

Ternyata dari balik pintu kelas, Jordan merhatiin Shawty dan Chris. Jordan sebenarnya pengen banget ke sana dan mukul Chris karena dia cemburu banget Shawty berduaan sama Chris. Tapi akhirnya Jordan masuk juga ke kelas dengan tampang datar.

"Ehmm..." Jordan berdehem kencang.

Shawty menoleh ke arah Jordan dan mengangkat kepalanya dari pundak Christian. Jordan berjalan ke arah Shawty dan memindah tasnya di bangku depan Shawty.

"Kalian ngapain sih berduaan di kelas? Nanti ada yang lihat, kalian disangka pacaran lho."

"Shawty itu lagi sedih, dia butuh temen buat cerita. Kamu kok mikirnya kayak gitu sih? Lagian, kalau ada yang ngira aku sama Shawty pacaran, bagus kan?" balas Christian santai.

Jordan melirik Shawty yang hanya terdiam. "Oh, jadi kalian pacaran? Atau... kamu masih suka ya sama Shawty?" tebak Jordan.

"Kalian itu ngapain sih?" Shawty yang kebingungan berusaha mencairkan suasana.

Christian mendekap Shawty dengan paksa. "Aku memang masih suka sama Shawty!" bentak Chris.

Jordan menaikkan sebelah matanya. "Bagus deh, aku ada saingannya," jawab Jordan santai.

"Maksudnya? Kamu juga suka Shawty?"

Shawty semakin dibuat bingung karena mereka justru saling membentak. "Ih, udah deh kalian tu ngapain sih? Kayak anak kecil tau nggak!" Shawty melepas pelukan Chris dan beranjak dari tempat duduknya, lalu pergi meninggalkan Jordan dan Christian.

Christian menarik baju Jordan sambil menatapnya sinis. "Kamu kalau suka sama Shawty bilang aja! Nggak usah kayak gitu! Aku nggak suka caramu!"

Jordan menyeringai dan menepis tangan Christian dengan kasar. "Terserah! Mulai hari ini, kita saingan!" Jordan beranjak dan pergi keluar kelas menyusul Shawty.

"Shawty, tunggu!"

Shawty mempercepat jalannya, tapi Jordan berlari dan menahan tangan Shawty. "Kamu marah sama aku?" tanya Jordan ragu-ragu.

Tanpa menoleh, Shawty menjawab dengan ketus, "Aku nggak marah kok!"

"Bohong!"

"Aku nggak marah tau!" Shawty membentak Jordan. Jordan melepaskan tangan Shawty dan membiarkannya pergi menjauh. Baru beberapa langkah Shawty berjalan, bel berbunyi. Ia membalikkan badannya dan melihat Jordan masih berdiri di tempatnya tadi. Shawty tersenyum tipis dan menarik Jordan untuk kembali ke kelas.

***

-- first day --

BANGUN JAM 4 PAGI SEMINGGU, BUAT COKLAT UNTUK JUSTIN ........

Shawty mendengus kesal memerhatikan tulisan yang ada di depannya dan menambahkan satu kata pada akhir kalimat.

"Jadi lebih semangat."

BANGUN JAM 4 PAGI SEMINGGU, BUAT COKLAT UNTUK JUSTIN CAKEP

Shawty ketawa cekikikan dan mengeluarkan selembar foto lalu menempelkannya di dekat tulisan.

"Kak Justin sebenarnya cakep, tapi kakak jahat sih! Aku juga nggak tau gimana perasaan aku ke Chris. Aku bingung!" Shawty masang tampang melas lalu tersenyum kecil dan mencium pipi Justin yang ada dalam foto. "I LOVE YOU KAK," ucap Shawty sebelum tertidur lelap.

BANGUN BANGUN BANGUN OOOOHH

[BABY BABY BABY OOOHH] *gokil nih bunyi alarm-nya :P

Shawty mematikan alarm sambil mengucek mata lalu berjalan gontai keluar kamar. "Kak Taylor belum bangun." Shawty buru-buru pergi menuju dapur dan mengambil beberapa bahan untuk membuat coklat putih pesanan Justin.

"Nyusahin aja sih tuh kakak!" ujar Shawty marah-marah sambil mencampurkan adonan.

Shawty celingukan melihat bahan-bahan yang ada dan tertawa kecil saat melihat sesuatu, cabe bubuk.

