Senin, 13 Juni 2011

Bieber Chocoloe #4

"Itu punya Shawty kan?" tebak Jordan. "Kok tadi kakak cium-cium gitu sih?" tanya Jordan semakin memojokkan. "Kakak keingetan Shawty kan?"

DEG

Justin terdiam cukup lama. "A... aku... aku nggak cium ini kok! Tadi tuh, mejaku bau banget, waktu aku cek, ternyata scarf Shawty yang bau!! Aku keingetan Shawty, tapi keingetan nakalnya dia, cocok nih, kalau scarfnya bau, orangnya yang punya nakal!" jawab Justin gelagapan sambil mengelus dada perlahan karena lega bisa jawab. Walaupun keringat panas-dingin nggak karuan.

Jordan manggut-manggut percaya. Setahu Jordan juga, yang namanya Justin itu nggak pernah suka sama Shawty. Kalau Justin suka sama Shawty?? Duerr... Perang dunia ketiga bakal meledak. Gitu-gitu, banyak banget yang suka Shawty, apalagi yang ngejar-ngejar Justin? Beuh, bejibun! Pasti pada saling jeles gaje gitu deh...

"Kamu kok belum pulang?" tanya Justin berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Ehm, belum. Tapi aku baru mau pulang," jawab Jordan santai. "Ya udah kak, aku pulang dulu ya?"

Justin menghela napas panjang sambil mengelus-elus dada. "Untung deh dia nggak curiga."

"Sssstttt... Kakak!"

Justin berdiri dan menengok dari jendela ke arah koridor. Justin celingukan mencari asal suara. "Suara si anak ingusan nih. Mana sih tu anak?"

Shawty yang ada di bawah jendela langsung berdiri dan memukul kepala Justin dengan pelan.

"Aww!! Sakit!" teriak Justin kesakitan.

"Kakak cemen! Masa aku pukul pelan gitu sakit. Nggak gentle, nggak keren!" ejek Shawty sambil melet.

Justin mengacak rambut Shawty dengan gemas. "Hih, ini anak sukanya cari masalah aja!" Justin kembali duduk di bangkunya. Shawty berlari masuk ke kelas Justin dan duduk di sebelah Justin. "Belum pulang?"

"Kan kakak yang bilang kalau kakak nunggu aku di sini."

"Siapa yang bilang?" Justin memainkan scarf Shawty.

Shawty geleng-geleng sambil menarik scarfnya. "Pantesan, ini kakak ternyata pikun banget!"

Justin menepis tangan Shawty dan memasukkan scarfnya ke dalam tasnya. "Semakin kamu suka ngejekin aku, aku nggak akan ngembalikin scarf kamu!"

"Sampai aku tua juga kayaknya kakak nggak bakal ngembaliin scarf aku!"

Justin menoleh ke arah Shawty sambil tersenyum tipis. "Kamu kenapa sih selalu jutek sama aku?" tanya Justin tiba-tiba.

Shawty memalingkan muka seraya menarik napas lemas.
"Justru aku yang harusnya tanya. Kenapa kakak sebel banget sama aku. Apa aku terlalu berlebihan kalau ketemu kakak? Kakak beda kalau ke fans kakak yang lain."

Justin menunduk lemas sambil memainkan tangannya. "Sebenernya aku nggak ada maksud jelek bedain kamu kayak gitu," jelas Justin.

"Nggak ada maksud jelek? Berarti maksudnya bagus dong..." Shawty cekikikan.

Justin mengacak rambut Shawty lagi. "Dasar!" Justin beranjak dari tempat duduk dan berjalan ke luar kelas. Sementara Shawty cuma diem ngelihatin Justin yang sudah berdiri di ambang pintu. "Mau pulang nggak?"

Shawty nyengir kuda. "Hehe, iya mau."

Rumah Shawty dan rumah Justin satu arah, tapi lebih jauh Justin. Terpaksa Shawty dan Justin harus pulang bareng, karena gimanapun juga, jalan yang ditempuh sama. Mereka berdua pulang dengan jalan kaki.

"Kakak tumben nggak bawa sepeda atau mobil?"

Justin menendang kerikil yang ada di depannya. "Males aja, sekali-kali aku mau jalan kaki," jawab Justin sambil memasukkan tangannya ke dalam saku.

"Kakak pacaran sama kak Caity ya?"

Justin menoleh kaget ke arah Shawty dan tersenyum malas. "Enggak, she is my ex-gf."

"Aku kira kakak sekarang pacaran sama kak Caity..."

"Memangnya kenapa kalau misalnya aku pacaran sama Caity?"

Shawty tersenyum kecil. "Yaa... sebagai fans, aku ikut seneng aja. Tapi agak gimana gitu sih," jawabnya jujur.

"Cemburu?"

"Iya," uppsss... barusan aku bilang apa?? Iya? Iya cemburu?? WADAW, KECEPLOSAN!

Justin mengernyitkan dahinya. "Kamu suka sama aku ya??"

"Ya ampun GR!!!! Aku suka nge-fans! Jangan aneh-aneh, cuma nge-fans!!" bantah Shawty bohong.

"Oh..." Justin merangkul Shawty dan mengacak rambut Shawty. "Jangan ditanyain lagi yang tadi. Aku nggak suka kamu tanya tentang hubungan aku sama cewek-cewek!" ujar Justin memalingkan muka karena pipinya bersemu merah.

Shawty menengadah melihat Justin. "Iya kak, maaf."

Shawty sampai di rumahnya dan berpisah dengan Justin karena rumah Justin masih lebih jauh. Hari itu Swiftieber Chocolate sedang ramai pelanggan. Shawty langsung menaruh tasnya dan membantu Taylor melayani pelanggan.

Semua coklat akhirnya habis jam enam sore. Taylor menutup toko dan masuk ke dalam rumah disusul Shawty.


"Tadi, yang pulang sama kamu itu siapa?" tanya Taylor penasaran. "Pacar kamu ya?"

Shawty melotot kaget ke arah Taylor. "Bukanlah kak! Dia bukan pacar aku! Itu tadi kan Justin."

"Justin? Kok tumben kamu akur sama dia?"

"Kebetulan," jawab Shawty singkat sambil mencomot roti bakar kesukaannya. "Lagian rumah kita searah, mau nggak mau kesannya kita pulang bareng."

"Aku kira dia pacaran sama kamu," ucap Taylor sekenanya walaupun dia tau kalau itu nggak bener.

Shawty mencubit lengan Taylor sambil manyun. Taylor tertawa cekikikan melihat reaksi Shawty saat Taylor kira Justin itu pacar Shawty.

"Kakak, nggak lucu ah!"

Taylor merangkul Shawty dan mencubit pipinya. "Salahnya adikku ini tiba-tiba aneh. Kamu sakit ya tiba-tiba pulang sama Justin?"

"Emangnya kakak tau dari mana kalau aku biasanya nggak akur sama dia?"

Taylor memutar otak untuk mencari jawaban. "Jordan," jawabnya singkat.

Shawty menoleh ke arah Taylor sambil manyun.
"Kak, Jordan itu... menurut kakak gimana?"

"Gimana apanya?"

"Ya... sifatnya dia?" tanya Shawty ragu-ragu.

Taylor tersenyum jahil lalu menyikut lengan Shawty. "Kamu suka ya sama dia?"

Shawty melongo kaget. "Ya enggaklah! Kita itu cuma temen! Kakak denger? Temen!!"

Taylor ngangguk-ngangguk.
"Ya.. Dia baik kok, kalau aku sendiri sih suka sama sifatnya dia. Dia care banget sama kamu.
Kayaknya dia suka tuh sama kamu." Taylor mengerdipkan sebelah matanya.

"Ih.. kakak! Aku kan tapi nggak suka sama dia!" batah Shawty sambil menimpuki Taylor dengan bantal. "Dia nggak kayak..."

"Kayak siapa?"

Shawty nyengir kuda. "Ada deh!!" ujarnya sambil berlari ke lantai atas, menuju kamarnya.