"Mampus tuh kak Justin makan coklat ini!" ujarnya sambil menaburkan cabe bubuk ke adonan coklat kak Justin. "Tapi... kasihan juga kak cakep. Nanti kalau kepedesan gimana?" Shawty mikir-mikir. "Ah, biarin! Salahnya jahat sama aku!" Shawty menambahkan cabe bubuk lebih banyak lagi.

Akhirnya, coklat buatan Shawty selesai. Coklat putih bulat yang dia buat dimasukkan ke dalam kotak kecil. "Selesai!"

Shawty buru-buru mandi dan berangkat ke sekolah. Tanpa menaruh tas dulu di kelas, ia berlari ke kelas Justin dan menaruh kotak coklat di lacinya.

"Kak Justin, dimakan ya coklat pedasnya!" ujar Shawty sambil cekikikan dan menekankan pada kata pedas.

Shawty keluar dari kelas Justin dan nggak sengaja berpapasan dengan Justin.

"Kak, udah aku taruh tuh coklatnya, di laci," ucap Shawty sok manis sambil menahan tawa.

Justin mengangguk dan melangkah masuk ke dalam kelasnya.

"Yess!!"

"Eits!" Justin membalikkan badannya dan memanggil Shawty.

"Kenapa?"

"Kamu... kok manggil aku kakak? Bukan Justin?" tanya Justin.

Shawty cuma nyengir kuda. "Nggakpapa lah, kak. Kamu kan kakak kelasku, nggak enak sama yang lain."

"Ya udah sana, balik ke kelas," ucap Justin datar.

Shawty manyun. "Aku memang mau pergi kok! Nggak usah disuruh!" Shawty menghentakkan kaki dan pergi meninggalkan Justin dengan langkah tegas dan marah-marah.

"Cewek yang lucu," komentar Justin sambil masuk ke dalam kelasnya.

Justin menaruh tas dan melihat sekotak coklat di dalam lacinya. Tanpa basa-basi, kotak coklat itu langsung dibukanya. Dua buah coklat putih bulat yang ada di dalamnya langsung dilahap.

Justin terdiam sejenak sambil mengunyah coklatnya.

"Pedes!!!!!" Justin mengecek tasnya, tapi ternyata dia lupa bawa minum. "Aku nggak bawa minum lagi!" Justin keluar kelas dan berlari ke kelasmu yang nggak jauh dari kelasnya.

Shawty lagi asyik ngobrol sama teman sekelasnya, Jessica. Shawty menoleh melihat Justin yang tiba-tiba masuk sambil cekikikan.

Justin melotot dan berlari kecil ke arah Shawty. Minuman yang ada di meja Shawty langsung disambarnya dan diminum.

"Eh, itu minumanku!"

Shawty menarik botol minumnya dengan kasar. Air minumnya sedikit tumpah ke baju Justin. Justin kaget dan menyemburkan air yang masih ada dalam mulutnya ke baju Shawty.

Shawty melirik perlahan ke bajunya. "Kak Justin!!" teriak Shawty histeris. "Baju aku basah kak! Jorok banget sih!"

"Aku juga basah nih! Kamu nggak lihat?"

Shawty langsung lari keluar dari kelas dan menuju ke kamar mandi. Justin masih terdiam di kelas.

"Yah, kak Justin nggak romantis. Kalau romantis, tuh kejar Shawty!" ujar Jessica.

Justin mengernyitkan dahi.

"Ngapain romantis? Aku nggak mau romantis-romantisan sama itu anak ingusan," jawab Justin santai sambil berjalan ke luar kelas.

Justin celingukan di koridor. Shawty yang baru keluar dari kamar mandi ngelihat Justin yang kayaknya lagi kebingungan dan menepuk pundaknya. Justin menoleh ke belakang dan tersenyum lebar melihat Shawty ada di depannya sekarang. Shawty justru bengong ngelihat Justin senyum-senyum ke arahnya.

"Kak, kakak ngelihatin siapa? Kok senyum gitu?" tanya Shawty sambil ngelihat ke belakang. Tapi di belakang nggak ada orang sama sekali.

Justin menggeleng. "Nggakpapa, bodoh!" Justin berbalik dan terdiam lalu menoleh lagi. "Nanti pulang sekolah, aku tunggu di kelas aku." Shawty mengangguk. "Oh iya, besok lagi cabe bubuknya jangan banyak-banyak."

"Kakak tau itu dikasih cabe bubuk?"

Justin tersenyu tipis. "Aku tau lah, nggak mungkin pedes kalau nggak ditambahin aneh-aneh."