***


Hari itu hari Minggu. Dan setiap hari Minggu, pastinya semua sekolah diliburkan. Pagi-pagi sekitar jam 5, Shawty janji menemani Taylor jogging di taman kota. Jarang-jarang nih Shawty jogging, makanya dia mau coba untuk jogging. Barangkali... ketemu sama Justin :P

np : karena hari itu juga libur, maka nggak dihitung. Jadi, hari itu Shawty nggak perlu ngasih coklat ke Justin.

"Aku udah siap, Kak!"

"Ya udah, ayo!"

Shawty dan Taylor naik sepeda untuk sampai ke taman kota yang jaraknya cukup jauh. Shawty nggak lupa untuk memasang headphone dan mendengarkan musik dengan volume keras seperti biasanya. Dan yang pasti, lagu yang didengerin adalah lagu yang tidak pernah membuat dunia ini bosan dan bunyi krik krik haha. Lagu Justin Bieber.

Mereka memarkir sepeda di tempat sepeda lain dan mulai jogging. Di tengah jogging, Shawty mengeluh capek dan duduk.

"Mau aku beliin es krim nggak, Kak?" tawar Shawty.

Taylor menoleh. "Hah, mau beliin aku es krim? Tumben nih baik."

"Ye... Ngejek banget. Biasanya juga aku baik!"

Taylor memberikan beberapa lembar uang kertas kepada Shawty. Shawty segera berlari menuju tukang es krim yang kebetulan letaknya lumayan jauh dari tempat semula mereka.

"Pak, es krim dua."

"Pak, es krim juga dua."

Si pak es krim menoleh ke arah suara di sebelah Shawty. "Maaf mas, es krimnya tinggal dua dan sudah dipesan mbaknya," ucap pak es krim sambil menunjuk Shawty.

Shawty bersiul pelan dan menoleh. Ia terbelalak kaget melihat Justin yang berdiri di depannya.

"Apa?" tanya Justin sedikit ketus.

Shawty melepas headphonenya perlahan sambil terpesona melihat penampilan Justin yang super keren. Dengan kaos polos warna putih, celana selutut warna merah, serta sepatu sneakers warna putih. Nggak lupa juga kacamata hitamnya.

"Ngapain lihat-lihat kayak gitu? Nggak pernah lihat orang ganteng kayak aku ya?"

"Sialan, pede banget sih pakai ngaku-ngaku orang ganteng! Nggak banget!" Shawty melet dan mengambil kedua es krim pesanannya. "Duluan!"

Shawty melangkah meninggalkan Justin. Tapi baru lima langkah, ia membalikkan badannya dan melihat Justin yang juga beranjak pergi.

"Tunggu! Jangan pergi dulu! Diam di situ, jangan kemana-mana!" perintah Shawty kepada Justin. Justin cuma ngangguk sambil masang earphone di telinganya.

Shawty segera berlari ke tempat Taylor menunggu. "Nih kak es krimnya! Aku pergi dulu, nanti kita ketemu di sini lagi. Ada temen aku!" Shawty berlari lagi sampai ngos-ngosan ke tempat Justin dan melihat Justin masih berdiri di tempatnya tadi.

"Nih kak! Kakak nggak dapet es krimnya kan? Makan tempatku aja."
Shawty menyodorkan es krimnya.

Justin mengernyitkan dahi. "Makan ini? Jangan-jangan bekas kamu lagi," ucap Justin asal.

Shawty manyun. "Ini belum aku apa-apain, kak."

Justin menatap Shawty dan menarik tangannya untuk duduk di salah satu bangku taman. Justin mengambil es krim dari tangan Shawty dan menjilatnya.

"Kamu nggak makan es krim?"

Shawty menggeleng. "Kan eskrimnya tinggal dua. Satunya untuk kak Taylor dan satunya ya untuk kakak," jelas Shawty polos.

Justin berhenti menjilat es krimnya dan menoleh ke arah Shawty perlahan.
"Jadi kamu nggak kebagian es krim?"

Shawty menggeleng sambil tersenyum lebar.

Justin celingukan mencari tukang es krim yang lainnya. Dan hasilnya... nihil. Nggak ada penjual es krim lain di situ.