Shawty melihat Justin yang berjalan ke kelasnya sampai bel berbunyi dan segera kembali ke kelas.

***

-- after school --

Justin memainkan scarf Shawty di atas mejanya. "Ini scarf mau aku apaan sekarang? Masa' aku simpen? Nggak banget!" Justin mengambil scarfmu dan menciumnya dengan perlahan lalu tersenyum kecil. "Wangi tuh anak nih, jadi keingetan dia terus!"

"Keingetan siapa kak?" tanya Jordan yang tiba-tiba nongol di jendela sebelah tempat duduk Justin.

Justin kaget lalu menaruh kembali scraf Shawty. "Keingetan.... keingetan..." Justin mikir-mikir mencari alasan yang tepat.

"Itu punya Shawty kan?" tebak Jordan. "Kok tadi kakak cium-cium gitu sih?" tanya Jordan semakin memojokkan. "Kakak keingetan Shawty kan?"

DEG

Justin terdiam cukup lama. "A... aku..."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bieber Chocolove #3

"Ka... kamu? Tumben pagi-pagi udah dateng?" tanya Shawty sambil mengelus dada karena ternyata dia adalah Christian.

"Iya, aku tadi lihat kamu udah mulai siap-siap dari jendela. Jadi, aku langsung cepet deh mandinya."

Rumah Shawty dan rumah Jordan itu bersebelahan. Bahkan, kamar Shawty dan kamar Chris bisa saling melihat. Kamar mereka sama-sama di lantai dua dan ada jendela yang bisa menghubungkan mereka, kayak di video clip Taylor Swift - You Belong With Me.

"Mau kemana?"

"Mau ke kelas Justin, ada keperluan."

Chris mengernyitkan dahinya. "Sejak kapan kamu manggil kak Justin, Justin? Nggak pakai kak? Dan sejak kapan kalian berdua nggak marahan kayak biasanya?" tanya Chris penasaran.

"Semuanya bisa dijawab dengan dua kata," jawab Shawty sambil nyengir. "Tadi malam."

Christian mebulatkan mulutnya. "Trus ada keperluan apa?" tanya Chris masih penasaran.

"Ada aja! Duluan ya?" Shawty berlari meninggalkan Chris yang terpaku melihat Shawty meninggalkannya.

Shawty ngintip dari jendela kelas Justin. Nggak ada satu orangpun di sana, hanya ada tas Justin, tapi Justin nggak ada di situ. Dia akhirnya berani masuk dan duduk di bangku Justin.

"Justin kemana sih?"

"Nyari aku ya?" tebak Justin yang tiba-tiba masuk ke dalam kelas.

Shawty gelagapan karena tiba-tiba ada Justin di situ. Justin mendekat ke arah Shawty dan mengelurkan scarf milik Shawty.

"I... itu punyaku kak, makasih!" ujar Shawty sambil berusaha mengambil scarfnya.

Justin menarik kembali scarf milik Shawty dan menyembunyikannya.

"Hey, itu punyaku, Justin!"

Justin geleng-geleng. "No no no, ada syaratnya!"

"A... apa? Apa aja deh buat kakak, eh maksudnya Justin, eh maksudnya buat scarf itu!"

"Bener?" tanya Justin kurang percaya.

Shawty mengangguk yakin. "Iya," jawabnya lirih.

Justin mendekatkan wajahnya dan berbisik, "Coklat putih di mejaku setiap hari selama satu minggu. Coklatnya harus kamu yang buat dan buatnya pagi hari."

"Hah? Serius?" Shawty terbelalak kaget. "Nggak nggak nggak, ambil aja scarfku!" ujar Shawty asal.

Justin berjalan ke luar kelas perlahan.

"Tunggu! Jangan ambil scarf-nya, itu pemberian mama aku!" teriak Shawty melas.

Justin menghentikan langkahnya dan berbalik ke arahmu. "Oke, mulai besok buatin aku coklat dan jangan lupa taruh di meja aku setiap pagi," ucap Justin dengan nada mengejek.

"Cih... Aku juga terpaksa!"

Shawty keluar dari kelas Justin. Shawty melihat Chaz, Caitlin, Shay, dan Ryan sedang menuju ke arah Shawty. Dengan wajah datar, Shawty berlalu tanpa menyapa mereka seperti biasanya.