"Udah, kakak tenang aja. Lagian aku juga nggak terlalu suka es krim kok. Aku bawa coklat."
Shawty mengeluarkan sebatang coklat dari saku celana 3/4 nya.

"Aku juga mau!" ujar Justin.

Shawty mengernyitkan dahinya. "Aku cuma bawa satu kak."

Justin menyodorkan es krimnya ke arah mulut Shawty. "Kamu nyobain es krim aku dan aku juga nyobain coklat kamu."

"Jorok!!"

"Ya gimana lagi? Aku pengen banget coklat kamu..."

Shawty terdiam untuk beberapa saat dan mendekatkan mulutnya ke eskrim yang masih dipegang Justin. Dengan perlahan, Shawty memakan es krim itu.
"Ini, kak," ucap Shawty sambil menyerahkan coklatnya.

Justin menggeleng. "Kamu yang megangin coklatnya, nanti aku gigit sedikit."

"A... aku suapin gitu? Ihh..."

Justin menjitak kepala Shawty pelan. "Tadi kamu makan es krim ini kan juga gitu!"

Shawty nyengir dan menyodorkan coklatnya. Justin menatap lekat mata Shawty sambil menggigit coklat itu sedikit.
"Enak," ucap Justin singkat sambil terus memandangi Shawty.

"Shawty!" teriak seseorang.

Justin mengangkat kepalanya. Shawty langsung menoleh kaget ke asal suara, Taylor.
"Kenapa kak?" tanya Shawty gelagapan.

Taylor tersenyum tipis melihat seseorang di sebelah Shawty, Justin. Lalu fokus ke pembicaraan. "Anak temen mama yang aku bilang udah dateng ke rumah. Kita harus pulang sekarang!"

Shawty beranjak dari bangku taman dan menoleh ke arah Justin yang bernyanyi kecil, seakan tadi nggak terjadi apa-apa. "Aku pulang dulu, kak."

Justin menoleh ke arah Shawty dan mengangguk pelan.

"Bye," ucap Shawty nggak rela pergi.

Justin memerhatikan Shawty. "Udah... pergi sana! Nanti tamunya kelamaan nunggu!"

Taylor langsung menarik Shawty untuk pergi ke parkiran sepeda dan bergegas pulang.


Sampai di rumah, Shawty melihat sesosok perempuan yang lebih tua darinya, tapi nggak lebih tua dari Taylor lagi celingukan di Swiftieber Chocolate. (kira-kira siapa ya?)

"Hey...," panggil Shawty pelan.

Cewek itu menoleh dan tersenyum lebar.

Shawty juga tersenyum lebar. "Kamu...."

"Iya aku," jawab cewek itu senang sambil berlari mendekati Shawty dan memeluknya. "Aku kangen banget sama kamu."

"Aku juga, kak. Aku kangen banget sama kakak."

Taylor tersenyum lebar dan menepuk pundak cewek yang dipeluk Shawty. "Hey..."

Cewek itu menoleh dan melepaskan pelukannya lalu memeluk Taylor. "Hey kak Taylor. Long time no see ya.."

Taylor tersenyum tipis. "Iya, I miss you so much."

"I miss you too," balasnya.

"Kangen-kangenannya dilanjutin nanti deh, sekarang kalian berdua masuk ke rumah. Biar Shawty tunjukin dimana kamar kamu," jelas Taylor sambil menunjuk Shawty.

Shawty menarik sebuah koper kecil dan merangkul cewek itu masuk ke dalam rumah.

***

"Iya... Enggak... Iya... Enggak... I.. iya aja deh!"
Justin mengambil segway-nya dan menuju rumah Shawty. Sore itu, tiba-tiba rasanya Justin pengen banget ngerasain coklat Swiftieber Chocolate. Alasan lain? Nggak tau deh apa? :P

Justin memarkir segway-nya dan berjalan ke dalam toko. Dilihatnya sesosok perempuan yang tidak asing. Justin melepas kacamatanya.

"Permisi, saya mau beli coklat," ujar Justin pelan.

Cewek itu menoleh dan tersenyum lebar ke arah Justin.
"Justin Bieber!"

"(.......)"

Bieber Chocoloe #4

"Itu punya Shawty kan?" tebak Jordan. "Kok tadi kakak cium-cium gitu sih?" tanya Jordan semakin memojokkan. "Kakak keingetan Shawty kan?"

DEG

Justin terdiam cukup lama. "A... aku... aku nggak cium ini kok! Tadi tuh, mejaku bau banget, waktu aku cek, ternyata scarf Shawty yang bau!! Aku keingetan Shawty, tapi keingetan nakalnya dia, cocok nih, kalau scarfnya bau, orangnya yang punya nakal!" jawab Justin gelagapan sambil mengelus dada perlahan karena lega bisa jawab. Walaupun keringat panas-dingin nggak karuan.

Jordan manggut-manggut percaya. Setahu Jordan juga, yang namanya Justin itu nggak pernah suka sama Shawty. Kalau Justin suka sama Shawty?? Duerr... Perang dunia ketiga bakal meledak. Gitu-gitu, banyak banget yang suka Shawty, apalagi yang ngejar-ngejar Justin? Beuh, bejibun! Pasti pada saling jeles gaje gitu deh...

"Kamu kok belum pulang?" tanya Justin berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Ehm, belum. Tapi aku baru mau pulang," jawab Jordan santai. "Ya udah kak, aku pulang dulu ya?"

Justin menghela napas panjang sambil mengelus-elus dada. "Untung deh dia nggak curiga."

"Sssstttt... Kakak!"

Justin berdiri dan menengok dari jendela ke arah koridor. Justin celingukan mencari asal suara. "Suara si anak ingusan nih. Mana sih tu anak?"

Shawty yang ada di bawah jendela langsung berdiri dan memukul kepala Justin dengan pelan.

"Aww!! Sakit!" teriak Justin kesakitan.

"Kakak cemen! Masa aku pukul pelan gitu sakit. Nggak gentle, nggak keren!" ejek Shawty sambil melet.

Justin mengacak rambut Shawty dengan gemas. "Hih, ini anak sukanya cari masalah aja!" Justin kembali duduk di bangkunya. Shawty berlari masuk ke kelas Justin dan duduk di sebelah Justin. "Belum pulang?"

"Kan kakak yang bilang kalau kakak nunggu aku di sini."

"Siapa yang bilang?" Justin memainkan scarf Shawty.

Shawty geleng-geleng sambil menarik scarfnya. "Pantesan, ini kakak ternyata pikun banget!"

Justin menepis tangan Shawty dan memasukkan scarfnya ke dalam tasnya. "Semakin kamu suka ngejekin aku, aku nggak akan ngembalikin scarf kamu!"

"Sampai aku tua juga kayaknya kakak nggak bakal ngembaliin scarf aku!"

Justin menoleh ke arah Shawty sambil tersenyum tipis. "Kamu kenapa sih selalu jutek sama aku?" tanya Justin tiba-tiba.

Shawty memalingkan muka seraya menarik napas lemas.
"Justru aku yang harusnya tanya. Kenapa kakak sebel banget sama aku. Apa aku terlalu berlebihan kalau ketemu kakak? Kakak beda kalau ke fans kakak yang lain."

Justin menunduk lemas sambil memainkan tangannya. "Sebenernya aku nggak ada maksud jelek bedain kamu kayak gitu," jelas Justin.

"Nggak ada maksud jelek? Berarti maksudnya bagus dong..." Shawty cekikikan.

Justin mengacak rambut Shawty lagi. "Dasar!" Justin beranjak dari tempat duduk dan berjalan ke luar kelas. Sementara Shawty cuma diem ngelihatin Justin yang sudah berdiri di ambang pintu. "Mau pulang nggak?"

Shawty nyengir kuda. "Hehe, iya mau."

Rumah Shawty dan rumah Justin satu arah, tapi lebih jauh Justin. Terpaksa Shawty dan Justin harus pulang bareng, karena gimanapun juga, jalan yang ditempuh sama. Mereka berdua pulang dengan jalan kaki.

"Kakak tumben nggak bawa sepeda atau mobil?"