Caitlin, Chaz, Ryan, dan Shay memasuki kelas mereka dan melihat Justin sudah duduk di atas mejanya. Ryan menaruh tasnya dan menghampiri Justin dengan satu tebakan. "Barusan ketemu Shawty ya?" Justin hanya menjawab dengan satu anggukan.

"Ngapain?" tanya Ryan lebih lanjut.

Justin menunjukkan scarf Shawty sambil tersenyum tipis. "Scarf dia ada di aku. Dan dia tadi mau ngambil scarf ini," jelas Justin.

"Tapi kok scarfnya masih di kamu?"

"Ada syaratnya, Ryan. Nggak segampang itu ngambil dari aku! Dia harus kasih coklat setiap pagi di mejaku!"

Ryan menepuk punggung Justin pelan. "Gila ya kamu! Ini cuma masalah scarf, tapi kamu malah manfaatin scarf ini untuk dapetin coklat?" Ryan geleng-geleng dan kembali ke tempat duduknya, di sebelah Justin.

"Kenapa? Kamu suka sama anak ingusan itu ya? Makanya kamu dukung dia?"

Ryan memilih diam dan mengalihkan pembicaraan agar nantinya nggak akan berujung dengan marah.

***

Shawty duduk di bangku kelasnya dengan wajah ditekuk dan dagu ditopang. Chris yang baru saja datang langsung berjalan sambil tersenyum lebar ke arah Shawty dan menaruh tasnya disebelah Shawty.

"Hey," sapa Christian sambil tersenyum.

Shawty menoleh lemas ke arah Christian. "Hey"

Christian memegang dagu Shawty dan mengarahkan wajah Shawty ke wajahnya. "Mukanya jangan ditekuk gitu dong!"

Shawty menghela napas panjang dan menepis tangan Chris yang memegangi dagunya. "Gimana nggak ditekuk kalau pagi-pagi udah dapet kabar nggak enak?"

"Kabar apa sih?"

"Kamu inget kan scarf yang semalem aku pakai?"

Christian ngangguk-ngangguk.

"Scarf itu jatuh waktu aku mau pulang karena buru-buru. Dan nggak taunya, scarf itu ada di kak Justin," jelas Shawty.

Christian mengernyitkan dahinya sambil mengangkat bahu. "Harusnya kamu seneng dong. Kan ada di kak Justin."

Shawty mengangkat dahu. "Gimana mau seneng kalau aku harus ngasih sekotak coklat buatan aku setiap pagi di meja kak Justin? Itu namanya pengeretan! Bisa bangkrut tuh toko aku kalau dia dapet gratisan seminggu!" ujar Shawty marah-marah.

Christian mengelus-elus punggung Shawty sambil tersenyum tipis.

"Udah, jalanin aja. Itu scarf dari mama kamu kan?" tebak Christian.

"Iya," jawab Shawty singkat.

Christian menggenggam tangan Shawty dengan erat. "Kamu suka ya sama kak Justin?"

Shawty mengernyitkan dahinya. "Eng... enggak. Kamu ngapain tanya kayak gitu?"

Christian menghela napas panjang. "Berarti masih ada tempat buat aku?

"Maksudnya?"

"Aku suka kamu Shawty, aku cinta sama kamu. Kamu mau kan jadi pacar aku?"

DEG

Shawty terdiam.

"Kamu nggak harus jawab sekarang."

Shawty ngangguk-ngangguk. "Makasih ya, Chris?"

Christian mengangguk. Shawty menyandarkan kepalanya di pundak Chris perlahan.

Ternyata dari balik pintu kelas, Jordan merhatiin Shawty dan Chris. Jordan sebenarnya pengen banget ke sana dan mukul Chris karena dia cemburu banget Shawty berduaan sama Chris. Tapi akhirnya Jordan masuk juga ke kelas dengan tampang datar.

"Ehmm..." Jordan berdehem kencang.

Shawty menoleh ke arah Jordan dan mengangkat kepalanya dari pundak Christian. Jordan berjalan ke arah Shawty dan memindah tasnya di bangku depan Shawty.

"Kalian ngapain sih berduaan di kelas? Nanti ada yang lihat, kalian disangka pacaran lho."

"Shawty itu lagi sedih, dia butuh temen buat cerita. Kamu kok mikirnya kayak gitu sih? Lagian, kalau ada yang ngira aku sama Shawty pacaran, bagus kan?" balas Christian santai.

Jordan melirik Shawty yang hanya terdiam. "Oh, jadi kalian pacaran? Atau... kamu masih suka ya sama Shawty?" tebak Jordan.