Justin menendang kerikil yang ada di depannya. "Males aja, sekali-kali aku mau jalan kaki," jawab Justin sambil memasukkan tangannya ke dalam saku.

"Kakak pacaran sama kak Caity ya?"

Justin menoleh kaget ke arah Shawty dan tersenyum malas. "Enggak, she is my ex-gf."

"Aku kira kakak sekarang pacaran sama kak Caity..."

"Memangnya kenapa kalau misalnya aku pacaran sama Caity?"

Shawty tersenyum kecil. "Yaa... sebagai fans, aku ikut seneng aja. Tapi agak gimana gitu sih," jawabnya jujur.

"Cemburu?"

"Iya," uppsss... barusan aku bilang apa?? Iya? Iya cemburu?? WADAW, KECEPLOSAN!

Justin mengernyitkan dahinya. "Kamu suka sama aku ya??"

"Ya ampun GR!!!! Aku suka nge-fans! Jangan aneh-aneh, cuma nge-fans!!" bantah Shawty bohong.

"Oh..." Justin merangkul Shawty dan mengacak rambut Shawty. "Jangan ditanyain lagi yang tadi. Aku nggak suka kamu tanya tentang hubungan aku sama cewek-cewek!" ujar Justin memalingkan muka karena pipinya bersemu merah.

Shawty menengadah melihat Justin. "Iya kak, maaf."

Shawty sampai di rumahnya dan berpisah dengan Justin karena rumah Justin masih lebih jauh. Hari itu Swiftieber Chocolate sedang ramai pelanggan. Shawty langsung menaruh tasnya dan membantu Taylor melayani pelanggan.

Semua coklat akhirnya habis jam enam sore. Taylor menutup toko dan masuk ke dalam rumah disusul Shawty.


"Tadi, yang pulang sama kamu itu siapa?" tanya Taylor penasaran. "Pacar kamu ya?"

Shawty melotot kaget ke arah Taylor. "Bukanlah kak! Dia bukan pacar aku! Itu tadi kan Justin."

"Justin? Kok tumben kamu akur sama dia?"

"Kebetulan," jawab Shawty singkat sambil mencomot roti bakar kesukaannya. "Lagian rumah kita searah, mau nggak mau kesannya kita pulang bareng."

"Aku kira dia pacaran sama kamu," ucap Taylor sekenanya walaupun dia tau kalau itu nggak bener.

Shawty mencubit lengan Taylor sambil manyun. Taylor tertawa cekikikan melihat reaksi Shawty saat Taylor kira Justin itu pacar Shawty.

"Kakak, nggak lucu ah!"

Taylor merangkul Shawty dan mencubit pipinya. "Salahnya adikku ini tiba-tiba aneh. Kamu sakit ya tiba-tiba pulang sama Justin?"

"Emangnya kakak tau dari mana kalau aku biasanya nggak akur sama dia?"

Taylor memutar otak untuk mencari jawaban. "Jordan," jawabnya singkat.

Shawty menoleh ke arah Taylor sambil manyun.
"Kak, Jordan itu... menurut kakak gimana?"

"Gimana apanya?"

"Ya... sifatnya dia?" tanya Shawty ragu-ragu.

Taylor tersenyum jahil lalu menyikut lengan Shawty. "Kamu suka ya sama dia?"

Shawty melongo kaget. "Ya enggaklah! Kita itu cuma temen! Kakak denger? Temen!!"

Taylor ngangguk-ngangguk.
"Ya.. Dia baik kok, kalau aku sendiri sih suka sama sifatnya dia. Dia care banget sama kamu.
Kayaknya dia suka tuh sama kamu." Taylor mengerdipkan sebelah matanya.

"Ih.. kakak! Aku kan tapi nggak suka sama dia!" batah Shawty sambil menimpuki Taylor dengan bantal. "Dia nggak kayak..."

"Kayak siapa?"

Shawty nyengir kuda. "Ada deh!!" ujarnya sambil berlari ke lantai atas, menuju kamarnya.


***


Hari itu hari Minggu. Dan setiap hari Minggu, pastinya semua sekolah diliburkan. Pagi-pagi sekitar jam 5, Shawty janji menemani Taylor jogging di taman kota. Jarang-jarang nih Shawty jogging, makanya dia mau coba untuk jogging. Barangkali... ketemu sama Justin :P

np : karena hari itu juga libur, maka nggak dihitung. Jadi, hari itu Shawty nggak perlu ngasih coklat ke Justin.

"Aku udah siap, Kak!"

"Ya udah, ayo!"

Shawty dan Taylor naik sepeda untuk sampai ke taman kota yang jaraknya cukup jauh. Shawty nggak lupa untuk memasang headphone dan mendengarkan musik dengan volume keras seperti biasanya. Dan yang pasti, lagu yang didengerin adalah lagu yang tidak pernah membuat dunia ini bosan dan bunyi krik krik haha. Lagu Justin Bieber.

Mereka memarkir sepeda di tempat sepeda lain dan mulai jogging. Di tengah jogging, Shawty mengeluh capek dan duduk.

"Mau aku beliin es krim nggak, Kak?" tawar Shawty.

Taylor menoleh. "Hah, mau beliin aku es krim? Tumben nih baik."

"Ye... Ngejek banget. Biasanya juga aku baik!"

Taylor memberikan beberapa lembar uang kertas kepada Shawty. Shawty segera berlari menuju tukang es krim yang kebetulan letaknya lumayan jauh dari tempat semula mereka.

"Pak, es krim dua."

"Pak, es krim juga dua."

Si pak es krim menoleh ke arah suara di sebelah Shawty. "Maaf mas, es krimnya tinggal dua dan sudah dipesan mbaknya," ucap pak es krim sambil menunjuk Shawty.

Shawty bersiul pelan dan menoleh. Ia terbelalak kaget melihat Justin yang berdiri di depannya.

"Apa?" tanya Justin sedikit ketus.

Shawty melepas headphonenya perlahan sambil terpesona melihat penampilan Justin yang super keren. Dengan kaos polos warna putih, celana selutut warna merah, serta sepatu sneakers warna putih. Nggak lupa juga kacamata hitamnya.

"Ngapain lihat-lihat kayak gitu? Nggak pernah lihat orang ganteng kayak aku ya?"

"Sialan, pede banget sih pakai ngaku-ngaku orang ganteng! Nggak banget!" Shawty melet dan mengambil kedua es krim pesanannya. "Duluan!"

Shawty melangkah meninggalkan Justin. Tapi baru lima langkah, ia membalikkan badannya dan melihat Justin yang juga beranjak pergi.

"Tunggu! Jangan pergi dulu! Diam di situ, jangan kemana-mana!" perintah Shawty kepada Justin. Justin cuma ngangguk sambil masang earphone di telinganya.

Shawty segera berlari ke tempat Taylor menunggu. "Nih kak es krimnya! Aku pergi dulu, nanti kita ketemu di sini lagi. Ada temen aku!" Shawty berlari lagi sampai ngos-ngosan ke tempat Justin dan melihat Justin masih berdiri di tempatnya tadi.

"Nih kak! Kakak nggak dapet es krimnya kan? Makan tempatku aja."
Shawty menyodorkan es krimnya.

Justin mengernyitkan dahi. "Makan ini? Jangan-jangan bekas kamu lagi," ucap Justin asal.

Shawty manyun. "Ini belum aku apa-apain, kak."

Justin menatap Shawty dan menarik tangannya untuk duduk di salah satu bangku taman. Justin mengambil es krim dari tangan Shawty dan menjilatnya.

"Kamu nggak makan es krim?"

Shawty menggeleng. "Kan eskrimnya tinggal dua. Satunya untuk kak Taylor dan satunya ya untuk kakak," jelas Shawty polos.

Justin berhenti menjilat es krimnya dan menoleh ke arah Shawty perlahan.
"Jadi kamu nggak kebagian es krim?"

Shawty menggeleng sambil tersenyum lebar.

Justin celingukan mencari tukang es krim yang lainnya. Dan hasilnya... nihil. Nggak ada penjual es krim lain di situ.