"Kalian itu ngapain sih?" Shawty yang kebingungan berusaha mencairkan suasana.

Christian mendekap Shawty dengan paksa. "Aku memang masih suka sama Shawty!" bentak Chris.

Jordan menaikkan sebelah matanya. "Bagus deh, aku ada saingannya," jawab Jordan santai.

"Maksudnya? Kamu juga suka Shawty?"

Shawty semakin dibuat bingung karena mereka justru saling membentak. "Ih, udah deh kalian tu ngapain sih? Kayak anak kecil tau nggak!" Shawty melepas pelukan Chris dan beranjak dari tempat duduknya, lalu pergi meninggalkan Jordan dan Christian.

Christian menarik baju Jordan sambil menatapnya sinis. "Kamu kalau suka sama Shawty bilang aja! Nggak usah kayak gitu! Aku nggak suka caramu!"

Jordan menyeringai dan menepis tangan Christian dengan kasar. "Terserah! Mulai hari ini, kita saingan!" Jordan beranjak dan pergi keluar kelas menyusul Shawty.

"Shawty, tunggu!"

Shawty mempercepat jalannya, tapi Jordan berlari dan menahan tangan Shawty. "Kamu marah sama aku?" tanya Jordan ragu-ragu.

Tanpa menoleh, Shawty menjawab dengan ketus, "Aku nggak marah kok!"

"Bohong!"

"Aku nggak marah tau!" Shawty membentak Jordan. Jordan melepaskan tangan Shawty dan membiarkannya pergi menjauh. Baru beberapa langkah Shawty berjalan, bel berbunyi. Ia membalikkan badannya dan melihat Jordan masih berdiri di tempatnya tadi. Shawty tersenyum tipis dan menarik Jordan untuk kembali ke kelas.

***

-- first day --

BANGUN JAM 4 PAGI SEMINGGU, BUAT COKLAT UNTUK JUSTIN ........

Shawty mendengus kesal memerhatikan tulisan yang ada di depannya dan menambahkan satu kata pada akhir kalimat.

"Jadi lebih semangat."

BANGUN JAM 4 PAGI SEMINGGU, BUAT COKLAT UNTUK JUSTIN CAKEP

Shawty ketawa cekikikan dan mengeluarkan selembar foto lalu menempelkannya di dekat tulisan.

"Kak Justin sebenarnya cakep, tapi kakak jahat sih! Aku juga nggak tau gimana perasaan aku ke Chris. Aku bingung!" Shawty masang tampang melas lalu tersenyum kecil dan mencium pipi Justin yang ada dalam foto. "I LOVE YOU KAK," ucap Shawty sebelum tertidur lelap.

BANGUN BANGUN BANGUN OOOOHH

[BABY BABY BABY OOOHH] *gokil nih bunyi alarm-nya :P

Shawty mematikan alarm sambil mengucek mata lalu berjalan gontai keluar kamar. "Kak Taylor belum bangun." Shawty buru-buru pergi menuju dapur dan mengambil beberapa bahan untuk membuat coklat putih pesanan Justin.

"Nyusahin aja sih tuh kakak!" ujar Shawty marah-marah sambil mencampurkan adonan.

Shawty celingukan melihat bahan-bahan yang ada dan tertawa kecil saat melihat sesuatu, cabe bubuk.

"Mampus tuh kak Justin makan coklat ini!" ujarnya sambil menaburkan cabe bubuk ke adonan coklat kak Justin. "Tapi... kasihan juga kak cakep. Nanti kalau kepedesan gimana?" Shawty mikir-mikir. "Ah, biarin! Salahnya jahat sama aku!" Shawty menambahkan cabe bubuk lebih banyak lagi.

Akhirnya, coklat buatan Shawty selesai. Coklat putih bulat yang dia buat dimasukkan ke dalam kotak kecil. "Selesai!"

Shawty buru-buru mandi dan berangkat ke sekolah. Tanpa menaruh tas dulu di kelas, ia berlari ke kelas Justin dan menaruh kotak coklat di lacinya.

"Kak Justin, dimakan ya coklat pedasnya!" ujar Shawty sambil cekikikan dan menekankan pada kata pedas.

Shawty keluar dari kelas Justin dan nggak sengaja berpapasan dengan Justin.

"Kak, udah aku taruh tuh coklatnya, di laci," ucap Shawty sok manis sambil menahan tawa.

Justin mengangguk dan melangkah masuk ke dalam kelasnya.