"Udah, kakak tenang aja. Lagian aku juga nggak terlalu suka es krim kok. Aku bawa coklat."
Shawty mengeluarkan sebatang coklat dari saku celana 3/4 nya.

"Aku juga mau!" ujar Justin.

Shawty mengernyitkan dahinya. "Aku cuma bawa satu kak."

Justin menyodorkan es krimnya ke arah mulut Shawty. "Kamu nyobain es krim aku dan aku juga nyobain coklat kamu."

"Jorok!!"

"Ya gimana lagi? Aku pengen banget coklat kamu..."

Shawty terdiam untuk beberapa saat dan mendekatkan mulutnya ke eskrim yang masih dipegang Justin. Dengan perlahan, Shawty memakan es krim itu.
"Ini, kak," ucap Shawty sambil menyerahkan coklatnya.

Justin menggeleng. "Kamu yang megangin coklatnya, nanti aku gigit sedikit."

"A... aku suapin gitu? Ihh..."

Justin menjitak kepala Shawty pelan. "Tadi kamu makan es krim ini kan juga gitu!"

Shawty nyengir dan menyodorkan coklatnya. Justin menatap lekat mata Shawty sambil menggigit coklat itu sedikit.
"Enak," ucap Justin singkat sambil terus memandangi Shawty.

"Shawty!" teriak seseorang.

Justin mengangkat kepalanya. Shawty langsung menoleh kaget ke asal suara, Taylor.
"Kenapa kak?" tanya Shawty gelagapan.

Taylor tersenyum tipis melihat seseorang di sebelah Shawty, Justin. Lalu fokus ke pembicaraan. "Anak temen mama yang aku bilang udah dateng ke rumah. Kita harus pulang sekarang!"

Shawty beranjak dari bangku taman dan menoleh ke arah Justin yang bernyanyi kecil, seakan tadi nggak terjadi apa-apa. "Aku pulang dulu, kak."

Justin menoleh ke arah Shawty dan mengangguk pelan.

"Bye," ucap Shawty nggak rela pergi.

Justin memerhatikan Shawty. "Udah... pergi sana! Nanti tamunya kelamaan nunggu!"

Taylor langsung menarik Shawty untuk pergi ke parkiran sepeda dan bergegas pulang.


Sampai di rumah, Shawty melihat sesosok perempuan yang lebih tua darinya, tapi nggak lebih tua dari Taylor lagi celingukan di Swiftieber Chocolate. (kira-kira siapa ya?)

"Hey...," panggil Shawty pelan.

Cewek itu menoleh dan tersenyum lebar.

Shawty juga tersenyum lebar. "Kamu...."

"Iya aku," jawab cewek itu senang sambil berlari mendekati Shawty dan memeluknya. "Aku kangen banget sama kamu."

"Aku juga, kak. Aku kangen banget sama kakak."

Taylor tersenyum lebar dan menepuk pundak cewek yang dipeluk Shawty. "Hey..."

Cewek itu menoleh dan melepaskan pelukannya lalu memeluk Taylor. "Hey kak Taylor. Long time no see ya.."

Taylor tersenyum tipis. "Iya, I miss you so much."

"I miss you too," balasnya.

"Kangen-kangenannya dilanjutin nanti deh, sekarang kalian berdua masuk ke rumah. Biar Shawty tunjukin dimana kamar kamu," jelas Taylor sambil menunjuk Shawty.

Shawty menarik sebuah koper kecil dan merangkul cewek itu masuk ke dalam rumah.

***

"Iya... Enggak... Iya... Enggak... I.. iya aja deh!"
Justin mengambil segway-nya dan menuju rumah Shawty. Sore itu, tiba-tiba rasanya Justin pengen banget ngerasain coklat Swiftieber Chocolate. Alasan lain? Nggak tau deh apa? :P

Justin memarkir segway-nya dan berjalan ke dalam toko. Dilihatnya sesosok perempuan yang tidak asing. Justin melepas kacamatanya.

"Permisi, saya mau beli coklat," ujar Justin pelan.

Cewek itu menoleh dan tersenyum lebar ke arah Justin.
"Justin Bieber!"

"(.......)"