"Yess!!"

"Eits!" Justin membalikkan badannya dan memanggil Shawty.

"Kenapa?"

"Kamu... kok manggil aku kakak? Bukan Justin?" tanya Justin.

Shawty cuma nyengir kuda. "Nggakpapa lah, kak. Kamu kan kakak kelasku, nggak enak sama yang lain."

"Ya udah sana, balik ke kelas," ucap Justin datar.

Shawty manyun. "Aku memang mau pergi kok! Nggak usah disuruh!" Shawty menghentakkan kaki dan pergi meninggalkan Justin dengan langkah tegas dan marah-marah.

"Cewek yang lucu," komentar Justin sambil masuk ke dalam kelasnya.

Justin menaruh tas dan melihat sekotak coklat di dalam lacinya. Tanpa basa-basi, kotak coklat itu langsung dibukanya. Dua buah coklat putih bulat yang ada di dalamnya langsung dilahap.

Justin terdiam sejenak sambil mengunyah coklatnya.

"Pedes!!!!!" Justin mengecek tasnya, tapi ternyata dia lupa bawa minum. "Aku nggak bawa minum lagi!" Justin keluar kelas dan berlari ke kelasmu yang nggak jauh dari kelasnya.

Shawty lagi asyik ngobrol sama teman sekelasnya, Jessica. Shawty menoleh melihat Justin yang tiba-tiba masuk sambil cekikikan.

Justin melotot dan berlari kecil ke arah Shawty. Minuman yang ada di meja Shawty langsung disambarnya dan diminum.

"Eh, itu minumanku!"

Shawty menarik botol minumnya dengan kasar. Air minumnya sedikit tumpah ke baju Justin. Justin kaget dan menyemburkan air yang masih ada dalam mulutnya ke baju Shawty.

Shawty melirik perlahan ke bajunya. "Kak Justin!!" teriak Shawty histeris. "Baju aku basah kak! Jorok banget sih!"

"Aku juga basah nih! Kamu nggak lihat?"

Shawty langsung lari keluar dari kelas dan menuju ke kamar mandi. Justin masih terdiam di kelas.

"Yah, kak Justin nggak romantis. Kalau romantis, tuh kejar Shawty!" ujar Jessica.

Justin mengernyitkan dahi.

"Ngapain romantis? Aku nggak mau romantis-romantisan sama itu anak ingusan," jawab Justin santai sambil berjalan ke luar kelas.

Justin celingukan di koridor. Shawty yang baru keluar dari kamar mandi ngelihat Justin yang kayaknya lagi kebingungan dan menepuk pundaknya. Justin menoleh ke belakang dan tersenyum lebar melihat Shawty ada di depannya sekarang. Shawty justru bengong ngelihat Justin senyum-senyum ke arahnya.

"Kak, kakak ngelihatin siapa? Kok senyum gitu?" tanya Shawty sambil ngelihat ke belakang. Tapi di belakang nggak ada orang sama sekali.

Justin menggeleng. "Nggakpapa, bodoh!" Justin berbalik dan terdiam lalu menoleh lagi. "Nanti pulang sekolah, aku tunggu di kelas aku." Shawty mengangguk. "Oh iya, besok lagi cabe bubuknya jangan banyak-banyak."

"Kakak tau itu dikasih cabe bubuk?"

Justin tersenyu tipis. "Aku tau lah, nggak mungkin pedes kalau nggak ditambahin aneh-aneh."

Shawty melihat Justin yang berjalan ke kelasnya sampai bel berbunyi dan segera kembali ke kelas.

***

-- after school --

Justin memainkan scarf Shawty di atas mejanya. "Ini scarf mau aku apaan sekarang? Masa' aku simpen? Nggak banget!" Justin mengambil scarfmu dan menciumnya dengan perlahan lalu tersenyum kecil. "Wangi tuh anak nih, jadi keingetan dia terus!"

"Keingetan siapa kak?" tanya Jordan yang tiba-tiba nongol di jendela sebelah tempat duduk Justin.

Justin kaget lalu menaruh kembali scraf Shawty. "Keingetan.... keingetan..." Justin mikir-mikir mencari alasan yang tepat.

"Itu punya Shawty kan?" tebak Jordan. "Kok tadi kakak cium-cium gitu sih?" tanya Jordan semakin memojokkan. "Kakak keingetan Shawty kan?"

DEG

Justin terdiam cukup lama. "A... aku..."